Bab 7 : Jawaban

18 5 0
                                    

Mada perlahan memasuki pintu tempat dimana ayahnya dulu tinggal. Tatapannya terlihat kosong, dihiasi dengan sembab di bawah matanya. Mada sudah terlalu lelah untuk menangis lagi, dia bingung harus apa dengan semua rasa panik, takut dan sedih yang ia rasakan. Menyusuri isi rumah ayahnya mungkin bisa membuat ia lebih baik. Rumah itu tidak besar, bahkan seperti yang Eyang Arkana bilang, rumah ini sudah terlihat mirip seperti perpustakaan. Lemari tersusun dari kanan hingga kiri sepanjang Mada mengamati. Didepan lemari penuh tumpukan peti yang menyimpan banyak gulungan.

Mada mengamati setiap peti tua cokelat, tidak penuh debu mungkin warga rajin membersihkannya. Dari sekian banyak peti, ada satu yang menarik perhatiannya. Peti itu sama dengan yang lainnya, namun terukir gambar anak kecil dan naga diatasnya. Mada pun mulai penasaran dengan isi peti tersebut. Saat dia memegang ukiran gambar di peti tersebut, seketika cahaya putih bersinar menyilaukan dari peti tersebut dan seakan masuk kedalam tubuhnya dengan cepat.

"Mada!" Terdengar suara gema dari sekeliling rumah tersebut yang kemudian menghilang perlahan

Mada yang terkejut karena hal itu, hanya jatuh terduduk di hadapan peti tersebut. Suara itu seperti suara yang ia kenal yaitu Naga Putih. Tapi tidak terlihat kehadiran Naga Putih dirumah itu, sejauh matanya mencari.

Ia kembali fokus untuk membuka peti tersebut, kali ini tidak ada kejadian janggal saat ia menyentuh peti itu. Saat peti dibuka didalamnya terlihat banyak gulungan putih yang diikat, namun paling atas terdapat satu gulungan yang ditutup dengan kain merah. Saat Mada mengambil gulungan itu, tertulis nama Mada di ikatnya. Ia pun perlahan membuka tali dan kain tersebut hingga ia menemukan sebuah gulungan di dalamnya.

Mada pun mulai membaca isi gulungan tersebut

Wahai anakku Mada,
Anak ayah dan ibu yang paling kami sayangi,

Bila kamu membaca surat ini, berarti kamu sudah berada di Desa yang ayah bangun bersama sahabat ayah.

Maafkan ayah ya Mada, banyak hal yang belum ayah sampaikan secara langsung kepadamu karena sulitnya situasi disini.

Maafkan ayah yang tidak bisa membesarkanmu seperti anak-anak lainnya.

Maafkan ayah yang membesarkanmu di Alam Putih Legendaris bersama para Hewan Legendaris. Namun bila ayah lihat, kamu lebih senang dan nyaman disana ya.

Mada, ayah harus berpamitan denganmu namun ayah tidak mampu bila mengatakannya secara langsung. Maka ayah membuat surat ini Mada.

Ayah dan sahabat ayah sudah berlari dari kejaran Kerajaan Rama selama 10 tahun hingga kami menemukan tempat yang aman bagi kami.

Walaupun begitu, dendam tetaplah dendam. Kerajaan Rama terus memburu ayah dan sahabat ayah hingga ke penjuru negeri. Ayah sudah melakukan dosa Mada, ayah telah membunuh Raja Rama.

Ayah terpaksa melakukan itu karena Raja Rama bertekad untuk membuat Alam Manusia dan Alam Legendaris celaka.

Namun, kepala harus dibayar dengan kepala. Demi kedamaian kamu dan para sahabat ayah. Ayah memutuskan untuk membuat perjanjian dengan Kerajaan Rama. Ayah akan menyerahkan diri, sebagai gantinya Kerajaan Rama harus membiarkan sahabat ayah hidup tenang dan diterima di seluruh wilayah Kerajaan Rama.

Mada inget selalu kata ayah ya.
Mada harus lebih kuat dari ayah dan selalu baik dan bisa membantu orang disekitar ya Mada.
Pasti ibu akan bahagia kalau melihat Mada seperti itu.

Mada, beberapa bulan terakhir ayah selalu bermimpi sesuatu yang sama setiap hari. Bahwa ada masa di masa depan, Alam Legendaris akan musnah karena perbuatan manusia.

Maaf kalau ayah membuat keputusan ini sepihak. Ayah meminta Naga Legendaris untuk mengirim Mada ke masa itu untuk menolong Hewan Legendaris yang telah membantu ayah untuk membesarkan Mada disana.

Mada harus bantu para Hewan Legendaris mengembalikan Alam mereka ya. Selain itu merupakan tempat tinggal para Hewan Legendaris dan Mada selama ini, Hewan Legendaris juga sudah menjadi bagian dari keluarga kita Mada.

Walaupun dimasa depan terasa sulit, Mada harus percaya bahwa Mada tidak sendirian. Selama Mada terus berbuat baik, selalu hadir banyak orang yang akan menjadi teman bahkan keluarga baru bagi Mada.

Sekali lagi ayah minta maaf ya Mada.
Salam,
Ayah.

Mada menangis dan teriak kencang sembari memeluk surat tersebut. Air matanya sudah tidak keluar namun rasa sedih dan pilunya masih terasa.

Bulan kini menyusul matahari, tanda malam akan segera tiba. Eyang Arkana, Aji dan Singa Putih masih menunggu Mada datang.

"Eyang, apa Mada akan datang kesini?" Tanya Aji

"Pasti dia akan datang" Jawab Eyang

"Kenapa kamu begitu yakin?" Tanya Singa Putih

"Bukannya kamu yang selalu bilang bahwa anak itu memiliki hati yang kuat!" Jawab Eyang

"Ah benar juga~" Jawab Singa Putih

"Lagian ada pepatah mengatakan, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Bila ia punya tekad sekuat Tuan Mada, maka dia akan bisa menerima semua ini" Jawab Eyang

"Itu dia!!!" Aji pun berteriak

Dari kejauhan terlihat Mada berjalan pelan menuju rumah Eyang Arkana. Terlihat Mada memancarkan aura putih yang sangat besar disekeliling tubuhnya.

"Wah wah, aku baru sadar anak itu punya aura putih sebesar itu" ujar Eyang Arkana

Aji, Eyang Arkana dan Singa Putih menyambut kedatangan Mada. Mada yang berdiri di depan rumah Eyang Arkana hanya memperhatikan mereka bertiga.

"Aku lapar~" ujar Mada

Lalu semua tertawa mendengar hal tersebut.

Mada & Naga Book 1 : Melintasi WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang