Bab 48 : Kejanggalan di Tempat Karantina Etika

2 1 0
                                    

Pada malam harinya, kamar Mada diketuk oleh petugas. Petugas menyampaikan kepada mereka untuk melakukan tugas kebersihan. Mada yang menengok ke kanan dan kiri bingung melihat keadaan sudah sepi.

"Pak kok yang lain ga ada?" Tanya Mada

"Mereka sudah pergi terlebih dahulu, karena kalian diujung lorong jadi butuh waktu untuk kesini" jelas petugas

Mada, Aji, Panji dan Tejo kemudian bergegas mengikuti petugas menuju keluar gedung karantina.

"Ini perlengkapan kalian, mohon dibersihkan seluruh bagian luar gedung" ujar petugas

Mada, Aji, Panji dan Tejo bingung dengan begitu sepinya halaman gedung tanpa kehadiran siapapun. Kemudian Pak Komar keluar dari gedung karantina untuk bergegas pulang. Dia menyapa petugas lalu menuju mobilnya dan pergi.

"Bukankah dia kepala karantina etika ini?" Tanya Panji

"Sepertinya iya" balas Aji

"Bukankah dia yang harusnya kita waspadai" tanya Panji kembali

"Tapi tidak ada yang mencurigakan dari dia, aura hitam pun tidak terpancar darinya" jawab Aji

"Lebih baik kita awasi dahulu sambil mencari tau siapa pemilik Badak Hitam Raksasa disini" balas Mada

Tejo sedari tadi hanya diam dan memperhatikan petugas yang mengantar mereka.

"Hei, kamu liat apa?" Tanya Aji

"Oh tidak apa-apa, aku merasa kenal dengan dia" balas Tejo

"Petugas itu?" Tanya Aji

"Iya, seperti seorang yang sering aku lihat di panti asuhan" jawab Tejo

"Kenapa kamu tidak menyapanya" tanya Aji

"Aku takut salah orang" balas Tejo

"Aku merasa familiar dengan cincin yang dia pakai" ujar Mada, lalu Aji mulai mengamati

"Benar juga ya, seperti sering melihatnya" balas Aji

"Lagian cincin seperti itu pasti banyak yang jual. Orang itu juga tidak mencurigakan" balas Panji, yang melihat tidak ada aura yang terpancar dari orang tersebut

"Lebih baik kita bersih-bersih sebelum masuk angin" ujar Tejo

Kemudian mereka berempat mulai berpencar untuk membersihkan bagian luar gedung karantina.

Dua jam berlalu, Mada sudah membersihkan bagian luar kiri gedung karantina tersebut. Dia kembali menuju pintu masuk gedung karantina, terlihat Aji, Panji dan Tejo sudah menyelesaikan tugas mereka.

"Apa semua sampah sudah diletakan pada tempatnya?" Tanya petugas tersebut

"Sudah pak" balas mereka berempat

"Baik, letakan peralatan kalian lalu ikuti saya untuk masuk kembali" ujar petugas tersebut

Mereka berempat lalu mengikuti petugas tersebut untuk kembali ke kamar mereka. Saat masuk ke dalam gedung mereka merasa begitu sepi. Mada dan yang lainya merasa aneh dengan kesunyian yang terjadi ditempat ini.

"Apa tempat ini selalu sesepi ini?" Tanya Mada ke Tejo

"Hmmm sepertinya sih begitu" balas Tejo

Saat mereka menyusuri pinggi ruang tengah, Seketika mereka mendengar sebuah ketukan dari pintu kamar mandi yang mereka lewati.

"Apa kalian mendengar suara itu?" Tanya petugas

"Iya pak, dari kamar mandi" balas Mada

Lalu mereka berlima mengecek kamar mandi yang perlahan dibuka oleh petugas. Petugas merasa kesusahan waktu membuka kamar mandi itu, seperti ada yang menahannya dari dalam. Saat dia mendorong lebih kuat, terdengar suara orang terjatuh dari dalam. Mereka dibuat terkejut dengan pemandangan enam orang dari SMA Arya dan Barata sudah terbaring babak belur di kamar mandi.

"Maa... daaa... to.. longgg..." ujar seseorang yang terbaring terluka dikamar mandi

"Pak!! Cepat panggil bantuan!!" Teriak Aji

Petugas itu langsung melakukan panggilan lewat walkie talkie. Seketika petugas mulai ramai berdatangan kesana. Petugas lainnya meminta untuk menyusuri seluruh tempat. Kemudian dari walkie talkie terdengar kabar bahwa dibeberapa tempat ditemukan hal serupa.

Petugas tersebut lalu pergi ke kantor hendak menelpon petugas medis yang berada tidak jauh dari lokasi karantina etika. Mada dan yang lainnya membawa seluruh siswa SMA Arya dan Barata  yang terluka ke tengah gedung. Mereka merebahkan mereka diatas selimut dan bantal yang diambil dari gudang penyimpanan. Petugas lainnya berpencar melakukan interogasi kepada siswa yang tidak ada ditempat kejadian.

Selang satu jam terdengar suara mobil ambulan didepan gedung karantina. Dua dokter dan dua suster masuk ke tengah gedung dan memeriksa mereka semua.

"Madaa..." panggil Lutfi yang tersadar

"Kamu gapapa kak?" Tanya Mada

"Mereka berniat buruk, jangan percayai mereka semua" jelas Lutfi

"Kalian berempat istirahatlah biar kami yang urus" ujar seorang petugas yang menghampiri Mada, Aji, Panji dan Tejo

Mereka berempat kembali ke kamar mereka.

"Mereka kejam sekali!!!" Ujar Tejo

"Kita cari tau ini besok jo, sekarang istirahatlah" ujar Aji

Aji dan Panji lalu melihat Mada yang berada diranjang susun atas Tejo sudah duduk bersinar melakukan koneksi. Didalam jiwa Mada, dirinya berkumpul dengan seluruh Hewan Legendaris Putih.

"Ada apa Mada?" Tanya Serigala Putih Raksasa

"Sepertinya banyak yang janggal dari tempat ini, sesuai dugaan Pak Patra. Pertama banyak sekali Badak Abu-Abu disini tapi aku belum bertemu pemiliknya. Yang kedua, aku seperti merasa dijebak daripada dihukum disini. Teman-temanku sepertinya diserang oleh para penghuni lama disini, tapi ini baru dugaanku." Jelas Mada

"Sepu, Gopu dan Kupu, aku minta bantuan kalian untuk menyampaikan informasi ini ke Om Jami, Pak Patra dan Pak Satya." Ujar Mada dibalas mengangguk oleh mereka

"Sipu, apa Eyang Arkana sudah tau kondisi kami?" Tanya Mada

"Orang tua itu lebih sigap daripada kamu Mada, dia sudah mengirimkan bantuan ketempat ini" balas Sipi

"Bantuan?" Tanya Mada

"Betul, apakah kamu belum bertemu dengannya?" Tanya Sipu

"Belum, mungkin nanti akan kucari tau" ujar Mada

"Oh iya, Sipu dan Kupu tolong sampaikan kepada Om Jami dan Eyang Arkana. Aku bertemu seorang anak bernama Tejo, ia memiliki kelainan otot sepertinya bila aku terawang. Namun anak ini sangat baik dan memiliki aura putih yang sangat besar tanpa ia ketahui seperti milik Edo. Mungkin setelah karantina ini selesai Om Jami dan Eyang Arkana bisa menemuinya di Panti Asuhan" jelas Mada

"Baiklah akan kita sampaikan" balas Kura-Kura Putih Raksasa

"Kalian lebih baik berhati-hati, kekuatan yang besar selalu diikuti ujian yang besar. Lebih baik kalian bersiap" ujar Sipu

"Baiklah Sipu, tapi sejak kapan kamu jadi bijak seperti itu?" Tanya Mada

"Mengikuti Kakek tua ini membuatku perlahan mirip dengannya hahaha" balas Sipu yang diikuti tawa Mada dan Hewan Legendaris Putih lainnya

Mada & Naga Book 1 : Melintasi WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang