Bab 15 : Gorila Putih Raksasa

15 4 2
                                    

Keesokan harinya Mada, Aji dan Panji pergi ke sekolah seperti biasa. Kini suasana disekolah membuat Mada, Aji dan Panji terasa tidak nyaman. Gosip mengenai pertarungan dibelakang sekolah kemarin ramai di perbincangkan, bahkan semua mata menatap ke arah mereka.

"Perasaanku saja atau mereka melihat ke arah kita?" Tanya Panji

"Sepertinya begitu" Jawab Aji

"Emang mereka ngeliatin kita ya? Aneh banget" Tanya Mada

"KAMU YANG ANEH! Emang kamu tidak merasa ada yang aneh?" Teriak Aji dan Panji

"Aku laper~" Jawab Mada sembari berjalan ke arah kantin diikuti Aji dan Panji

Ketika mereka masuk ke kawasan kantin, semua keramaian kantin berhenti seketika. Mada yang masih tidak sadar akan hal itu hanya mengantri untuk membeli risol. Panji dam Aji, yang merasa tidak nyaman dengan keheningan serta tatapan itu hanya duduk dan menunggu di luar kantin.

"Aneh kan ya?" Tanya Panji

"Banget! Jadi ga nyaman" Jawab Mada

Mada yang sedang mengantri tiba-tiba dihampiri oleh murid yang tinggi, besar, dengan kulit kecoklatan dan wajah yang cukup garang.

"Hey! Kamu anak kelas satu yang membuat onar kemarin?" Tanya murid itu

"Kamu siapa?" Tanya mada yang membalikan badannya, beberapa siswa di sekitarnya seolah-olah terkejut dengan pertanyaan itu

"Hahaha aku Banu anak kelas dua IPS C" jelasnya

"Halo Kak Banu, aku Mada anak kel..." belum selesai Mada berbicara tiba-tiba Banu melayangkan tinju ke arah Mada. Mada dengan santai menangkap tinju Banu dengan tangan kanannya, seketika daya serang Banu seakan diberhentikan secara langsung oleh Mada, bahkan anak-anak dikantin tidak percaya dengan apa yang mereka lihat.

Mada kemudian memegangi tangan Banu dengan santai, namun Banu terlihat seakan menarik tangannya tapi tidak bisa. Dengan tangan kiri Mada ia membuka jari-jari Banu yang sebelumnya terkepal, saat lima jari tangannya terbuka, Mada langsung menyalami Banu dan itu membuat semua oranh dikantin terkejut termasuk Banu.

"Namaku Mada anak kelas satu C, Kak Banu" Balas Mada yang kemudian meremas tangan Banu hingga ia merasa kesakitan kemudian merintih dan beberapa detik kemudian teriak kesakitan sambil terduduk. Kemudian Mada melepas tangannya.

"Kak Banu maaf, sepertinya aku terlalu ceria hari ini" ujar Mada yang kemudian membungkuk sambil tersenyum dan melihat wajah Banu. Kemudian Mada mengambil risolnya dan meninggalkan semua keributan yang ia lakukan di kantin. Di depan kantin, Panji dan Aji hanya bengong melihat apa yang terjadi barusan.

Suara bel berbunyi diiringi informasi sekolah melalui sela-sela speaker di tiap ruangan kelas. Mada, Aji dan Panji diminta ke ruang Kepala Sekolah. Semua anak kelas satu c langsung menengok kepada Mada, Aji dan Panji. Aji dan Panji merasa canggung dengan hal itu.

"Ada yang tau ruang kepala sekolah dimana?" Ujar Mada ke satu kelas sambil tersenyum memecah kecanggungan

Saat Mada, Aji dan Panji masuk ke ruang kepala sekolah mereka disambut beberapa tatapan guru yang sinis kepada mereka, seakan mereka biang onar. Disana terlihat kepala sekolah bersama dengan enam siswa yang babak belur diwajah dan pingsan karena pertarungan kemarin bersama orang tua mereka.

"Mada, Aji dan Panji. Kalian masih kelas satu kenapa sudah berani sekali membuat onar di sekolah. Apalagi memukul enam senior kalian!!" Teriak Kepala Sekolah

"Tapi pak.." Aji dan Panji menyela

"Ga ada tapi-tapi, kalian harus dihukum" teriak beberapa orang tua yang ikut membela anaknya, diikuti dengan senyum enam senior tersebut.

Mada hanya diam memperhatikan kepala sekolah dan enam senior tersebut. Tatapan Mada yang serius membuat enam senior itu langsung kehilangan senyum mereka. Seketika ada ketukan dari pintu kepala sekolah. Seorang Guru kekar, dengan rambut cepak, berkacamata dan terlihat masih muda masuk keruangan tersebut.

"Ijin Pak kepala sekolah saya membawa bukti perkelahian kemarin" Jawab

"Baik Pak Satya silahkan" ujar Kepala Sekolah

Pak Satya membawa enam tongkat baseball yang disembunyikan enam senior tersebut, muka para senior langsung was-was. Kemudian ada beberapa dokumen yang diserahkan oleh Pak Satya, diantaranya foto rekaman CCTV, nilai para siswa dan beberapa laporan keterangan siswa yang sempat melihat kejadian.

"Hasil penyelidikan saya Pak Kepala Sekolah, tiga siswa ini merupakan korban" Jelas Pak Satya

"Tidak mungkin! Bahkan mereka tidak terluka!" Teriak beberapa orang tua senior

"Tenang bapak ibu!" Teriak kepala sekolah sembari menyerahkan dokumen yang dibawa Pak Satya kepada orang tua senior.

Para orang tua senior itu pun terkejut saat melihat bahwa foto CCTV memperlihatkan bagaimana enam senior itu menggiring Mada, Aji dan Panji serta menyerang mereka bertiga dengan tongkat baseball. Apalagi enam senior itu memiliki nilai yang buruk dikelas. Bahkan ada foto rekaman cctv yang memperlihatkan mereka berenam suka merokok di halaman belakang sekolah. Para orang tua tersebut kaget saat melihat bukti-bukti tersebut. Diantara mereka ada yang memukul dan mencubit anak mereka sendiri.

"Baiklah dengan ini sudah ditentukan bahwa pelakunya adalah ke enam siswa! Dengan berat hati saya harus memberikan skors kepada anak bapak dan ibu" jelas kepala sekolah, para orang tua hanya mengangguk

"Dan tambahan tugas matematika yang harus dikerjakan tiap harinya dari saya" tambah Pak Satya

Semua senior lantas menutup mukanya dan pasrah dengan keputusan ini. Semua orang tua senior meminta maaf kepada kepala sekolah, Pak Satya, Mada, Panji dan Aji karena keributan yang sudah mereka lakukan disekolah. Saat Mada, Aji dan Panji berpamitan dengan Pak Satya didepan ruang kepala sekolah, Pak Satya menahan mereka bertiga sebelum kembali ke kelas.

"Panji, kamu bukannya punya Hewan Putih Legendaris" tanya Pak Satya yang membuat mereka bertiga kaget

"I.. iya pak" Jawab Panji yang diikuti dengan keluarnya Gajah Putih Raksasa dari jiwanya

"Karena aku juga punya" Balas Pak Satya yang kemudian diikutin keluarnya seekor Gorila Putih Raksasa. Aji dan Panji pun gemeteran saat melihat wujud Gorila Putih Raksasa itu.

"Kalian berdua bisa melihat?" Tanya Pak Satya kepada Mada dan Aji

"Bisa pak.." Jawab Aji, namun Mada hanya diam tersenyum

"Horeeeee!!!! Ada Gopu!!!!!" Teriak Mada kegirangan sambil berjoget senang

"Oi! Gajah Putih anak ini kenapa?!" Tanya Gorila Putih kepada Gajah Putih

"Dia lagi senang bodoh, karena bertemu kamu!" Jawab Gajah Putih kepada Gorila Putih

"Kenapa?" Tanya Gorila Putih

"Barusan dia memanggilmu apa?" Balas tanya Gajah Putih

"Gopu!!... Eh! Jangan-jangan anak ini..." Jawab Gorila Putih sambil memperhatikan Mada yang sedang joget kegiarangan dan menatap Gajah Putih yang tersenyum dan mengangguk

"Madaaaa!!!" Teriak Gorila Putih

"Benar Gopu! Ini Mada!!!" Jawab Mada, kemudian Mada, Gorila Putih dan Gajah Putih berjoget bahagia bersama. Menyisakan wajah aneh dan penasaran pada Pak Satya.

"Pak jangan kaget, dia emang suka begitu" jelas Aji ke Pak Satya, diikuti Panji yang mengangguk setuju

"Kok bisa mereka terlihat sangat akrab?!" Tanya Pak Satya

"Saya juga tidak tau pak, tapi katanya rahasia" Jawab Panji, diikuti Aji yang mengangguk setuju

"Itu tidak menjawab sama sekali!!!" Balas Pak Satya yang menggaruk-garuk keningnya kebingungan

Setelah Mada membangun koneksi dengan Gorila Putih. Mada, Aji dan Panji berpamitan dengan Pak Satya dan mengucapkan terima kasih atas bantuan hari ini. Pak Satya hanya mengangguk dengan wajah bengong dan penasaran tentang apa yang terjadi diantara Mada dan Gorila Putih-nya.

Mada & Naga Book 1 : Melintasi WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang