Pagi hari Aji bangun dan keluar dari kamarnya. Kemudian ia melihat bahwa Mada sudah tidak ada di kamarnya. Lalu ia mencari disekeliling rumah Eyang Arkana, namun batang hidung Mada tidak terlihat sedikitpun. Kemudian ia mencari keluar rumah karena penasaran kemana Mada pergi. Dia mencari ke sekeliling Desa Mada namun tidak menemukan Mada, hingga akhirnya di Perpustakaan Mada ia melihat pintu terbuka. Rupanya Mada sedang membaca banyak gulungan disana. Mada yang merasa ada yang melihatnya dari belakang, langsung menoleh dari arah pandangan itu datang."Aji" Ujar Mada
"Eh, Mada. Kamu pagi sekali berada disini. Bahkan aku males kalau Eyang Arkana menyuruhku kesini hahaha" Jawab Aji
"Eh iya ji, aku bangun kepagian pagi ini. Jadi aku memutuskan datang kesini" Jelas Mada
"Apa kamu banyak dapat sesuatu dari semua gulunga itu?" Tanya Aji
"Iya sangat banyak ji, sampai aku sadar bahwa selama ini aku tidak benar-benar mengenal ayahku seperti apa. Dari sini aku bisa mengenalnya secara lebih dalam" Jawab Mada
"Teng, Teng, Teng, Teng!!!" Seketika suara atap perpusatakaan berbunyi secara terus menerus hingga memecahkan pembicaraan Mada dan Aji. Dari atas terdengar seperti ada yang mengetuknya.
Mada dan Aji yang penasaran pun keluar dari perpusatakaan untuk melihat ada apa sebenarnya diatas. Ketika mereka melihat ke atap perpustakaan, mereka terkejut ada Eyang Arkana diatas yang sedang membenahi genteng perpustakaan.
"Eyang? Tumben sekali benerin genteng?" Tanya aji dari bawah
"KAKEK TUAAA!!! kau nguping ya?" Teriak Mada dari bawah yang membuat Aji terkejut
"SUDAH AKU BILANG AKU BENERIN GENTENG DAN JAGA BICARAMU PADA ORANG TUA INI!!!" Teriak Eyang Arkana
"TAPI AKU LELUHURMU!!" Teriak Mada
"Benar juga ya, tapi kalau kamu mau jadi leluhurku kamu harus mati dulu. Bagaimana?" Jawab Eyang Arkana
"Ahh tidak tidak, aku masih ingin hidup!!" Jawab Mada
"Aku tidak bisa menolak permintaan leluhurku, kalau dia ingin mati maka aku membuatnya mati hahaha" jawab Eyang Arkana sambil mengeluarkan gasing dari celananya lalu tersenyum licik.
Mada awalnya bingung itu benda apa, namun Aji kaget saat Eyang Arkana mengeluarkan Gasing Maut. Tidak berbeda dengan mainan gasing pada umumnya, ditangan Eyang Arkana gasing itu bisa jadi senjata mematikan. Selain memberikan tekanan dan ledakan yang besar saat dilemparkan, gasing itu bisa memantul zig zag mengejar orang yang ditargetkan Eyang Arkana.
"Ooohh leluhurku, matilah dengan tenang hahaha" Eyang Arkana mengambil ancang-ancang, lalu melemparkan gasing itu menuju Aji dan Mada.
"LARRIII!!!" Teriak Aji ke Mada
Mereka terus berlari dan menghindar tanpa kenal letih dan Eyang Arkana dengan girang terus memainkan gasing maut.
"Eyang kenapa aku ditargetkan juga!!!!!" Teriak Aji
"Aku sudah tua, sulit membedakan kalian berdua. Bila kalian berdua mati, aku sudah ikhlas hahaha" Teriak Eyang Arkana
"AMPUUUNN EYANGGG!!!!" Teriak Mada dan Aji yang terus berlari sekuat tenaga menghindari gasing maut yang diiringi tawa Eyang Arkana.
Mada dan Aji terkapar didepan rumah Eyang Arkana kelelahan. Eyang Arkana pun berdiri di depan mereka berdua.
"Baiklah, aku sudah memutuskan! Mulai hari ini Mada aku angkat jadi cucuku!" Jelas Eyang Arkana
"APAAA!!!" teriak Mada dan Aji yang masih terkapar
"Dan mulai sekarang, Mada dan Aji adalah saudara! Hahaha!" Teriak Eyang Arkana kepada mereka.
"Saudarakuu??" Kemudian aji menolehkan wajahnya ke arah Mada
"Jijik!!!!" Teriak Mada
"Horee aku punya saudara!!!" Teriak Aji
"Kakek sama cucu bener-bener aneh, kembalikan aku ke jaman dulu!!! Cepat!!!" Teriak Mada, yang kemudian diakhiri dengan tawa mereka bertiga.
Desa Mada, 2010
Tujuh tahun sudah berlalu, dua orang remaja berlari kencang menyusuri hutan, sesekali mereka melompati batang pohon.
"Yang terakhir sampai desa, harus membawa perlengkapan semua orang hahaha" Teriak Aji kepada Mada yang berlari di depannya
"Itu mah gampang!" Teriak Mada
Beberapa warga yang sedang membawa kayu menuju Desa Mada meneriaki mereka untuk berhati-hati. Mada yang menyusul didepan Aji, mengejek Aji yang berada dibelakangnya. Tanpa disadari Mada menabrak sarang tawon yang ada di pohon alhasil dia berlari zig zag untuk menghindari sengatan tawon.
Aji pun tiba terlebih dahulu di Desa Mada, disusul dengan Mada yang mukanya sudah bengkak karena diserang tawon. Di balai desa, eyang arkana sudah menunggu kedatangan mereka.
"Hei bocah bau kencur dimana perlengkapan kalian, cepat siap-siap!" Teriak Eyang Arkana
Merekapun bergegas menyiapkan perlengkapan mereka. Terlihat Mada mengangkut dua tas karena kalah taruhan dan Aji yang berjalan santai sambil bersiul menuju ke arah Balai Desa.
"Mada!!! Kenapa wajahmu girang sekali?!" Teriak Eyang Arkana
"INI SAKIT!!! BUKAN GIRANGG!!" Teriak Mada sambil mengelus wajahnya disambut tawa Eyang Arkana dan juga Aji
"Baiklah, sekarang sudah waktunya kalian menyusuri dunia luar di Desa Mada. Kalian akan bersekolah di SMA Arya dan tinggal di kediaman muridku bernama Jami" jelas Eyang Arkana.
"Mada dan Aji, kalian harus ingat bahwa sekarang kita semua keluarga. Desa Mada akan selalu terbuka untuk kalian dan siapapun teman kalian. Ingat! Perbanyak sahabat dan jangan sesekali menggunakan kekerasan disengaja kecuali untuk membela diri dan menolong" jelas Eyang Arkana sembari memberikan foto dan alamat yang harus dituju Mada dan Aji.
"Baik Eyang!" Teriak Mada dan Aji
Mada dan aji memeluk Eyang Arkana sebelum berangkat
"Aku akan selalu mengawasi kalian" ujar Eyang Arkana
"Benar benar eyang yang mengerikan!" Jawab Mada, disambut tawa semua orang
Mada dan aji berjalan perlahan menuju kabut yang membuat mereka keluar dari desa mada. Pria tua menghampiri Eyang Arkana, beliau bernama Eyang Budi salah satu sahabat Eyang Arkana dan penjaga Desa Mada.
"Ga kerasa mereka sudah besar, jangan bersedih bocah tua haha" ujar Eyang Budi
"Tak kusangka aku akan merasakan momen seperti ini lagi, hidup memang terus berputar. Kita saja yang makin tua! Ayo main catur!" Ajak Eyang Arkana
Mereka sampai di kota siang hari yang dilalui dengan berlari. Saat memasuki kota mereka sangat terpukau dengan hiruk pikuk yang ada di kota. Mereka mulai mencari alamat dan foto orang yang diberikan Eyang Arkana, lebih tepatnya kertas bergambar wall facebook pria yang bernama Jami tersebut (ternyata Eyang Arkana eksis di Facebook buat jual obat herbal ala Desa Mada hahaha). Ketika mereka sampai ke tujuan, mereka dibuat terpukau dengan rumah megah yang besar sekali, sampai membuat mereka bingung.
Seketika mereka merasakan getaran yang sangat hebat dan luar biasa, yang membuat mereka menjadi wasapada. Aji pun bergegas mundur melompat dari depan rumah itu, namun mada cuman diam. Seketika pintu rumah terbuka, muncul seorang pria berusia tiga puluhan dengan gaya parlente mengenakan kacamata hitam, kemeja warna warni dan celana cino. Sesekali ia menyisir rambutnya ke belakang dengan sengaja. Dia kemudian melihat ke arah mada dan aji.
"Hei muka lebam! Apa kalian dari Desa Mada?!" Tanya pria itu, namun Mada hanya terfokus pada sesuatu mahluk putih dibelakang pria itu yang sangat besar dan membuat getaran yang hebat semenjak mereka datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mada & Naga Book 1 : Melintasi Waktu
AcciónIni kisah tentang Hewan Legendaris yang hidup jauh sebelum adanya manusia. Mereka hidup berdampingan dalam dimensi yang berbeda. Suatu ketika, tiba masanya dimana dimensi itu harus runtuh karena ulah manusia yang ingin memiliki kekuatan lebih untuk...