Bab 17 : Rusaknya Ekskul Panahan

7 4 0
                                    

Hari ini sekolah lebih tenang daripada sebelumnya, tidak ada gangguan yang dirasakan oleh Mada, Aji dan Panji. Bahkan senior menakutkan di sekolah ini tidak terlihat dari tadi. Sepertinya Mada, Aji dan Panji mulai mudah berbaur dengan teman-teman di kelasnya, apalagi teman sekelasnya lebih antusias menanyakan rumor perkelahian mereka bertiga dengan para senior.

"Sebenarnya aku senang punya banyak teman di kelas" bisik Panji ke Aji

"Tapi kita terlihat seperti berandalan di mata mereka" balas Aji ke Panji

"Tapi Mada kayaknya senang-senang aja" ujar Panji, lalu mereka melihat Mada yang menggebu-gebu cerita ke teman kelasnya saat jeda pergantian pelajaran.

Saat istirahat makan siang tiba, Mada, Aji dan Panji bergegas menuju kantin. Seperti biasa tiga mangkuk soto ayam sudah datang ke meja mereka.

"Hey pelan-pelan!" Teriak Panji, melihat Aji dan Mada makan dengan cepat

"KENYAAANGG!!" Teriak Mada dan Aji bersamaan setelah menghabiskan makananya dan bersandar satu sama lain

"Apa?! Padahal aku baru mau makan loh!" Teriak Panji

Sembari mereka bersantai kekenyangan, tiba-tiba sebuah sendok melayang menuju wajah Panji. Dengan cepat Mada menangkapnya.

"Maaf-maaf tidak sengaja" ujar Romi yang kemudian menghampiri meja Mada bersama dengan Jimi dan kelompoknya

Seketika suasana kantin mendadak hening, Mada, Aji dan Panji sekarang sudah dikelilingi oleh kelompok Romi dan Jimi.

Disekeliling mereka, Mada melihat ke arah belakang kelompok tersebut. Ada Ular Hitam Raksasa dan Kalajengking Hitam Raksasa yang mengelilingi mereka sedari tadi. Panji tampak cemas karena hitamnya aura yang terpancar disekitar mereka. Namun Aji terlihat lebih siaga, walau di meja makan terlihat penuh ular dan kalajengking abu-abu, Mada dan Aji terlihat tidak takut.

"Wah, bukan kah ini anak kelas satu yang suka memukuli senior di sekolah?" Ujar Romi sambil tersenyum, lalu Romi dan Jimi duduk dikursi tepat dihadapan mereka

"Ada masalah apa ya kak?" Tanya Aji santai

"Teman-temanku sudah babak belur karena ulah kalian, jadi ada baiknya kalian bertanggung jawab dengan apa yang telah kalian perbuat" ujar Romi

"Tapi mereka yang memulainya!" Balas Aji

"Itu bukan urusanku" Jawab Romi "lebih baik setelah pulang sekolah kita selesaikan urusan kita di gudang belakang sekolah" Lanjut Romi

"Jika tidak?" Tanya Aji, lalu Romi menunjukan foto dimana ekskul panahan sudah diobrak-abrik oleh mereka

"Bukankah Ajeng sahabat kalian?" Balas Romi sambil tersenyum "aku bisa membakar ekskul panahan itu jika kalian tidak datang nanti" Lanjut Romi

Seketika aura putih menyilaukan meledak dari tubuh Mada, tatapan Aji dan Mada sama-sama tajam ke arah Romi. Romi dan Jimi sama-sama diam dengan memperhatikan ledakan aura putih yang keluar dari tubuh Mada, bahkan kelompok mereka kali ini merasa tidak nyaman dan gemetaran setiap melihat Mada.

"Menarik" ujar Romi

"Sebaiknya setelah semua ini selesai, tidak ada keributan lagi yang kalian buat" balas Mada dengan tegas dan masih menatap tajam ke arah Romi

"Deal, itupun kalau kalian bisa menang melawanku" balas Romi sembari tersenyum

Seketika mereka merasa aura getaran yang sangat besar di kaki mereka, bahkan getaran itu mampu membuat mereka merinding. Semakin mereka merasakan getaran itu, seakan getaran itu datang dari jauh kemudian mendekat ke arah mereka. Mada, Aji, Panji, Romi dan Jimi sama-sama bingung dengan hal tersebut.

"BUBAAAAARRRRR" Teriak Pak Satya yang menggelegar keseluruh penjuru kantin, yang sudah berada dibelakang kerumunan tersebut. Rupanya getaran itu berasal dari pukulan Gorila Putih Raksasa milik Pak Satya.

Seketika para kelompok Romi dan Jimi berhamburan kabur dari sana karena kehadiran Pak Satya. Romi dan Jimi dengan santai berdiri dari kursi mereka dan pergi. Disusul Mada, Aji dan Panji yang berlari ke arah berlawanan menuju ruang ekskul, menyisakan Pak Satya di meja itu yang celingak-celinguk kebingungan melihat mereka.

"JANGAN DIAM SAJA KALIAN, CEPAT HABISKAN MAKANAN KALIAN. KALAU TIDAK AKU MAKAN KALIAN!" Teriak Pak Satya kepada seluruh penghuni kantin yang sedari tadi diam menatap ke arahnya.

Seketika semua murid di kantin langsung fokus makan kembali, perlahan suasana yang tegang kembali normal.

"Sepertinya akan ada sebuah keributan di sekolah ini" Ujar Gorila Putih

"Aku rasa juga begitu" balas Pak Satya

Mada, Aji dan Panji sudah tiba di ekskul panahan. Disana telihat pintu ekskul yang terbuka lebar dihiasi dengan gambar silang besar berwarna merah diseluruh jendela, dinding dan pintu luar. Mada, Aji dan Panji yang masuk ke ruangan itu hanya melihat Ajeng yang sedang membereskan perlengkapan latihan, panah dan anak panah yang berserakan di lantai.

Mada, Aji dan Panji pun langsung membantu membereskan tanpa banyak bicara. Dari kejauhan area eksul terlihat Pak Satya dan Gorila Putih yang memperhatikan mereka, kemudian Pak Satya melihat ke atas tempat dimana CCTV area ekskul sudah dirusak.

"Pak Satyaaaa" seketika terdengar suara dari kejauhan memanggilnya. Suara tersebut berasal dari perempuan berambut pendek, dengan jaket jeans dan kacamata

"Vira.. ada apa?" Tanya Pak Satya

"Ini pak" ujar Vira sambil memberikan foto para pelaku yang melakukan perusakan CCTV dan ekskul panahan

"Hmmm ga salah kamu jadi jurnalis sekolah" ujar Pak Satya yang melihat hasil fotonya di area ekskul

"Saya hanya mengungkap kebenaran pak hahahaha" Jawab Vira yang kegeeran setelah dipuji Pak Satya

Ruang ekskul panahan sudah selesai dibersihkan. Mada, Aji, Panji dan Ajeng mengumpulkan beberapa perlengkapan yang rusak.

"Sepertinya ini masih bisa dipakai setelah diperbaiki" ujar Ajeng sambil memilih beberapa perlengkapan yang rusak.

"Huhh... dasar anak berandalan, mereka ga pernah puas mengerjaiku sepertinya" ucap Kak Ajeng yang duduk di kursi depan ruang ekskul

"Kamu ga marah kak?" Tanya Panji

"Percuma marah sama orang yang ga pernah tau betapa sukanya aku sama panahan" balas Ajeng sambil tersenyum

"Tapi hari ini, semua hal buruk yang terjadi disekolah ini akan segera berakhir" balas Mada dingin

Ajeng sempat bingung dengan apa yang Mada katakan. Lalu mereka bertiga pamit ke Ajeng untuk kembali ke kelas. Saat mereka pergi, Vira masuk ke ruang eksul panahan.

"Aku sudah menyerahkan buktinya ke Pak Satya" ujar Vira

"Makasih vir" bales Ajeng

"Sepertinya adik kelasmu itu cukup gila ya" ujar Vira

"Maksudnya vir?" Tanya Ajeng

"Mereka menerima tantangan terbuka untuk berhadapan dengan Romi bersama kelompoknya sepulang sekolah" Jelas Vira

"Apaa?!" Jawab Ajeng, yang akhirnya mengerti apa yang dimaksud dengan perkataan Mada tadi

"Dimana mereka akan berhadapan?" Lanjut Ajeng

"Infonya sih di belakang gudang sekolah, aku juga akan kesana mengumpulkan bukti" balas Vira

"Baiklah aku akan ikut!" Jawab Ajeng, yang bingung dengan reaksi Ajeng.

Mada & Naga Book 1 : Melintasi WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang