Bab 22 : Rumah Sakit - Part 2

5 3 0
                                    

Semua orang masih melihat Naga Putih yang keluar dari jiwa Mada dengan terpukau. Naga Putih pun terbang melingkari mereka satu persatu melewati sela-sela diantara mereka. Hingga ia berhenti di depan Eyang Arkana.

"Halo Arkana sang pewaris Desa Mada" ujar Naga Putih, dan Eyang Arkana hanya tersenyum mengangguk

"Halo Hewan Putih Legendaris" ujar Naga Putih, dan para Hewan Putih Legendaris pun langsung mendekat dan menunduk ke arah Naga Putih. Naga putih pun mengusap kepala mereka satu persatu. Kemudian ia menuju Mada.

"Halo anak sang Mada dan satu-satunya manusia yang besar di Alam Putih Legendaris serta saudara para Hewan Putih Legendaris" ujar Naga Putih, lalu Mada memeluknya sembari menangis haru serta rindu diikuti pelukan para Hewan Legendaris yang menyusulnya.

Pak Satya, Panji dan Ajeng masih terpukau dan bingung dengan semua sapaan yang disampaikan Naga Putih kepada Mada. Vira yang seakan tidak mengerti sendiri, menyenggol Om Jami yang berdiri didekatnya.

"Anu... ada apa ya om?" Tanya Vira yang bingung dan canggung.

Eyang Arkana yang mendengar itu lalu mendekatinya dan memegang pundak Vira. Seketika saluran energi dari Eyang Arkana memberikan sebuah aura putih kepada Vira yang membuat Vira mampu melihat semua Hewan Putih Legendaris itu dan Naga Putih. Ia terkejut dengan semua itu dan menutup mulutnya, seakan tidak sadar bahwa dia mundur terus menerus hingga terduduk di sofa sembari menyaksikan itu semua.

"Pasti kalian teman-teman Mada" ujar Naga Putih yang melayang ke udara

Ajeng, Panji dan Aji mengangguk lalu memperkenalkan diri mereka masing-masing. Seketika Naga Putih menghampiri Vira yang sedang terduduk sambil menutup mulutnya yang masih tidak percaya.

"Kamu kenapa?" Tanya Naga Putih

"Aa...aaa..kuu ba..ru.. me..li..hat i..ni per..ta..ma ka..li" Jawab Vira yang terbata-bata, Naga Putih lalu melingkarinya yang membuat sebuah aura putih terjatuh bagai salju yang memberikan Vira ketenangan

"Kamu anak pemberani dan baik, jangan sampai hal itu hilang darimu" ujar Naga Putih, Vira mengangguk mengerti

"Napuu, kenapa kamu jadi kecil?" Tanya Mada

"Aku berusaha keras melindungi para Hewan Putih Legendaris menemukan jiwa yang damai dan tepat ketika dimensi Alam Legendaris runtuh. Alhasil aku harus menerima dampaknya menjadi kecil seperti ini" Ujar Naga Putih

"Setelah kejadian itu berlalu, aku bersembunyi dirumah ayahmu didalam peti yang berisi surat untukmu sembari memulihkan tenagaku. Aku menunggumu Mada, aku selalu menantimu bersama para Hewan Legendaris Putih untuk meminta maaf atas semua yang telah terjadi" lanjut Naga Putih

Kemudian Mada mengelus Naga Putih dan satu per satu Hewan Putih Legendaris yang ada diruangan itu. Lalu ia berdiri disamping Eyang Arkana.

"Aku sudah merelakannya, aku sudah tidak ada beban untuk melanjutkan hidup dimasa ini. Walau kakek tua ini kejam, tapi setidaknya dia banyak mengajariku arti kebaikan yang selama ini ia pelajari dari ayah. Setidaknya suatu hari nanti aku dan para penghuni Desa Mada bisa membantu kalian untuk pulang kerumah, rumah kita kecil" Jawab Mada tersenyum

"Ehem, aku sepertinya sudah terlalu tua untuk menikmati momen haru ini. Kalau begitu mari kita agendakan semua orang disini latihan di Desa Mada!!" Ujar Eyang Arkana

"LATIHAAAANNN?!!" teriak Mada, Aji, Panji dan Ajeng

"Ya, aku sudah memutuskan dengan Jami. Setelah kalian liburan semester kalian harus mendalami pengendalian aura putih kembali! Hahaha!" Lanjut Eyang Arkana

"Derita apa lagi ini?!" Keluh Panji

"Hey!! Latihan dimasa muda bagus untuk mencapai tujuan kita di masa depan" ujar Pak Satya bersemangat

"KAMU JUGA IKUT LATIHAN!!!" Teriak Eyang Arkana sambil memukul gulungan koran ke kepala Pak Satya

"Padahal aku ingin menghabiskan waktu dengan nonton film di liburan kali ini hiks" keluh Pak Satya sambil menunduk lesu

Vira pun berjalan pelan-pelan mendekati pintu untuk bergegas keluar, seketika gulungan koran itu sudah melesat ke dekat wajahnya yang membuat ia teriak terkejut.

"KAMU JUGA AKAN IKUT PERGI LATIHAN!!! HAHAHA" Teriak Eyang Arkana

"Ampuniii aku Eyang!!! Ampuni akuuuu!!" Teriak Pak Satya, Mada, Ajeng dan Vira yang berlutut dibawah kaki Eyang Arkana, namun Eyang Arkana hanya tertawa keras.

"Sepertinya aku harus pindah sekolah kalau mau hidup lebih panjang" keluh Panji ke Aji, yang membuat mereka semua tertawa

Kemudian Eyang Arkana, Om Jami, Pak Satya, Ajeng dan Vira berpamitan denga Mada, Aji dan Panji. Mereka membiarkan Mada, Aji dan Panji untuk beristirahat dulu semaksimal mungkin agar pulih dengan cepat. Om Jami kemudian meminta izin kepada Pak Satya dan Vira untuk membawa bukti ini, dan mereka tidak keberatan akan hal itu.

Disisi lain di dalam sebuah ruangan CEO di Rama Group, sang CEO baru saja selesai menerima telepon laporan tentang kondisi anaknya Romi. Seseorang dengan tudung hitam dari kegelapan muncul menghadap sang CEO.

"Dia sudah muncul" ujar pria tudung hitam sambil menundukan kepala.

Pria tudung hitam ini diam-diam mengawasi seluruh pertarungan Romi tempo hari. Sehingga informasi kehadiran Gajah Putih dan Naga Putih bisa ia dapatkan. Seketika pria itu membalikan kursinya dan tersenyum.

"Akhirnya setelah sekian lama" Jawab pria itu dengan suara yang berat.

Seketika aura hitam yang pekat, menyebar ke seluruh ruangan tersebut. Sebuah mahluk besar muncul dari belakang pria tersebut dengan mata berwarna merah terang berkilauan yang hadir diantara mereka, menandakan sesuatu yang buruk akan terjadi kepada Mada, Aji dan Panji di kemudian hari.

Mada & Naga Book 1 : Melintasi WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang