Mada terbangun dimalam hari, saat ia sadar ia sudah berada dirumah sakit. Saat dia menggerakan tubuhnya, ia merintih kesakitan. Dirinya baru menyadari bahwa badan dan wajahnya penuh perban saat dirinya melihat ke cermin. Ia melihat di sebelah kanan dan kirinya sudah ada Aji dan Panji yang terbaring sama sepertinya penuh dengan perban dari wajah, tangan dan kaki mereka. Mada pun berusaha berdiri dari ranjangnya.
"Oi Aji.. oi Panji.. kalian masih hidup kan?" Tanya Mada
"Kami sudah mati" keluh Panji
"Oke aku kubur~" balas Mada
"Aduhhh jangan berisik telingaku sakit!" Keluh Aji
"Aji, kakimu kenapa digantung gini?" tanya Mada
"KAKIKUUUU!!!" Teriak Aji
"Kamu juga Panji, tanganmu kenapa digantung gini?" Tanya Mada
"TANGANKUUU" Teriak Panji
"Hey! Hey! Kalian jangan berisik! Ini rumah sakit!" Suara Om Jami terdengar saat ia memasuki pintu bersama dengan Eyang Arkana, Pak Satya, Ajeng, Vira dan Hewan Putih Legendaris yang muncul diruangan.
"Wah ada apa ini rame-rame?" Tanya Mada
"Kamu bodoh ya!!!" Teriak Om Jami sambil memukul Mada dengan koran
"Aduhhh sakittt!!!" Teriak Mada saat gulungan koran mengenai pipinya yang diperban
"Kalian baru saja menghajar puluhan orang disekolah!" Ujar Pak Satya
"Hmmm aku baru mengingatnya sekarang" balas Mada
"Aku ingin masa muda yang lebih damai" keluh Aji
"Aku juga" balas Panji
"Nah gitu dong! Pada Semangat!!!" Ujar Eyang Arkana
"AKU SEDANG MENGELUH EYANG" Teriak Aji
"Kakek ini siapa?" Tanya Panji ke Aji
"Eyang Arkana, kakek ku dan Mada" balas Aji
"Kalian semua aneh, aku jadi ingin pindah sekolah" keluh Panji, disusul tawa semua orang diruangan itu.
Mada yang tertawa seketika tersadar bahwa ada yang kurang dari Hewan Putih Legendaris yang sedang berkumpul disini. Tidak terlihat Gajah Putih sejauh mata memandang, seingat Mada, Gajah Putih terkapar bersama Panji saat pertarungan tersebut.
"Gapu? Mana Gapu?" Tanya Mada
"Maksudmu Gajah Putih ya?" Tanya Om Jami
"Iya, aku juga tidak merasakan kehadirannya di jiwaku" Balas Panji
"Kamu dan Gajah Putih terluka saat pertarungan" jelas Pak Satya
"Kondisinya kritis, jadi aku masukan dia kedalam cangkang Kura-Kura Putih untuk penyembuhan. Karena cangkang ini tidak hanya sebagai pelindung namun tempat berobat para Hewan Putih Legendaris" Jelas Om Jami
"Aku jadi inget suka tidur didalam cangkang itu" jelas Mada
"Kok bisa?" Tanya Ajeng, Panji dan Pak Satya
"Jaga omonganmu!!!" Teriak Om Jami dan Eyang Arkana bersamaan yang kemudian memukuli Mada dengan koran, yang menyisakan kebingungan diwajah Pak Satya, Ajeng dan Panji
"Ampun!!!" Teriak Mada
Kemudian dari pintu kamar mereka ada yang mengetuk, rupanya orderan makanan yang dipesan Om Jami sudah datang. Vira yang berdiri dekat pintu mengambil makanan tersebut.
"Teman-teman, makanannya sudah datang" ujar Vira
"KAMU SIAPA?!" Teriak Mada, Aji dan Panji
"Ini adalah Vira, kakak kelas kalian yang merupakan ketua ekskul pers sekolah. Dia mengambil barang bukti dari kejadian tadi siang" Jelas Pak Satya
"Aku tidak mengerti" ujar Mada, yang diikuti Aji dan Panji yang mengangguk
"Hmm aku lupa kalian anak baru disekolah ini. Sebenarnya salah satu orang yang kalian hadapi tadi siang, merupakan salah satu anak dari pemilik perusahaan Rama Group" jelas Pak Satya
"APAAA?!" Teriak Panji dan Ajeng, namun tatapan serius seketika terpancar dari wajah Eyang Arkana, Om Jami, Mada dan Aji. Karena mendengar nama "Rama".
"Romi adalah anak bungsu dari pemilik perusahaan Rama Group yang sekaligus donatur besar di SMA Arya. Pasti setelah kejadian ini mereka tidak akan hanya tinggal diam, walau posisi kalian dikeroyok tapi mereka selalu mampu menekan Kepala Sekolah untuk membalikan fakta." Jelas Pak Satya
Om jami kemudian berjalan mendekati Vira dan meminta bukti yang sudah dikumpulkan. Ia melihat satu persatu foto dari Vira secara perlahan hingga ia menyadari sesuatu dan membawanya ke Eyang Arkana. Eyang Arkana melihat foto itu dan melihat Mada, Mada pun bingung seketika. Eyang Arkana pun mendekati Mada dan memberikan fotonya.
"Apa kamu menyembunyikan sesuatu dari kami?" Pertanyaan Eyang Arkana disambut dengan wajah bingung dari orang lain yang mendengarnya
"Napu..... Napu! Ini Napu!!!!" Jawab Mada yang berusaha mengingat kejadian disiang hari
"Napu?! Dimana Napu?!!" Tanya para Hewan Putih Legendaris
"Apa dia disini?" Tanya Eyang Arkana sambil mengumpulkan aura putih ditangannya dan menyentuh dada Mada.
Seketika aura putih dari tangan Eyang Arkana berpindah ke dada Mada. Aura putih itu perlahan mulai terang dan menyilaukan dan menunjukan sesosok mahluk yang keluar dari jiwa Mada. Seekor Naga Putih sebesar ukuran anakonda keluar perlahan dan melayang diatas kepala mereka semua. Semua orang merasa sejuk dan terpukau dengan pemandangan pertama mereka melihat Naga Putih tersebut. Vira pun hanya bingung dengan tingkah aneh semua orang diruangan ini yang melihat ke arah atap tempat lampu berada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mada & Naga Book 1 : Melintasi Waktu
AksiIni kisah tentang Hewan Legendaris yang hidup jauh sebelum adanya manusia. Mereka hidup berdampingan dalam dimensi yang berbeda. Suatu ketika, tiba masanya dimana dimensi itu harus runtuh karena ulah manusia yang ingin memiliki kekuatan lebih untuk...