Pagi harinya Khaira kembali bersekolah seperti biasa. Kali ini dirinya bersama Valisha sedang berada di kantin sekolah.
Dengan Khaira yang misuh misuh tidak jelas sejak tadi, perkara pak Alden makan satu meja berdua bersama bu Sarah - guru matematika kelas 11.
"Apa apaan tuh mereka berdua makan bareng, ngga liat tunangannya lagi disini juga apa" Gerutu Khaira dengan muka yang sudah ditekuk.
"Udah si ra, mendingan lo makan aja tuh. Keburu dingin mie ayam lo"
"Ngga napsu ah"
"Daripada lo nyerocos mulu dari tadi"
"Cemburu lo?" Tanya Valisha dengan alis yang terangkat satu.
"Ya ya, ya enggak lah! Ngapain juga cemburu"
"Kalo ngga cemburu ngapain lo misuh misuh dari tadi?"
"Kesel aja"
"Lo udah sayang sama pak Alden belum ra?" Tanya Valisha berbisik pelan.
"Gimana ya, ya sayang dong dia kan calon suami gue. Apalagi kalo gue di beliin album sekarung, ya tambah sayang lah!"
"Serius anjir ra, bukan yang ada sogokan albumnya" Ujar Valisha menoyor kepala Khaira lumayan keras.
"Aduh bego!"
"Gimana si val, ngga tau juga sama perasaan gue. Lo tau lah gue nikah sama pak Alden itu dijodohin" Ucap Khaira sambil mengusap kepalanya yang habis ditoyor Valisha.
"Belajar buka hati lagi, belajar cinta sama pak Alden, dia kan nantinya bakal jadi suami lo. Masa lo ngga cinta sama suami lo si"
"Iya nanti gue coba"
Setelahnya bel pertanda masuk kelas pun berbunyi, lalu semua murid SMA Bakti berhamburan untuk masuk kelasnya masing-masing.
Khaira duduk di mejanya sendiri lalu mengeluarkan buku catatannya serta perlengkapan yang lainnya juga.
**✿❀ ❀✿**
Jam sudah menunjukkan pukul 2 siang, yang artinya sekarang adalah jam untuk pulang ke rumah.
Khaira duduk dikelasnya menunggu keadaan kelas sepi, baru dia keluar dari kelas.
"Woy ra!" Panggil Valisha yang baru saja kembali dari kamar mandi.
"Apa?" Balasnya sambil mengangkat salah satu alisnya.
"Dicari noh" Tunjuk Valisha ke arah orang yang mencari Khaira dengan dagunya.
"Sama siapa?"
Khaira lalu berdiri dari duduknya untuk keluar kelas, karena kelas yang sudah mulai sepi juga.
Ditengoknya kepala Khaira ke arah kiri dan kini ia pun tau siapa yang mencarinya, yap pak Alden.
"Gue pulang duluan ya, bye" Pamit Valisha.
"Iya ati ati lo!"
Setelah Valisha pamit untuk pulang duluan baik Khaira atau pak Alden tidak ada yang membuka suara.
Dengan posisi pak Alden yang bersandar dinding kelas Khaira dan Khaira yang berdiri di depan pintu kelasnya.
Pak Alden melihat jam yang ada dipergelangan tangannya lalu beralih melirik Khaira "sekarang?"
"Emang mau kemana? Borong album lagi?, eh tapi Khaira sekarang lagi pengin beli novel banyak banyak"
"Ngga tanya"
"Heh! Tadi tanya " Sekarang?" Gitu, apa maksudnya coba? Kan otak Khaira tuh ngga nyampe kalo bapak ngomongnya disingkat singkat gitu"
Tanpa membalas cerocosan Khaira, pak Alden langsung menarik tangan Khaira untuk dibawa ke arah parkiran khusus untuk para guru.
Pak Alden membuka pintu mobil bagian sebelah supir lalu menaruh tangannya diatas kepala Khaira, bertujuan agar tidak terpentok.
"Ini ngapain megangin ubun-ubun Khaira?"
"Masuk" Tunjuk pak Alden dengan dagunya.
"Emang mau kemana si?"
"Lo lupa?"
Khaira menepuk keningnya sendiri, ia lupa sekarang adalah hari dimana ia dan pak Alden harus fitting baju pengantin.
"Hehe, lupa" Cengirnya dengan muka tak berdosa.
"Masuk" Perintah pak Alden sekali lagi.
"Oke" Lalu Khaira pun masuk dan duduk manis di sebelah pak Alden.
Di tengah perjalanan Khaira menanyakan sesuatu pada pak Alden "pak tadi kok saya liat bapak makan berdua sama bu Sarah, lagi bahas apa?"
Pak Alden menolehkan wajahnya menghadap Khaira lalu kembali menghadap depan lagi "bukan urusan lo"
"Loh ya urusan saya dong!"
"Lo siapa gue?"
"Calon istri"
"Baru calon kan? Belum sah jadi istri kan?"
"I-iya belum" Balasnya tergagap.
"Ya udah"
"Ish!"
**✿❀ ❀✿**
Sesampainya di tempat fitting baju keduanya langsung diarahkan ke tempat dimana letak dress dan ruang gantinya.
"Hai, ini Khaira?" Tanya pemilik butik.
"Iya" Balasnya dengan senyuman.
"Ya sudah yuk coba dress nya, saya bantu"
Khaira hanya mengangguk lalu mereka pun masuk ke dalam ruang ganti untuk mencoba dress pengantin nya.
"Cocok, cantik banget kalo dipake sama kamu"
Khaira memutar tubuhnya untuk melihat bayangan dirinya dikaca full body "bagus, Khaira suka tante. Jadi keliatan feminin"
Pemilik butik pun terkekeh "emang kamu petakilan ya?"
"Kata orang-orang si iya"
"Padahal muka kamu kalemable lohh"
"Udah tante, ngga usah mikirin omongan orang sakit hati sendiri nantinya"
"Iya bener. Udah kamu keluar sana, kasih liat dress nya sama Alden"
"Harus banget?"
"Iya dong, kenapa emangnya?"
"Malu"
"Ya sudah saya panggil suruh masuk aja ya ke sini"
Tak lama kemudian pak Alden masuk melihat penampilan Khaira dengan dress untuk acara nikahannya.
Pak Alden menatap Khaira lekat, perlahan pak Alden mendekat dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam kantung celananya lalu membisikkan sesuatu di telinga Khaira.
"Cantik, gue suka" Katanya yang membuat Khaira merinding sekaligus pipinya yang memerah seperti tomat.
"Aaah, bisa aja si bapak" Ujarnya berusaha santai dengan keadaan yang seperti ini.
"Hm" Balasnya sembari terus menatap Khaira lekat.
Jantung Khaira berdetak sangat cepat, lalu dengan berani ia mendorong dada pak Alden pelan "udah ya bapak, Khaira mau ganti baju. Pak Alden keluar dulu"
"Kalo ngga mau gimana?"
Khaira yang mendengarnya pun terkejut dan dengan jantung yang berdetak lebih kencang.
Pak Alden hanya terkekeh melihat Khaira yang kaget seperti itu "bercanda" Ujarnya lalu keluar dari ruang ganti.
Khaira menghela napasnya "kenapa si itu orang, tadi aja galak banget sekarang bikin anak perawan ketar ketir"
**✿❀ ❀✿**
Jiakhhh, bentar lagi nikah niii😻🤭
Ketar ketir ga tuh
KAMU SEDANG MEMBACA
831,224
Teen Fiction"Bapak mau makan apa?" Tanya khaira yang akan bersiap untuk memasak makan malam. "Jangan panggil gue bapak, gue bukan bapak lo!" "Terus kudu panggil apa?" "Serah lo, yang penting jangan bapak" "Ok" Ucap khaira menurutinya. "Oh ya setelah lo pinter...