Setelah acara akat nikah beserta resepsi selesai kini pak Alden sedang menunggu Khaira selesai memasukkan semua bajunya ke dalam koper.
Karena memang hari ini juga Khaira akan berpindah rumah, tepatnya di rumah milik pak Alden sendiri.
Khaira membereskan bajunya sendiri tanpa dibantu oleh pak Alden, sedangkan pak Alden ia sedang sibuk berbincang-bincang bersama ayahnya, entah apa yang dibicarakan.
"Apa lagi yang gue bawa ya?" Tanyanya pada diri sendiri.
Ckelek
Tiba-tiba saja bundanya masuk ke dalam kamar Khaira dan yang ia lakukan sekang hanyalah melihat Khaira yang sibuk sendiri mengabsen apa saja yang harus ia masukan ke dalam koper.
"Ra" Panggil Kanaya.
"Kenapa bun?" Balasnya dengan mata dan kedua tangannya yang sibuk ke sana kemari.
"Ra, bilangin dulu sini" Ucap Kanaya sembari melambaikan tangannya memerintah Khaira untuk mendekatinya, walau percuma saja karena Khaira yang tidak melihatnya.
"Bilang apa bunda?" Jawabnya seraya menolehkan kepalanya kebelakang.
"Sini dulu makannya, ngadep bunda"
Khaira berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah kasurnya lalu duduk di sana bersama Kanaya.
"Apa bun?"
Tanpa menjawab Kanaya langsung memeluk Khaira erat sembari menahan isak tangisnya.
Khaira membalas pelukan bundanya tak kalah erat dan bertanya kepada dirinya sendiri, mengapa bundanya ini tiba-tiba memeluknya seperti ini.
"Bunda kenapa?"
Perlahan Kanaya melepaskan pelukannya dan menjawab dengan gelengan di kepalanya.
"Bunda sedih tau, kamu mau dibawa pergi sama Alden"
"Ya ampun bunda. Kan Khaira masih bisa main kesini"
"Ntar rumahnya jadi sepi kalo ngga ada kamu"
"Ya udah nanti kalo Khaira pulang sekolah Khaira pulangnya kesini sampe ayah pulang dari kerja, jadi bunda ngga kesepian deh"
"Ngga usah, kamu ngga perlu kaya gitu biar bunda ngga kesepian"
"Terus bunda maunya gimana dong?"
"Bunda maunya kamu bahagia"
"Ish bundaaaa, selama Khaira sama ayah bunda juga bahagia terus kok"
"Ngga sayang, kamu pasti tertekan"
"Seharusnya Khaira ngga si yang ngomong kaya gitu?" Katanya terheran.
"Iya si bener juga, tapi walaupun kamu nyebelin bunda tetep sayang banget sama kamu"
"Oh iya dong, harus itu"
Kanaya terkekeh lalu berkata rada serius dengan Khaira. Rada doang loh yaaa, ngga serius serius amat.
"Ra kamu yang nurut ya sama Alden, bunda tau kamu pasti belum cinta sama dia secara kan kalian itu dijodohin. Tapi bunda minta banget sama kamu, kamu jadi istri yang nurut ya, jangan suka ngebantah"
"Menikah itu bukan perkara yang gampang, pasti ada susah, senangnya ngga bakalan mulus kaya jalan tol. Bunda ngga tau kedepannya nanti kalian bisa gimana, tapi bunda yakin dan bunda percaya sama kalian berdua, kalian pasti bisa jadi dewasa bareng-bareng. Yang terpenting kalo kalian ada masalah jangan sekali kali kamu bilang cerai dari mulut kamu oke?"
Khaira memeluk bundanya erat karena tak bisa menahan tangisnya, lalu ia mengangguk di dekapan hangat bundanya.
"Iya bunda"
KAMU SEDANG MEMBACA
831,224
Ficção Adolescente"Bapak mau makan apa?" Tanya khaira yang akan bersiap untuk memasak makan malam. "Jangan panggil gue bapak, gue bukan bapak lo!" "Terus kudu panggil apa?" "Serah lo, yang penting jangan bapak" "Ok" Ucap khaira menurutinya. "Oh ya setelah lo pinter...