Aqiqah

1.8K 111 4
                                    

Saat matahari tepat berada di atas kepala bukankah itu waktu yang sangat pas untuk tidur ditemani dengan suhu ac dalam angka 24oC, tetapi berbanding terbalik dengan suasana ramai orang dalam rumah orang tua Alden yang sekarang sedang membersihkan ruang tamu rumah mereka.

Memindahkan kursi-kursi dan meja agar semua tamu undangannya bisa masuk semuanya dengan sempurna, menyapu dilanjut dengan mengepel lantai agar tidak ada debu yang berhamburan dan yang terakhir adalah memasang karpet di atas lantai ruang tamu milik orang tua Alden.

Sekarang hanya anak Alden saja yang tertidur dengan pulas, tak memedulikan orang-orang di sekitarnya yang sibuk menyiapkan acara aqiqahnya.

Tepat 2 minggu usia Sangga sekarang dan hari ini juga keluarganya mengadakan acara aqiqah yang akan dimulai sore hari nanti setelah ashar, tidak mengundang banyak tamu hanya para tetangga dekatnya, saudara dari kedua keluarga tersebut, dan rekan kerja saja dan kedua teman Alden, karena besan dan anak sulungnya itu sudah dipastikan datang tanpa diminta.

“Kenapa kamu ngga ikut tidur aja?” Tanya Alden pada Khaira yang sedang fokus memasukkan snack ke dalam box.

“Ngga ngantuk” Jawab Khaira yang tetap fokus memasukkan snack tersebut ke dalam box makanan.

Saat ini mereka berdua sedang berada di ruang tamu setelah ruang tamu tersebut rapih terpasang karpet. Hanya berdua, sambil mengisi box kosong yang seharusnya terisi dengan makanan ringan dan ditemani dengan obrolan santai keduanya.

“Semalem kebangun berapa kali?” Tanya Khaira yang melihat mata suaminya seperti sedang menahan kantuk.

“4 kayanya”

“Kenapa ngga bangunin aku?”

“Ya ngga papa. Anaknya juga anteng, rewel si, dikit” Kata Alden, ia meminum jus jeruk yang ada di sebelahnya, “soalnya udah aku iming-imingin” lanjutnya setelah ia meneguk jus jeruk tersebut.

Khaira sedikit mengerutkan dahinya, “iming-iming apa?”

Alden tersenyum dengan penuh arti dan Khaira sudah sangat was was dengan senyuman itu. “Aku bilang gini ‘kalo kamu rewel ngga pipo buatin lapangan basket nanti kalo udah gede’ gitu terus dia diem, abis itu aku ajak nonton bola di kamar sambil aku tepuk-tepuk perutnya eh bobo. Ya udah aku taruh kasur lagi, terus kebangun lagi karena poop, terus bangun lagi dia kegerahan, terus yang terakhir bangun karena ngga di pat-pat” Jelas Alden pada Khaira yang sedari tadi menyimak.

Khaira diam sedari tadi karena ia masih agak tercengang dengan iming-iming yang diberikan suaminya pada anaknya yang bahan belum genap 1 bulan.

“Kamu laper ngga ra?” Kata Alden mengubah arah pembicaraan.

“Ngga”

“Ngga mulu dari tadi, sekali-kali jawab iya kek”

“Ya memang jawabannya ngga, gimana dong”

“Ya udah, aku kasih 1 pertanyaan lagi tapi kamu harus jawab iya”

“Idih maksa, ya udah deh”

“Kamu mau ciumMpTh” Dengan gerakan secepat kilat Khaira buru-buru menutup mulut suaminya dengan tangannya sendiri sebelum suaminya itu selesai berbicara karena Khaira sudah tahu kata terakhir apa yang akan keluar dari mulut suaminya.

“Apa si ra!” Kata Alden tak terima karena ucapannya tadi terpotong.

Ia memutarkan kepalanya ke arah pintu masuk yang berada di belakangnya karena sedari tadi mata Khaira terus saja melirik ke arah pintu tersebut.

Dan benar saja ternyata di depan pintu tersebut ada papanya dan kakak laki-lakinya berdiri dengan setelan jas lengkap dan sebuah tas laptop yang berada digenggaman tangan mereka.

831,224Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang