Ini dicepetin ya gaes, dan sebelumnya aku mau minta maaf banget kalo part ini ngga jelas😭
>//< >//< >//<
Tiga bulan sudah berjalan semenjak kelahiran anaknya, dan sekarang anak itu tumbuh dengan sehat dan tampan seperti bapaknya.
Tiga bulan ini juga bukan waktu yang mudah dilewati bagi Khaira dan juga Alden dan itu akan dirasakan oleh keduanya hingga nanti anaknya itu tumbuh dewasa.
Bukan pilihan yang mudah bagi Khaira memang, disaat usianya yang masih mud aini ia sudah mempunyai tanggung jawab besar untuk mendidik anaknya kelak.
Tetapi ia tidak melewatinya masa-masa susahnya sendirian, ada suaminya yang siap menampung semua keluh kesahnya disaat ia merasa iri dengan anak seumurannya yang lain, dan disaat itulah Khaira merasa menjadi orang yang paling beruntung di dunia ini.
Seperti kala itu, Khaira yang melihat suaminya makan siang sedangkan dirinya sedang kesusahan menenangkan anaknya yang menangis entah meminta apa.
“Anak mimo ini sebenernya mau apa sayang, nangis terus dari tadi” Kata Khaira sedikit greget.
“Perasaan ac nya udah dingin, nyusu juga ngga mau, kalo bobo baru bangun sejam yang lalu masa udah ngantuk lagi” Gerutu Khaira.
Ia memilih keluar dari kamar untuk mencari suaminya Langkah pertama yang ia pilih adalah menuju ruang keluarga karena ia pikir suaminya ini sedang menonton televisi tetapi ternyata nihil.
Akhirnya Khaira melanjutkan langkahnya menuju ruang makan dan benar saja suaminya sedang santai makan di sana.
“Enak ya, lagi makan apa itu?” Sindir Khaira dari belakang kursi yang diduduki Alden.
“Ngga tau anaknya dari tadi nangis apa, malah enak makan” belum sempat Alden menjawab Khaira sudah lebih dulu mengeluarkan isi hatinya.
“Ya udah sana kamu makan gentian aku yang ngurusin anaknya” Balas Alden dengan nada lembut tanpa bentakan di dalam nada bicaranya.
Khaira memberikan anaknya yang berada dalam gendongannya kepada suaminya dengan hati-hati setelahnya ia hanya berdiam diri tanpa membalas ucapan suaminya atau pergi mengambil nasi beserta lauknya.
“Udah sana makan, nungguin apa?” Kata Alden sambil mengusap-usap punggung anaknya naik turun.
“Ih kok sama kamu diem si!” Ujar Khaira sedikit ngegas.
“Makannya yang ikhlas kamu tuh jangan grusa-grusu” Jawab Alden sambil terkekeh karena merasa lucu dengan wajah Khaira yang memerah hingga telinganya karena menahan kesal.
“Kalo ngga ikhlas mah udah aku buang dari awal”
“Khaira” Ucap Alden penuh penekanan.
“Iya maaf” Jawab Khaira sambil menundukkan kepalanya.
“Ngga boleh kaya gitu ah”
“Iya tadi kan udah minta maaf” Kata Khaira kembali ngegas.
“Kamu kenapa si, marah-marah mulu hm” Ujar Alden kembali ke nada semuka yaitu halus tanpa penekanan dan tanpa membentak. Karena ia sadar jika ia mengikuti intonasi Khaira keduanya tidak akan selesai beradu mulut.
“Ngga papa pengin istirahat aja”
“Ya udah tinggal istirahat aja, gitu aja pake marah dulu lagian aku juga ngga bakal marahin kamu kalo kamu mau istirahat”
“Ya udah” Kata Khaira kembali mengegas.
“Kalo kaya gini keliatan banget ini anak pertamanya” Balas Alden sambil mencubit hidung Khaira yang mancung itu dengan gemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
831,224
Teen Fiction"Bapak mau makan apa?" Tanya khaira yang akan bersiap untuk memasak makan malam. "Jangan panggil gue bapak, gue bukan bapak lo!" "Terus kudu panggil apa?" "Serah lo, yang penting jangan bapak" "Ok" Ucap khaira menurutinya. "Oh ya setelah lo pinter...