Chapter 4

10.7K 851 33
                                    

Ceklek

Adwan membuka pintu kamar yang memang tidak dikunci.

"Assalamu'alaikum," ucap Adwan pelan, dengan pandangannya yang langsung tertuju ke tempat tidur. Ya, disana ada Aidan yang sedang sakit. Terpaksa ia tinggalkan sebentar tadi karena ada kelas malam. Aidan, sepupu sedarah Adwan. Putra dari adik perempuan Ibunya.

"Wa'alaikumussalam," sambut Aidan terdengar riang. Tak seperti orang sakit. Bahkan senyumnya kian merekah ke Adwan, dengan posisinya yang kini tengah duduk bersila di atas tempat tidur.

"Aidan! kamu udah baikan?" Adwan berjalan menghampiri Aidan, dengan raut wajahnya yang sedikit heran.

Aidan balas mengembangkan senyum, "Alhamdulillah udah mendingan nih Wan. Gak pusing lagi kayak dua hari yang lalu."

"Wah! Kok bisa tiba-tiba gini?"

"Hehe, gak tau juga nih. Sehabis sholat isya tadi, tiba-tiba badan aku jadi ringan, enakan gitu."

"Alhamdulillah. Rencananya kalau semisal kamu belum sembuh, besok aku bakalan telpon Paman buat jemput kamu, biar kamu berobat lebih lanjut gitu, eh taunya udah sembuh aja."

"Hehe, Iya nih Wan. Kayaknya aku gak usah pulang dulu, lagian baru minggu kemarin aku balik ke pondok ini."

"Iya, kalau udah sembuh gini, ngapain pulang," Adwan menepuk akrab punggung Aidan.

Aidan hanya balas dengan cengengesan tak jelasnya.

"Yaudah, istirahat sekarang! Biar makin total sembuhnya," lanjut Adwan sambil berdiri dari samping Aidan. Hendak istirahat juga ke kasurnya yang berjarak sekitar satu meter dari kasur Aidan.

"Eh, Wan. Tunggu!!" Aidan menarik spontan bagian belakang kameja putih Adwan.

Adwan menoleh dengan dahinya yang mengernyit heran "Kenapa?"

"Ini ada kue, dari Wulan," Aidan memperlihatkan sekotak kue yang ada dalam bungkusan plastik.

"Oh," hanya itu tanggapan Adwan.

"Loh, kok gitu?" malah Aidan yang jadi ribet.

"Kamu mau?" respon Adwan lain

"Mau apa?" Aidan bertanya balik.

"Mau kuenya," balas Adwan malas.

"Kuenya? Mau mau! Mau banget malahan, hehe." sambar Aidan kesenangan.

"Yaudah, buat kamu aja. Habisin malam ini juga!"

"Loh, tapi Wan."

"Makan sebelum aku buang!" ketus Adwan, dan langsung menghampiri kasurnya.

Pun Aidan tampak mengangkat acuh bahunya. Lalu tanpa pikir panjang, langsung melahap kue itu.

***

"Duh, Si Vanya mana sih? Katanya nunggu di bawah pohon mangga, tapi kok gak nongol-nongol," gerutu Syaqib sendirian, yang kini tengah berdiri siaga di bawah pohon mangga bersama Fauzan.

Saranghaeyo, Gus Tampan [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang