Chapter 40

6.9K 636 284
                                    

Pukul 4 sore, adzan ashar sudah terlewat sedari satu jam tadi. Sekarang cuaca tampak sangat mendung, petir sesekali terdengar, dan hembusan angin juga turut menyertai. Sepertinya sebentar lagi akan turun hujan.

Di ruang makan yang terlihat megah, ada Aidan dan Ahtar yang sedang makan berdua. Sementara orang tua mereka sedang duduk santai di ruang tengah, sengaja mereka tidak ikut makan karena memang jadwal makan yang seharusnya adalah di malam hari nanti. Sedangkan Aidan merasa lapar tiba-tiba, sehingga ia makan duluan saja. Dan Ahtar memang selalu mengekorinya.

"Abang Aii," panggil Ahtar tiba-tiba, dengan makanan yang penuh di mulutnya.

"Iya, Dek?" Aidan membalas tanpa menoleh, tetap fokus dengan piringnya.

"Abang Aii kapan punya pacal cantik cepelti pacalnya Abang Awan?"

"Uhuk uhuk," Aidan langsung tersedak ulah lontaran Ahtar.

"Ngomong apa sih Tar! Kamu masih kecil, jangan berpikiran sedewasa itu," lanjut Aidan dengan wajah tak karuannya.

"Yohh! Kan Ahtal cuma nanya Abang. Telselah Abang mau punya pacal atau enggak."

"Ih Tar, apaan sih ngomongnya. Siapa coba yang ngajarin kamu kayak gitu."

"Nanti Kayau Abang Aii punya istli, hayus cantik cepelti Kakak Calas yaa," Ahtar malah memperdalam topik dengan raut wajahnya yang seakan begitu memerintah.

Kali ini senyum Aidan sedikit mengembang, merasa lucu juga sepertinya dengan kalimat Ahtar "Kalau nanti istri Abang Aii kurang cantik, gimana dong?"

"Aaa...gak mauu, istli Abang Aii hayus cantik,"

"Dih...apaan sih Tar, suka-suka Abang dong. Istri, istri Abang, kok malah kamu yang sibuk. Dunia ini bukan hanya milik si good looking, Tarr."

"Telcelah Abang, pokoknya nanti Ahtal gak mau digendong cama istli Abang kayau istli Abang jeyek."

"Ish, gak boleh ngomong gitu Dek. Kita semua sama-sama makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna dari makhluk-makhluk lainnya. Jadi, menghina ciptaannya, sama dengan menghina penciptanya. Emang Ahtar mau menghina pencipta Ahtar sendiri?"

"Aaa....gak mau Abang Aii. Kata Papa, Allah cangattt baik. Hayus celalu dipuji cama dicembah."

"Masyaa Allah, pintarnya Adek Abang. Nah, gitu dong. Kamu tau gak Tar, seindah-indahnya cantik adalah ia yang berhati baik."

"Beyalti celama ini Ahtal calah yah Abang Aii?"

"Iya, Ahtar salah."

"Tapi Kakak Calas baik cama cantik, Abang."

"Iya Tar, iyaa. Kakak Saras emang baik dan cantik. Kamu gak bosan apa Tarr ngomongin Kakak Saras mulu?"

"Enggak, Kalena Kakak Calas cantik dan juga cayang cama Ahtal."

Terlihat Aidan yang menghela napas, sembari meraih gelas yang ada di depan Ahtar "Iyaaa, terserah kam....."

Taph

Gelas itu tumpah di atas meja, dan semua airnya mengalir membasahi Ahtar.

"Huwaaa, Mamaaaa," tangisan Ahtar langsung memenuhi seisi rumah.

"Eh, Ya Allah!! Maaf Dek, Abang gak sengaja," wajah Aidan benar-benar kepanikan, dan menocoba mendekati Ahtar ke bangkunya.

"Huwaaa, Abang jahatt...Abang jahatt. Mamaaaa, Abang Aii jahatttt," teriak Ahtar dengan raungan tangisannya, sembari menepiskan tangan Aidan yang mencoba menggendongnya.

"Ya Allah, Tarr. Demi Allah, Abang gak sengaja. Tangan Abang kesenggol sama tepi meja tadi, makanya gelasnya jadi lepas."

"Huwaaa, Kakak Calas...Kakak Calas," tangisan Ahtar semakin menjadi.

Saranghaeyo, Gus Tampan [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang