Sholat isya sudah terlewat sedari beberapa jam yang lalu, sekarang jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Walaupun sudah sedikit larut, namun keadaan koridor serta halaman ponpes masih sangat ramai. Maklum, minggu tenang, ditambah lagi besok adalah penerimaan raport.
Gedubrakk
Adwan medorong kasar pintu ruangan Ayahnya.
Sontak, Ayahnya menoleh dengan kaget yang luar biasa.
"Apa-apaan kamu Ad......"
"Ayah...." Adwan langsung menyerbu paha Ayahnya, menangis bertumpu disana.
Tentu saja Ayahnya bingung setengah mati "Hei, kenapa kamu Wan?"
"Ayah...." Tangisan Adwan malah semakin menjadi, seakan ia sedang mencari sosok pengaduan.
"Wan, kamu kenapa hei? Jangan buat Ayah takut begini."
"Ayah, dia sakit. Ayo antar Adwan ke rumahnya."
Sungguh, Adwan sangat mencampur aduk pikiran Ayahnya. Panik dan bingung ia hadiahkan untuk Ayahnya di malam ini.
"Maksud kamu apa Adwan? Dia siapa? Yang sakit siapa?"
"Antar Adwan ke rumahnya, Ayah." Adwan malah melanjutkan tangisannya, tanpa menjawab kebingungan Ayahnya.
"Hei Gus, maksud kamu apa? Rumah siapa? Cerita yang jelas ke Ayah, biar Ayah paham"
"Saras, Ayah. Dia sakit."
"Allahu Akhbar!" Papanya tidak tahu lagi harus bereaksi apa. Sejak kapan putra pendiamnya berubah jadi seperti ini, pikirnya.
"B-benar kah Saras sakit? Sakit apa?" lanjut Ayahnya berusaha bersimpati.
"Adwan gak tau, Ayah. Yang jelas Mamanya sampai datang kesini tadi buat jemput dia."
"Loh, iya Gus?"
"Iya, Ayah. Antar Adwan ke rumahnya sekarang."
"Udah malam Nak, kenapa tidak bilang siang tadi."
"Ayah gak ada disini tadi siang, udah Adwan datangin berkali-kali."
"Oh, iya! Ayah tadi ada rapat di luar."
"Ayo pergi sekarang, Ayah."
"Ayah tidak bisa Nak, kerjaan Ayah banyak. Besok kalian menerima raport, dan besoknya perpisahan kelas 7. Jadi, Ayah harus memeriksa semua data laporan kegiatan malam ini juga."
"Tapi, Ayah..."
"Percaya sama Ayah, Saras akan baik-baik saja. Lagian, malam lusa kan kita sudah mau berkunjung ke rumah mereka. Jadi, sekalian disitu saja kita menjenguk."
Seketika Adwan mengangkat tumpuan wajahnya dari paha Ayahnya "K-kita ngapain kesana, Ayah?"
"Oh, iya! Ayah belum bilang ya sama kamu soal kelanjutan pembicaraan kita kemarin. Jadi, Gus. Ayah sama Ibu setuju, dan memutuskan untuk menemui orang tua Saras di malam minggu ini saja, malam dimana kamu sama Saras sudah berada di rumah masing-masing."
"Ayah s-serius?"
"Iya, Mana mungkin Ayah bercanda soal beginian."
"Tapi dia lagi sakit, Ayah."
"Yasudah, kita tetap pergi ke rumah mereka lusa malam. Kalau sakitnya tidak parah, kita langsung utarakan maksud kedatangan kita. Tapi kalau kesehatannya tidak memungkinkan, kita pending dulu, kita datang sebagai penjenguk saja di malam nanti."
"Tapi lusa malam itu masih lama, Ayah. Adwan cuma mau tau aja keadaannya dulu kalau buat sekarang. Besok Adwan akan pergi."
"Jangan keras kepala, Adwan. Atau Ayah akan undur waktunya ke minggu berikutnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Saranghaeyo, Gus Tampan [TELAH TERBIT]
Teen FictionTidak Follow, tidak usah Baca!!! Bagaimana jadinya ketika cewek penggila cowok korea (Oppa korea) tiba-tiba terpikat ketampanan anak Kyai? Dari yang kesehariannya meneriakkan "Oppa", berubah menjadi teriakan "Gus" Sebenarnya mustahil terdengar, dari...