Chapter 9

7.3K 693 53
                                    

Malam kian menyapa. Ratusan bahkan ribuan santri sudah berkumpul di halaman utama ponpes, turut menyaksikan acara rutinitas talenta kelas. Santri putra dan santri putri digabung? Ya, karena ini memang namanya acara gabungan. Kesadaran diri masing-masing saja yang dituntut agar jangan berbuat aneh-aneh. Namun, ada banyak juga Ustadz, Ustadzah, serta senior kelas 7 yang berkeliling wanti sepanjang acara. Jadi, mustahil untuk para santri mengambil kesampatan dalam kesempitan.

Di salah satu kamar asrama putri kini,

"Saras, buruan siap-siap!!!"

"Duh, rempong banget. Siap-siap kemana sih Tannnn?"

"Ada acara talenta kelas malam ini, semua santri wajib hadir."

"Enak aja!! Oppa aku nih, bakalan tamat malam ini. Yakali aku sampai ketinggalan!"

"Duh, Saras!! Tutup dulu deh mending laptop-nya. Nanti kita telat!!"

"Yaudah! Buruan kalian berdua berangkat, aku mah mau sama Ayang Song-Kang aku aja disini."

"Ayo deh Tan, bisa gila kita lama-lama kalau ladenin dia!"

"Benar banget Van. Berasa punya anak aku tuh semenjak dia pindah ke sini, ngerepotin!"

"Dih! Gila banget. Lihat tuh senyum-senyum sendiri ngadap laptop."

"Kayaknya yang boleh pakai laptop se ponpes ini cuman Saras deh, deskriminasi emang selalu ada dimana-mana."

"Emang! Orang peraturan ponpes ini gak diberlakuin buat dia. Dia disini itu cuma sebagai formalitas, makanya dia gak takut sama apa-apa."

"Enak benar Rass hidup kamu."

"Duhhh!! Berisik banget sih kalian berdua. Buru atuh pergiiii, aku gak fokus nih nontonnya."

"Allahu akhbar, Sarass!!! Iya iya kami pergi. Makan tuh drakor!!"

Vanya dan Tania berlalu dengan sedikit perasaan kesal, namun hanya sedikit. Pun, mereka sudah kebal dengan sikap Saras yang tak menentu.

***
Acara sudah dibuka, satu-persatu talenta mulai ditampilkan. Kini para santri antusias menikmati acara yang sedang berlangsung.

Di bangku belakang, tampak Aidan, Syaqib, dan Fauzan yang duduk rapi. Serta di depan mereka ada Vanya dan Tania. Hmm, sepertinya disengaja. Namun Adwan tidak ada disana, entah dimana ia sekarang.

Srep

Saras muncul tiba-tiba di hadapan mereka, entah dari mana ia datang. Pakainnya kini adalah celana piyama tidurnya, dengan hoodie over size sebagai atasannya. Lengkap dengan tudung hoodie-nya yang menutup kepalanya, sehingga ia tak lagi mengenakan jilbab.

"Saras!!" kaget Vanya dan Tania.

"Ya Allah, Rass. Pakaian kamu kenapa gini heh!! Mana pakai celana lagi, Allahu!!" prustasi Vanya.

Sedangkan tiga sahabat Adwan di belakang tampak menahan tawa. Ya, Saras terlihat menggemaskan dengan kostumnya sekarang. Ditambah lagi wajanya yang memang korean-able.

"Eh, Mas dapur!!" Saras menunjuk tak biasa ke Aidan.

"Haha, Mas dapur!!" sambaran tawa Syaqib dan Fauzan.

"Eh, bukan gitu. Kemarin kan dia yang ngantarin aku ke dapur. Dan aku belum tau namanya, makanya panggil gitu."

Terlihat Aidan yang merekahkan senyum manisnya "Gak apa-apa kok. Aku Aidan, jangan panggil Mas dapur lagi."

"Aidan!! Wah nama yang tampan, persis orangnya," ucap Saras datar saja.

Sementara Aidan sudah salah tingkah tak menentu kini.

Saranghaeyo, Gus Tampan [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang