Chapter 47

4.8K 624 383
                                    

Pukul 10 siang kini. Koridor ponpes Al-Fatah dipenuhi hiruk-pikuk para Santri, padahal biasanya di jam tersebut mereka masih aktif-aktifnya belajar di dalam kelas. Namun kali ini terlihat berbeda, semuanya tampak heboh.

"Heh, kalian dengar beritanya gak sih kalau istri Gus Adwan meninggal?"

"Shutt, jangan keras-keras ngomongnya."

"Ih, rasanya kayak mimpi tau gak! Padahal tadi pagi aku masih lihat dia di barisan pas apel penyambutan santri baru."

"Ha, itu lah! Pulang dari sini meninggalnya katanya tadi."

"Kayaknya sekarang para ustadz sama ustadzah lagi otw kesana, makanya kita free kelas."

"Loh, mayatnya udah di rumah memang?!"

"Dari yang aku dengar tadi sih belum, masih di rumah sakit. Kan dia sempat dilarikan ke rumah sakit tadi, sebelum akhirnya meninggal.

"Ngeri ya kalau bicara soal umur. Padahal istrinya Gus Adwan masih muda, sehat-sehat aja."

"Lah, jangankan istrinya Gus Adwan. Anak yang baru lahir aja bisa meninggal kalau kita sangkutkan ke perkara umur."

"Iya, tau kok. Tapi teringatnya loh ish!"

"Eh, tapi kalau dari yang aku dengar, istri Gus Adwan itu pernah mengidap menyakit mematikan."

"Ih, apa iya?!"

"Iya, aku dengarnya gitu kemarin."

"Hmm, kalau gitu salah Gus Adwan dong, udah tau penyakitan, eh masih aja dinikahin. Sekarang jadi duda di usia muda, tau rasa kan!"

"Eh, gak boleh ngomong gitu loh Leni. Jodoh, maut, rezeki ada di tangan tuhan. Ini terjadi karena memang udah ketetapan yang di atas."

"Tau tuh si Leni, lemes bener mulutnya. Kena cepuin nanti, mampus kamu!"

"Dih, kok pada sewot! Kan emang benar. Fakta loh hei kalau mulai detik ini Gus Adwan resmi berstatus duda!!"

Srep

Terlihat Wulan yang melintas dari sebelah perkumpulan para santri-wati tersebut.

"Dijaga dulu mulutnya, pihak keluarga juga belum ada yang konfirmasi!" ucapnya ketus, dan langsung meninggalkan tempat itu.

Sontak, para santri itu langsung bungkam. Menatap Wulan yang berlalu dengan raut wajah takut masing-masing.

"Semua percakapan kalian sudah saya rekam. Mana tau nanti Gus Adwan membutuhkannya." seorang santri-wati cantik muncul tiba-tiba di tengah mereka. Lengkap dengan alat rekam dan kamera yang ia pegang. Dia adalah orang yang sama atas kasus penyebaran foto berpelukan Wulan dan santri yang lainnya kemarin.

Mulutmu, harimau-mu. Belum siap satu masalah, sudah datang lagi masalah baru. Wajah para santri yang bergosip tadi benar-benar was-was sekarang.

Lain halnya dengan santri yang bernama Leni, ia berjalan menghampiri santri cantik itu dengan tatapan murka.

"Maksud kamu apaan, siniin reka....."

"Bodoh!" sambut santri cantik itu disertai senyum smirk-nya.

Brugh

Ia lanjut mendorong Leni sampai terjatuh ke lantai.

Tanpa beban pikiran apapun, ia berjalan santai meninggalkan rombongan santri penggibah itu.

"Keluarga Aidan, keluargaku juga," senyum smirknya lagi-lagi menghias.

***

Flasback on

Saranghaeyo, Gus Tampan [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang