Chapter 52

4.6K 561 44
                                    

Masih di hari yang sama. Seluruh rombongan santri yang datang menjenguk Saras sudah kembali ke ponpes, kecuali Syaqib dan Fauzan. Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore sekarang.

"Gus, temanin aku sama Fauzan makan dong ke kantin rumah sakit. Kami belum makan dari siang tadi." suara Syaqib terdengar menyeletuk.

"Benar, ayo dong Gus. Udah lama kita gak makan bareng." Fauzan menimpali.

Tentu saja Adwan menatap suram terhadap dua sahabatnya itu, tak habis pikir.

"Kalian lihat kan kalau istri aku lagi sakit!"

Syaqib dan Fauzan malah cengengesan menatap Adwan "Kan Neng Saras udah baikan Gus, lagian makannya bentar doang kok nanti. Janji, gak sampai 10 menit deh."

"Terus istri aku ditinggal gitu?"

"Kan bentar doang Gus."

"Gak masalah kan Neng Ras?"

Saras hanya memasang senyum tipis, sedangkan Adwan mendelik tajam terhadap Syaqib dan Fauzan.

"Bodoh! Kalian berdua pulang deh mending, makan di pondok aja nan...."

"Gak masalah kok Chagi, temanin aja mereka. Aku juga mau bobok dulu bentar."

"Loh, t-tapi Sayang...."

"Udah, temanin aja dulu mereka. Lagian aku paham apa yang Syaqib dan Fauzan rasakan, yaitu tentang sahabat yang merindukan masa-masa bersama."

"Nah, benar tuh Neng Ras! Si Gus mah gak pernah ngertiin perasaan kami."

"Yaelah...iya iya, ayo aku temanin. Manja banget jadi cowok."

Tentu saja tawa lepas Syaqib dan Fauzan langsung menyambar "Sesekali doang kok Gus."

"Yaudah, buruan kalian pergi. Gak baik telat makan." suara Saras terdengar menengahi.

"Ayo Gusss," Fauzan dan Syaqib langsung menarik tangan Adwan.

"Bentar ih!" Adwan menghempaskan kedua tangan yang menariknya, lalu berjalan menghampiri Saras.

"Sayang, aku pergi bentar ya. Nanti aku minta tolong Ibu buat jagain kamu."

"Pergi aja Chagi, gak apa-apa kok. Aku juga udah merasa baikan, gak ada yang sakit-sakit lagi."

"Oke Sayang, aku pergi bentar ya."

Saras menganggukkan kepalanya, seraya beriring senyum. Bersamaan dengan itu, Adwan dan dua sahabatnya pun berlalu menuju kantin rumah sakit.

"Eh, Aidan mana?" celetuk Adwan sambil terus berjalan diapit Syaqib dan Fauzan.

"Nah! Itu dia Gus, kayaknya udah pulang deh dari tadi."

"Apa iya?"

"Iya kayaknya Gus. Nanti aja deh kami telepon buat mastiin. Kan gak mungkin juga dia diculik, haha."

~Sementara di tempat lain...

Sosok Aidan dan santriwati yang ditabraknya tadi sedang berada di bangku taman rumah sakit.

"I-ini benaran k-kamu, Ra?"

Kini raut wajah Aidan benar-benar tak terjelaskan lagi, bahkan matanya berkaca-kaca disertai suara yang memarau.

"Iya, ini aku" suara itu terdengar begitu lembut, beriring tatapan tulus ke Aidan.

"K-kenapa...kenapa baru sekarang, kamu kemana selama i-ini, kenapa n-ninggalin aku?"

"Maafin aku, waktu itu aku gak sempat pamitan sama kamu karena aku sama Mama harus segera bawa Papa berobat ke Luar Negeri. Aku sempat lari ke teras rumah kalian, tapi kata Tante, kamu lagi di pesantren."

Saranghaeyo, Gus Tampan [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang