Chapter 29

6.5K 683 125
                                    

Aidan dulu deh yang nyapa, Hai!

____________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

______________________________________
______________________________________
______________________________________
______________________________________
______________________________________
______________________________________

Satu minggu lebih telah terlewatkan.

Kamis kini, pukul 10 siang. Halaman ponpes tampak begitu ramai dipenuhi para santri. Tentu saja, karena minggu ini adalah free kelas bagi mereka setelah selesai melaksanakan ujian semester di minggu lalu. Dan besok, mereka akan menyambut hari Jumat, hari dimana penerimaan raport berlangsung. Lalu di hari sabtunya akan digelar perayaan perpisahan atas santri kelas 7. Setelah itu, santri kelas 1-6 akan menikmati libur panjang semester.

Di bawah pohon mangga halaman ponpes, terlihat Adwan dan ketiga sahabatnya yang juga duduk santai. Namun ada pemandangan yang janggal, di hadapan Adwan ada seorang perempuan yang berdiri. Wajahnya begitu asing di mata, tapi ia terlihat akrab dengan Adwan.

"Wah, Adwan gak nyangka sih Kak kalau Kakak bakalan nikah secepat ini."

"Haha, Kakak udah tua loh Wan, dua tahun di atas kalian."

"Kak Ahda, calon Kakak orang mana?" celetuk Syaqib dari samping.

"Coba tanya sama Aidan, Qib." sambut perempuan itu yang ternyata namanya Ahda.

"Lima langkah dari rumah." Aidan menyumbangkan suara.

"Wih gokil! Tetangga dong ya Kak."

"Haha, iya Qib. Begitu lah, jodoh gak ada yang tau."

"Calon Kakak santri juga?" lanjut Syaqib."

"Iya Qib, santri juga. Kami seumuran, dan ketemunya di ponpes ini juga."

"Wedih, Kak Ahda! Gak bilang-bilang ya dulu kalau Kakak punya gebetan disini. Tau gitu kan dulu kami bakal ngajak kenalan sebelum kalian lulus."

"Udah, nanti aja kenalannya, pas di hari pernikahan Kakak. Kalian datang ya, nih Kakak udah tulis satu persatu nama kalian di undangan."

"Datang dong pasti Kak, lagian kan kami libur."

"Gak usah bawa apa-apa, kalian datang aja, Kakak udah bersyukur banget. Terutama kamu Wan, kamu satu-satunya sepupu Kakak yang jarang terlihat."

"Kalau Aidan, Kak?" Fauzan malah penasaran.

"Kalau Aidan gak usah ditanya, selalu berada di barisan depan. Bahkan dia sama calon suami Kakak ini udah kayak teman tongkrongan kalau ketemu, saking akrabnya."

"Kakak kan tau sendiri gimana kehidupan Adwan, dia aja baru mengenal teman setelah masuk ponpes ini," timpal Aidan.

"Iya, Kakak paham. Itu semua karena Tante dan Paman sayang berlebih sama Adwan, iya kan Wan?"

Saranghaeyo, Gus Tampan [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang