Chapter 27

6.7K 682 114
                                    

Pagi menyapa lagi, arunika menyingsing indah di cakrawala timur sana. Membuat penduduk bumi semangat memulai hari. Sekarang jarum pendek menunjuk di angka setengah tujuh.

Di dalam apartemen mewah, tampak sesosok wanita mungil yang sangat rapi dengan seragam santriwatinya. Tapi wajahnya terlihat sangat masam, sedang mengintil di depan pintu kamar.

"Kamu tau gak sih kalau hari ini ada ujian semester!! Kamu nyusul aja deh mending, aku gak mau telat!" ketus Wulan ke Erfan yang masih berbaring di tempat tidur. Aneh, Erfan berbaring dengan tangannya yang mencengkram kuat kepalanya, seperti sedang menahan rasa sakit.

"Harusnya kamu sadar! Gara-gara kamu, aku jadi turun kelas. Kamu memang pembawa sial dalam hidup aku!!" tambah Wulan dengan aura murkanya. Namun sedikit pun Erfan tak membuka matanya, justru tangannya tampak semakin kuat mencengkram kepalanya.

"Aku pergi, kamu nyusul aja sendiri," Wulan hendak melangkah.

"Lan," panggil Erfan tiba-tiba dengan suara beratnya.

Wulan menoleh dengan wajah datarnya. Terlihat sangat membenci Erfan "Apaan?"

"Lan, tolong beliin aku obat ke apotik depan sana. Sumpah, kepala aku sakit banget, aku gak tau kenapa."

"Beli sendiri, kamu pikir aku babu kamu!" Wulan langsung melangkah pergi.

"Lannn," panggil Erfan dengan segala sisa kekuatannya.

Namun Wulan tak acuh sama sekali, ia bahkan sengaja mempercepat langkahnya.

Kini ia sudah berada di depan Apartemen mereka, berjalan ke tepi jalan untuk mencari taxi.

"Lannn"

Tiba-tiba wajah kesakitan Erfan melintas di pikirannya.

Entah angin dari mana yang berhembus, ia melewatkan taxi yang berlewatan dari hadapannya, dan memilih untuk menyeberang jalan. Ya, di seberang jalan terdapat apotik besar.

Benar, ia melangkah masuk ke dalam apotik itu. Lalu, meminta obat yang disebutkan Erfan tadi.

Selesai dengan obat itu, tampak ia yang buru-buru menyeberangi jalan lagi. Dan bergegas masuk ke dalam apartemen. Dengan cepat ia mendatangi Erfan ke kamar. Dan posisinya masih sama seperti tadi, masih tampak kesakitan.

Perlahan ia mendekati Erfan, dan wajahnya terlihat sedikit canggung.

"M-minum dulu obatnya," lirihnya sembari menuangkan air ke gelas, yang kebetulan ada di nakas kamar itu.

"Wulan," suara Erfan terdengar kembali bernyawa.

"Buka mulut kamu, biar aku yang minumin ke kamu obatnya,"

Erfan menurut saja dengan perintah Wulan. Lalu, terlihat Wulan yang meminumkan obat ke suaminya itu.

"Kamu istirahat," aura Wulan tetap dingin.

"Kamu mau kemana?" tanya Erfan yang sudah membuka sedikit matanya.

"Mau masak, biar kamu makan."

"Kamu gak jadi berangkat ujian?"

"Besok-besok aja, nyusul," Wulan langsung beranjak dari kamar itu.

Saranghaeyo, Gus Tampan [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang