Aidan, Fauzan, dan Syaqib tiba di depan kamar. Mereka menduga bahwa Adwan pasti lari ke kamar, menenangkan diri barangkali.
Ceklek
Pintu terbuka ulah tangan Fauzan.
Spontan raut mereka benar-benar tak enak menatap Adwan. Ya, Adwan yang kini baru selesai mandi. Mandi entah karena apa, hanya Adwan yang tahu. Mungkin karena merasa dinodai Saras, hmm.
"Gus," lirih Syaqib terlihat khawatir.
"Maaf ya Wan, andai aku gak bawa dia tad....."
"Kalian kenapa sih, aneh banget!" semprot Adwan.
"K-kamu gak marah Gus?" sambar Syaqib.
"Marah apaan?"
"Neng yang tadi. Katanya dia minta maaf."
"Gus, kalau aku perhatikan dia emang gak terlalu paham soal begituan."
"Udah! Jangan bahas itu lagi."
Adwan berlalu dari hadapan tiga sahabatnya, segera menuju lemari pakaiannya.
Ketiga sahabatnya hanya menatap khawatir ke arah Adwan. Mereka benar-benar takut ditinggalkannya.
3 menit berlalu, Adwan kini tampak sangat rapi dengan penampilannya, tampan sekali.
Srep
Ketiga sahabatnya berdiri dengan memburu.
"Gus, kami mohon jangan tinggalin kami."
"Kamar ini akan sepi kalau gak ada Gus."
"Nanti yang ngajarin tugas kita siapa kalau bukan Gus."
"Mulai sekarang kami akan menjaga Gus dengan ketat, biar kejadian semacam tadi gak keulang lagi."
"Gus, jangan pindah Gus, jangan pindah."
Bintang-bintang berkeliling hebat mengitari kepala Adwan. Sungguh ia sangat pusing melihat rengekan rancau yang dilontarkan oleh ketiga sahabatnya itu.
"Kalian kenapa? Yang mau ninggalin kalian siapa?"
Sunyi melanda sepersekian detik.
"Hah!" serentak tiga sahabatnya.
"J-jadi ini Gus mau kemana? Kok pakaiannya rapi?"
"Gak jelas! Emang penampilan aku pernah berantakan?"
"Hehe, b-bukan gitu Gus. Tapi kami kira mau langsung pulang gara-gara kejadian tadi."
"Ribet!" Adwan melangkah hendak keluar.
Mereka bertiga langsung mencegat "Eh! Mau kemana Gus?"
"Ke koperasi, beli buku."
"Alhamdulillah!!!" serentak lega dari tiga sahabatnya.
"Gak beres!" Adwan menatap dingin, dan langsung berlalu meninggalkan tiga sahabatnya.
Kini Adwan berjalan menyusuri koridor ponpes. Koperasi ponpes terletak di ujung ponpes, lantai atas."
"Loh! Itu kan cowok yang gemes tadi," sibuk Saras sendirian, yang kini ia berjarak sekitar 3 meter dari Adwan. Dan baru kembali dari dapur asrama ternyata.
"Heiiiiiii," Saras berteriak memanggil Adwan, dengan lari yang memacu.
Sontak, semua pandangan tertuju ke Saras. Karena disitu banyak santri yang lalu-lalang. Bukan Saras namanya kalau masih memusingkan tanggapan orang lain. Ia tetap berlari menyusul Adwan, tak menggubris pandangan orang-orang sedikit pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saranghaeyo, Gus Tampan [TELAH TERBIT]
Teen FictionTidak Follow, tidak usah Baca!!! Bagaimana jadinya ketika cewek penggila cowok korea (Oppa korea) tiba-tiba terpikat ketampanan anak Kyai? Dari yang kesehariannya meneriakkan "Oppa", berubah menjadi teriakan "Gus" Sebenarnya mustahil terdengar, dari...