Chapter 24

6.8K 755 95
                                    

Jam 11 siang kini. Para santri banyak berkeliaran di halaman ponpes, sedang istirahat jam pertama. Di koridor lantai atas, tampak Adwan yang hendak masuk ke ruangan Kyai Ashari, Ayahnya sendiri. Ia masuk saja ke ruangan Ayahnya, bahkan tanpa-basi salam. Langsung duduk menghadap Ayahnya.

"Loh! Kenapa, Wan?" Ayahnya jelas kaget.

"Ayah, Adwan mau ngomong sesuatu."

"Serius amat Wan, mau ngomong apa Nak?"

"Adwan mau ngomong i-itu, Ayah."

"Itu apa Wan?"

"I-itu, Ayah. Mau ngomong i-itu."

Tawa halus Ayahnya terdengar menyambar "Kenapa gugup Gus, hal serius nih kayaknya."

"Ayah," panggilnya lagi.

"Iya, Nak. Bicara saja."

"Adwan mau nikah, Yah." ucap Adwan secepat kilat, disertai mata yang bahkan ia pejamkan.

Sontak, Ayahnya membelalak "N-nikah?"

"Iya, Ayah. Adwan mau nikah."

Ayahnya tampak menghela napas, lalu menatap dalam wajah putih Adwan "Apa kamu sebegitu terpukulnya Nak atas pernikahan Wulan kemarin? Sampai-sampai kamu langsung ingin menikah juga. Tidak ada gunanya Wan memelihara sikap balas dendam."

Seketika Adwan menatap tak bernyawa ke Ayahnya. Sungguh ia sangat geli mendengar kalimat iba dari Ayahnya "Wulan apaan sih, Ayah. Adwan justru bersyukur atas kejadian itu, karenanya Adwan gak jadi nikah sama tuh perempuan."

"Sudahlah Nak, Ayah tau kamu hanya menutupi rasa terpukul kamu."

"Mana ada Ayah!! Bahkan setitik debu pun Adwan gak pernah menginginkan perempuan itu, Ayah sama Ibu aja yang kehebohan. Sekarang terbukti kan kalau pilihan orang tua itu gak selamanya baik."

"Udah berani ya Gus mendebat Ayah," sambut Ayahnya dengan senyum sumringah.

"Bukan b-begitu Ayah maksu...."

"Iya Nak, Ayah paham. Bagaimana pun kamu sudah dewasa, sudah saatnya berpendapat. Dan Ayah akui kalau Ayah salah, hampir membuat kamu terjebak dengan perempuan yang salah."

"Alhamdulillah ternyata Allah melindungi Adwan dari perempuan itu. Dan semoga Ayah gak mengulang kesalahan yang sama lagi, Adwan capek, Yah."

Raut wajah Ayahnya tampak tak menentu ulah lontaran Adwan "Ayah minta maaf ya, Nak. Kedepannya, Ayah serahkan ke kamu tentang pilihan masa depan kamu."

Wajah Adwan langsung berseri dibuatnya, pikirannya langsung dipenuhi Saras. Ya, Saras yang memaksa ingin cepat dinikahi.

"Berbicara soal menikah yang kamu bilang tadi, calonnya siapa Gus?" Ayahnya sedikit terkekeh.

Ah yang benar saja! Wajah Adwan merah merona seketika, malu sepertinya.

"Siapa, Gus?" tanya Ayahnya lagi.

"Saras, Ayah." lirih Adwan pelan, sangat pelan.

Entah kenapa Ayahnya tampak begitu terkejut "S-saras? Ayah tidak salah dengar?"

Adwan menggeleng tak karuan, lengkap dengan wajahnya yang masih merah merona.

"Apa kamu yakin, Nak?"

"Maksudnya, Ayah?" Adwan mengernyit kebingungan.

"Kamu yakin kalau dia suka benaran sama kamu? Sepertinya kamu bukan tipenya Nak kalau Ayah lihat dari gaya sehari-harinya."

"Kenapa Ayah bilang gitu?"

Saranghaeyo, Gus Tampan [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang