Chapter 43

5.4K 590 160
                                    

Malam menyapa lagi, Adzan isya sudah bersahut sedari satu jam tadi. Di dalam kamar, ada Adwan dan Saras yang tampak sangat rapi dengan pakaian masing-masing.

"Udah selesai Sayang? Kalau udah biar kita turun, kayaknya bentar lagi mereka bakalan sampai,"

"Udah Chagi, gimana? Aku cantik gak?" Saras sengaja mengibaskan ujung gamisnya.

Adwan mengembangkan senyum manisnya, lalu berjalan menghampiri Saras yang berdiri di depan meja rias "Ih, cantik banget istri aku, tapi lebih cantik lagi kalau hijabnya diturunin ke bawah, jangan dililit di leher."

"Aku turunin ya Sayang," lanjut Adwan sembari melepas lilitan hijab tersebut.

Saras hanya tercengang menatap suaminya yang sedang membenarkan hijabnya.

"Mana jarumnya? Biar hijabnya gak gerak-gerak dari dada."

"Ini," lirih Saras tak menentu.

Pun Adwan menerima jarum itu, dan langsung mengaitkannya pada hijab istrinya.

"Masyaa Allah, cantik banget istri Abang," Adwan terkekeh sendirian, sembari menepuk gemes kedua pipi Saras.

"Loh?! Kok kamu diam aja Sayang, kamu marah?" lanjut Adwan

Hughh

Saras memeluk Adwan tiba-tiba.

"Mana ada marah, aku sayang banget tauu sama suami aku."

"Aku suka hijabnya, nanti tiap pagi benarin hijab aku ya Chagi kalau kita mau berangkat ke ponpes." tambah Saras sambil bergelayut manja di pelukan Adwan.

"Haha, terus istri aku benarin apa nanti dari aku tiap pagi?"

"Eum. Benarin sarung? Kamu lebih bisa, benarin peci? Kamu juga lebih bisa. Jadi, tugas aku cuma cium kamu aja nanti tiap pagi, haha!"

"Haha, lucu banget sih Adek-Adek yang satu ini, pengen peluk terus deh bawaannya."

"Oh iya, kita turun ke bawah sekarang Sayang" lanjut Adwan sambil melepas Saras dari pelukannya.

Berjalan sekitar 2 menit, mereka sudah sampai di bawah.

Ting tong

Dan benar saja, pasti itu tamu yang mereka tunggu-tunggu.

Buru-buru mereka berdua menuju pintu.

Ceklek

Adwan membuka pintu. Dan menampakkan serombongan wajah keluarga besarnya dari baliknya. Ada kedua orang tuanya, ada tiga orang Kakek tua, ada dua perempuan bercadar, dan ada satu laki-laki remaja yang memakai hoodie putih. Style-nya tampak berbeda dari orang-orang di dekatnya, terlihat lebih gaul.

"Adwann," sapa seorang kakek tua dengan senyum lebar di wajahnya. Memakai jubah putih dan sorban yang terlilit rapi di kepalanya. Yang ternyata adalah kakek Adwan dari Ayahnya.

"Kakekk," sambut Adwan riang, dan langsung mencium tangannya.

"Aduhh, apa kabar cucu Kakek?"

"Alhamdulillah baik Kek,"

"Lihat lah Gus, kami datang serombongan untuk meramaikan rumah kalian," ucap kakek Adwan sembari menunjuk orang-orang di sekelilingnya.

"Dan dua Kakek ini adalah teman dekat Kakek. Sengaja mereka ikut karena penasaran sama rupa wajah cucu kakek yang terkenal tampan," tambah kakek Adwan.

Dengan penuh sopan santun, Adwan langsung menyalami kedua teman kakeknya tersebut.

"Terus, dua gadis cantik ini adalah masing-masing cucu dari kedua teman kakek. Dua-duanya Ning," lanjut kakek Adwan lagi sembari menunjuk ke arah dua wanita bercadar di sebelahnya.

Saranghaeyo, Gus Tampan [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang