Chapter 17

7.4K 759 108
                                    

Saras terus memandangi Adwan yang masih setia memejamkan matanya. Terlihat begitu lekat, seperti sedang menelusupi rasa.

"Mata kamu kenapa jadi jelek gini. Terakhir kita ketemu, kantong matanya gak ada." bibir Saras mengerucut memperhatikan keadaan Adwan.

"Wajah kamu juga pucat banget, padahal kemarin cerah-cerah aja."

"Nanti kalau kamu bangun, kamu pasti bakalan marah karena aku udah peluk kamu tadi pas bawa ke mob....."

"Eunghh" Tiba-tiba Adwan menggerakkan tangannya. Langsung ia arahkan ke dahinya, sepertinya pusing.

Sontak, mata Saras membelalak.

"C-chagiii...!!" sapanya tak biasa.

"Adwan hei, buka mata kamu," Saras melambaikan pendek tangannya di hadapan mata Adwan yang masih terpejam.

"Adwan hei, buka mata kamu," samar-samar Adwan mendengar suara yang begitu ia rindukan belakangan terakhir ini.

Dengan perlahan mata indah itu mulai terbuka, menerawang buram yang ada di hadapannya.

"Hah!" sentak kagetnya.

Lalu mata indah itu dikerjapkannya beberapa kali karena merasa tidak mungkin. Dan hasilnya tetap sama, menampilkan remang wajah wanita yang hampir membuatnya gila.

Saras yang melihat kepanikan Adwan, jadi ikut panik juga "H-hei, k-kamu kenapa?"

"Gak...Gak m-mungkin, ini p-pasti mimpi," berulang kali Adwan mengusap kasar wajahnya. Dan kini keringatnya bahkan membanjir.

Tatapan Saras menyorot tajam tiba-tiba.

Plakk

Tamparan mendarat di wajah Adwan.

"Gak ada yang mimpi, ini nyata!"

Mata Adwan membulat sempurna menerima tamparan itu. Seperti ingin berbicara, tapi tak sanggup.

"Chagi, ini nyata. Aku nemuin kamu tadi di jalan ponpes, kamu pingsan."

"Tarik napas dulu deh mending. Terus lihat tuh jam dinding, bergerak kan? Nah berarti ini nyata. Dan di luar lagi hujan deras sekarang."

"Bentar, aku panggil Mama dulu," Saras beranjak dari tempat tidur.

Adwan menatap dengan setengah nyawa.

"Saras," panggilnya akhirnya.

Saras menoleh biasa saja "Iya, Chagi?"

"I-ini b-benaran kamu?"

"Iya loh ish, ini aku."

"Apa aku harus peluk kamu dulu biar kamu percaya? Kalau mau peluk ayo, mumpung hujan."

"Iya, ini benaran kamu," lirih Adwan sendirian.

"Dih, kok malah bengong! Gimana? Jadi gak peluknya?"

Tawa halus Adwan kian menyambar "Kapan-kapan aja."

"Rass, aku minta maaf soal kem...."

"Shuttt, kamu lagi sakit, jangan mikir yang lain-lain dulu."

"Tapi Rass, maksud aku kemarin bukan git......"

"Shuttt, bandel banget dibilangin. Bentar, aku ngambil bub....."

"Loh loh, udah bangun ternyata," Mama Saras tiba di kamar itu dengan semangkuk bubur di tangannya.

Adwan kian bertambah heran, dan tak tahu harus bereaksi bagaimana

"Ini Mama aku," pungkas Saras melihat kebingungan Adwan.

Seketika raut wajah Adwan tak menentu, antara segan dan merasa tak mungkin.

Saranghaeyo, Gus Tampan [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang