Chapter 54

4.4K 549 127
                                    

Adwan dan Saras sudah dalam perjalanan pulang sekarang, hanya ada mereka berdua di dalam mobil. Ternyata dijemput yang ayah Adwan maksudkan tadi adalah berjalan beriring sampai ke rumah dengan menggunakan mobil masing-masing. Tentu saja, karena tidak mungkin juga Adwan meninggalkan mobilnya di rumah sakit tersebut.

Mobil Adwan dan Saras berjalan di depan, lalu dipantau oleh mobil ayah dan papa mertuanya dari belakang.

Di sebelah Adwan, ada Saras yang duduk dengan aura cerianya. Entah kenapa ia selalu terlihat ceria di satu hari terakhir ini, apa mungkin karena kondisinya yang semakin memulih.

"Bobok aja Ras kalau bisa, biar kamu gak capek" ucap Adwan sambil fokus menyetir.

"Enggak mau."

Bibir Saras lalu mengerucut, sembari meraih sebelah tangan Adwan dari setir mobil.

"Pegang tangan aku Chagi,"

"Eh...eh, kan lagi nyetir Sayang, gak boleh."

"Tuh kan, kamu udah gak sayang aku lagi." Saras langsung melepas tangan Adwan.

Tawa halus terdengar menyapa dari Adwan "Justru karena aku sayang istriku, makanya harus hati-hati nyetirnya, takut kamu kenapa-kenapa nanti."

"Bohong!" Saras malah berkaca-kaca.

Adwan akhirnya melebarkan senyum, lalu beralih meraih tangan Saras "Sini aku genggam tangannya Sayang."

"Dia kenapa sih? Aneh banget dari sore tadi" batin Adwan tak menentu.

"Suami," panggil Saras tiba-tiba, wajahnya sudah riang kembali.

"Tuh kan, panggilannya juga jadi aneh dari sore tadi. Dapat dari mana coba, padahal dia lagi sakit selama beberapa hari ini. Yaudahlah ikuti aja, dari pada  salah nanti" batin Adwan lagi-lagi.

"Iya Sayang, kenapa?" lanjutnya.

"Kayaknya Wulan hamil deh kalau aku perhatikan kemarin."

Tentu saja Adwan tak nyaman dengan ocehan random istrinya. Tapi ia akan tetap berusaha bersikap normal, benaknya.

"Yah gak apa-apa Sayang, kan dia punya suami."

"Perutnya udah mulai besar gitu kan. Oh iya, kamu juga perhatiin perut Wulan kemarin ya Chagi?"

"Uhuk uhuk!"

Adwan bahkan tersedak tanpa makan apa-apa.

"Kamu ngomong apa sih Sayang! Mana mungkin aku perhatiin dia segala."

"Tuh kan, kamu payah banget Chagi! Harusnya kamu perhatiin perutnya yang udah besar, cantik"

"Pokoknya kamu harus perhatiin dia kalau kita ketemu lagi!"

"Hah?!" Sungguh, Adwan hanya bisa melongo mendengar ocehan macam apa yang sedang dilontarkan istrinya.

"Ya Sayang, besok harus perhatiin perut Wulan!" lanjut Saras lagi.

"I-iya, besok aku suruh Syaqib buat perhatiin."

"Ish, kok Syaqib sih Chagiiiii!!"

"Haha! Lagian kamu aneh Sayang."

"Bukan aneh, ini namanya menjalin hubungan pertem...."

"Chagiii...." panggil Saras tiba-tiba, tanpa melanjutkan kalimatnya tadi.

"Chagii, itu melon, beliin istri."

Yang benar saja, mata Saras jadi berkaca-kaca lagi setelah melihat buah melon yang dijual di pinggir jalan.

"M-mel...on?"

Sunggguh, Adwan benar-benar dihantam kebingungan dan keanehan menghadapi sikap istrinya ini.

Saranghaeyo, Gus Tampan [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang