Chapter 21

7.2K 753 161
                                    

Pukul setengah lima kini, aktivitas para santri Al-Fatah terlihat begitu hiruk pikuk. Ya, kerena ini memang jadwal kelas sore mereka selesai. Sehingga koridor itu dipenuhi oleh kerumunan santri yang berbondong menuju asrama masing-masing, dan ada juga beberapa yang menuju dapur asrama, makan sore. Pun, keadaan di luar diguyur hujan deras lagi.

Adwan, Syaqib, dan Fauzan juga sedang berjalan di tengah kerumunan santri, lengkap dengan beberapa kitab dan buku di tangan masing-masing. Sedangkan Aidan entah dimana sekarang.

Tap

Mereka bertiga papasan dengan Vanya dan Tania. Mata Syaqib langsung berbinar.

"Eh, Ayang Vanya. Mau kemana?" senyum Syaqib begitu lebar di hadapan Vanya.

"Idih, si najis" Fauzan mendumel pelan ke samping.

"Maaf, kita gak saling kenal!" ketus Vanya ke Syaqib.

Seketika senyum lebar Syaqib langsung luntur "Ih, ngomong apa sih, Sayang. Sakit hat....."

"Saras mana?" potong Adwan tiba-tiba.

Vanya dan Tania refleks menoleh segan ke Adwan "Saras l-lagi di dapur asrama, Gus."

"Dapur? Makan?"

"B-bukan Gus, katanya tadi dia mau tidur disana. Soalnya dia takut tidur sendirian di kamar, mungkin karena hujan deras begini."

"Haha, dasar kelakuan," serentak tawa dari Syaqib dan Fauzan.

Namun Adwan tak sedikitpun tertawa, bahkan wajahnya terlihat tak enak "Kasihan, dia gak pernah punya teman. Bahkan mau makan pun dia bela-belain beranikan diri buat manggil aku ke kamar, sampai dia di olok para santri lain."

Sontak, keadaan hening. Semua mata menatap tak menentu ke Adwan.

"T-tapi jangan salahin Vanya sama Tania juga dong Gus, kan mereka sibuk belajar. Makanya gak sempat nemanin Neng Saras," Syaqib buka suara.

"Siapa yang nyalahin mereka, orang aku cuma bicara keadaan," Adwan langsung berlalu dari tempat itu.

"Lah, Gusssss." panggil Syaqib jadi tak enak.

Adwan tak menoleh sama sekali, bahkan ia mempercepat langkahnya.

"Biar aja, Qib. Kayak gak kenal Gus aja," Fauzan menepuk sekilas bahu Syaqib.

"Iya sih, Zan. Yaudah deh."

Vanya dan Tania langsung melangkah tanpa berkata apa-apa.

"Eh eh, Van," cegat Syaqib.

"Kenapa sih ah!!"

"Aku salah apa sih Van? Kok kamu jadi giniin aku tiba-tiba."

"Bodoh! Ayo Tan, kita tinggal aja." Vanya menarik tangan Tania.

"Gak, jelasin dulu apa salah aku." Syaqib menghadang jalan.

"Ck!! Kamu benar-benar bodoh ya. Kamu mikir dong, selama dua minggu ini kamu sama sekali gak ada kabar, padahal kita berada di tempat yang sama. Dan satu lagi, kemarin kita janji buat pulang kan pas sabtunya. Tapi apa! Aku pulang sendirian ke rumah karena mengira kamu juga akan pulang. Dan di hari minggunya, aku nungguin kamu seharian buat jemput aku yang katanya kita mau jalan. Taunya kamu malah enak-enakan di pondok tanpa mengabari apa-apa ke aku.

"Van, aku bisa jelasin. Itu kemarin karena Gus lagi gak baik karena Neng Saras yang pul....."

"Udah deh! Kita gak usah ada hubungan apa-apa lagi mulai sekarang." Vanya langsung menghentak pergi, bahkan meninggalkan Tania.

"Vannnn, aku gak mau. Jangan egois dong, Vannn." Syaqib mengejar Vanya, meninggalkan Fauzan.

Fauzan dan Tania kini tinggal berdua di tempat itu, berdiri mematung, dan tampak canggung.

Saranghaeyo, Gus Tampan [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang