Chapter 37

7.1K 763 129
                                    

Siang hari yang terik, awan-awan yang bahkan enggan mendekati sang surya. Cakrawala meyapu biru, berteman sepoi yang menggemulai kian kemari. Sekarang jam menunjukkan pukul 1 siang, adzan dzuhur berlalu sedari satu jam tadi.

Ada Saras yang sedang tiduran di paha suaminya, di ruang tengah. Mereka sudah mengasing ke rumah sendiri, tepat sehari setelah pernikahan mereka kemarin. Lokasi rumah mereka berjauhan dari rumah orang tua mereka masing-masing, tepatnya berjarak sekitar setengah jam dari Ponpes Al-Fatah. Sengaja orang tua mereka memilih lokasi disana karena status anak mereka yang masih menimba ilmu di Ponpes tersebut. Maksud para orang tua memilih lokasi tersebut adalah agar Adwan dan Saras tidak terlalu capek bolak-balik ponpes-rumah setiap hari. Perumahan elit dengan look nature, sungguh memanjakan mata si pemilik rumah tersebut.

Saras masih tiduran nyaman di paha Adwan, dan ada Adwan yang setia mengusap-usap kepala istrinya itu.

"Chagi," panggil Saras tiba-tiba, sembari menikmati cemilan snack.

"Hmm," Adwan menatap Saras yang tiduran di pahanya.

"Chagi, nanti aku gak suka kalau kita udah masuk ponpes lagi."

"Loh, kenapa?"

"Ish! Aku kan gak bisa lagi peluk kamu sering-sering, habisnya kita bakalan di ponpes dari pagi sampai malam."

"Haha, jadi gara-gara itu, kirain apaan. Gak gitu kok Sayang, kalau udah kelas 7 mana ada lagi yang namanya kelas malam."

"Hah?! Serius Chagi?"

"Iya Sayangku. Jadi, kita di ponpes cuma sampai jam dua aja. Habis itu udah bisa peluk sepuasnya lagi."

"Aaa, demi apa senang banget!!"

"Dasar Saras! Peluk aja yang ada di pikirannya tiap hari." Adwan mencubit gemes pipi istrinya.

"Biarin, orang suami aku gak marah kok kalau aku minta peluk terus."

"Eum, baik banget suaminya. Siapa sih suaminya? Jadi penasaran."

"Ada deh pokoknya. Dia gak bolehin aku nyebut namanya, gak sopan katanya."

"Haha, pinter banget istri aku. Mau cium gak Sayang?"

"Aaa, mau Chagiii."

"Cium dimana?"

"Sini, sama sini," Saras menunjuk bergantian pipi kiri-kanannya.

"Muach...Muach," Adwan mencium sekilas pipi itu secara bergantian.

"Udah, bobok siang dulu Sayang," lanjut Adwan.

"Ish! Emang Chagi mau kemana? Kok nyuruh aku bobok."

"Gak kemana-mana kok Sayang."

"Yaudah, kalau gitu kita bobok bareng aja Chagi."

"Aku mau nonton tv bentar Sayang, kamu aja ya yang bobok. Kamu emang harus banyak istirahat, biar sakitnya gak datang-datang lagi."

"Yaudah deh, tapi aku boboknya disini aja ya," Saras menepuk-nepuk paha Adwan.

"Boleh, yang penting istri aku bobok.

"Tapi kalau udah sore bangunin aku ya Chagi, mau masak."

"Oke Sayang, aku bangunin nanti."

"Yaudah, bobok sekarang," sambung Adwan, sembari mengusap-usap kening Saras.

Sekitar 5 menit, Saras sudah memejamkan rapat matanya, napasnya juga sudah teratur. Dan Adwan lanjut menonton tv, serial kartun padahal.

Ting tong

Saranghaeyo, Gus Tampan [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang