Chapter 22

7.4K 746 174
                                    

Malam kian menyapa, rembulan bersinar ceria, tak sedikit pun menampakkan lara di sepenghantaman hujan tadi siang.

Kini halaman Ponpes dipenuhi oleh taburan para santri. Begitu ramai dan riang, persis pasar malam. Ya, malam ini kelas free karena akan berlangsungnya pernikahan massal atas santri yang melanggar peraturan ponpes. Tidak ada yang bisa mengelak, tidak! Karena peraturan itu sudah mendarah daging sejak berdirinya ponpes Al-Fatah pada tahun 1995 silam. Dimana peraturan itu disetujui dan ditanda-tangani oleh para orang tua saat akan memasukkan anaknya ke ponpes Al-Fatah ini, sehingga jika terjadi kasus semacam ini, mereka hanya bisa pasrah. Sungguh, tidak ada yang bisa main-main dengan peraturan ponpes elit ini.

Adwan dan tiga sahabatnya tengah duduk di halaman ponpes. Ditemani lampu taman yang menyala terang, serta sinar rembulan yang menyingsing mesra. Mungkin mereka juga akan pergi melihat acara pernikahan massal nanti, sekitar jam setengah sembilan.

"Annyeonghaseyo yeorobundeull!!" Saras muncul tiba-tiba di hadapan mereka yang tengah syahdu menikmati suguhan rembulan.

"Ngomong apa sih, Neng?" sambut Syaqib selalu ceria.

"Apa kabar semuanya, gitu lohhh."

"Oh, itu ternyata. Maafkan kami yang gak ngerti bahasa planet lain."

"Udah ih, jangan bahas lagi. Nah, aku mau ngasih ini buat kalian," Saras memberikan bingkisan ke tangan mereka satu-persatu, kecuali Adwan.

Mata ketiganya langsung berbinar "Wah! Apa ini, Neng Ras?"

"Lamington cake dari Australia."

"Hah! I-ini benaran dari Australia langsung?"

"Lah, iya. Emang kenapa? Kan wajar-wajar aja. Lagian Papa baru pulang dari Australia semalam."

"Hehe. Iya Neng, wajar-wajar a-aja bagi kamu, tapi bagi k-kami enggak."

"Udah ih, dimakan aja."

"Makasih banyak ya Neng. Kemarin Black forest cake dari Jerman, sekarang Lamington cake dari Australia. Duh! Enak memang punya teman sultan."

"Apaan, mana ada sultan, haha. Coba dicicipi, enak apa nggak?"

"Okey, Neng."

"Buat aku nggak ada?" Adwan buka suara dengan lesu.

Srep

Semua mata membelok ke Adwan.

"Oh iya, Gus g-gak ada, Neng?" sambar Syaqib.

"Kalau nggak, ini aja buat aku sama Adwan." timpal Aidan.

"Apaan gak ada, buat Chagi aku spesial tauuuu. Nah, Sayang. Eh, Chagii maksdunya." Saras menyerahkan bingkisan yang memang terlihat berbeda dari ketiga orang tadi, untuk Adwan terlihat lebih mewah.

"Sayang ya, Neng." goda Syaqib dengan senyum tertahan.

Demikian Aidan dan Fauzan yang juga mengkulum senyum. Sedangkan Adwan tampak biasa saja, karena ia memang sudah terbiasa dengan pelesetan yang disengaja Saras.

"Makasih, ya." senyum manis Adwan kian melebar.

"Sama-sama," Saras terlihat jadi salah tingkah.

"Haha," tawa serentak dari ketiga sahabat Adwan.

"Eh, emang serius kalau mereka bakalan dinikahin malam ini?" tanya Saras tiba-tiba dengan posisinya yang kini duduk di rumput menghadap Adwan dan tiga sahabatnya.

"Iya Neng. Emang itu udah jadi peraturan ponpes ini, gak bisa diganggu gugat," sambut Syaqib.

"Ish, ngeri ya. Berarti mulai malam ini, mereka bakalan sah jadi suami istri, gitu?"

Saranghaeyo, Gus Tampan [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang