Chapter 20

7.9K 757 140
                                    

Byurr

Hujan deras mengguyur pekatnya malam. Kerap kali di bulan ini, sepertinya memang sudah memasuki musim penghujan.

Meskipun cuaca tak bersahabat, bukan berarti sepi menyapa di tempat ini. Ya, ponpes Al-Fatah. Sama seperti malam-malam lainnya, keadaan selalu tetap ramai, dipenuhi oleh lalu-lalang para santri.

Kini terlihat Saras yang berjalan celingukan di lantai asrama santri putra, semua pandangan tertuju padanya. Tentu saja, karena sejauh ini baru ia yang berani menginjakkan kaki disana. Kalaupun ada, ya itu siang hari, dan itupun kalau ada keperluan yang teramat penting. Ada keperluan apa sebenarnya ia kesana?

Terlihat sekumpulan santri putra yang menatap aneh ke Saras. Bukannya takut atau bagaimana, ia malah menghampirinya dengan datar.

"Permisi, Kamar Adwan dimana ya?"

"Hah!!!" serentak kaget dari semua santri itu, entah kenapa.

"K-kamar Gus Adwan m-maksudnya?"

"Eum, kamar Gus Adwan." Saras mengangguk mantap.

"Haha! Halunya ketinggian, Kak." sahut salah satu santri.

"Haha! Benar...benar, sejak kapan Gus Adwan mau berhubungan sama perempuan."

"Duh Kak, balik lagi aja mending ke asrama sebelum Kakak malu sendiri. Bukan cuma Kakak kok, banyak juga santriwati lainnya yang menghalu jadi miliknya Gus Adwan. Tapi mereka gak sampai segininya, malam-malam keluyuran ke asrama putra."

"Haha! Kasian Kakaknya, mana masih muda lagi."

"Kami aja yang sesama laki-laki gak berani mendekati kamar Gus Adwan, itu saking segannya kami. Lah! Apa kabar dengan Kakak? Duh Kak, mending balik cepat sana. Tenang aja, kami gak bakalan bilang ke siapa-siapa kok, biar Kakaknya gak malu-malu amat."

Napas Saras terlihat naik turun, lengkap dengan gertakan gigi dan kepalan tangannya "Dih, si Anjing!! Maksud kalian apaan?"

"Hah, Astaghfirullah!!"

"Allahu Akhbar!!"

"Innalillahi!!"

"Wah, gak benar ini perempuan. Kita usir aja yok!"

"Yok!"

"Yok!"

"Kalian ngapain?" Suara dingin Adwan menyapa dari belakang.

Keadaan hening, para santri itu membisu seketika.

"Chagiiii," rengek Saras, dan langsung menyambar ke sebelah Adwan. Persis anak kecil yang sedang mengadu.

"Perempuan ini lancang mencari Gus malam-malam begini, mungkin dia gak punya malu." ucap salah satu santri

Srep

Mata Adwan menyorot tajam "Gak punya malu? Maksud kamu apaan?"

Sontak, semua pandangan mengarah bingung bercampur takut ke Adwan.

"Dia calon istri saya, apa maksud kamu tadi mengatakannya tidak punya malu?"

"Hah!!" serentak kaget dari para santri.

Sedangkan Saras, sudah dag-dig-dug tak menentu di sebelah Adwan.

"Calon i-itri? Maksudnya apa Ya Allah, huwaaa!!" jerit Saras dalam hatinya.

"Saya tanya sekali lagi, apa maksud kalian mengolok dia tadi? Saya dengar semuanya. Harusnya kalian tanya dulu dia ada keperluan apa, bukan malah mengoloknya. Kalau gitu ceritanya, kesannya kalian seperti kurang adab."

Saranghaeyo, Gus Tampan [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang