Malam hari menyapa lagi, kumandang Adzan isya sudah bersahut merdu sejak satu setengah jam yang lalu. Kini dapur asrama dipenuhi oleh para santri yang baru berpulangan dari masjid, hendak makan malam.
Di antara para santri itu, terlihat Adwan dan rombongannya yang juga sedang menikmati makan malam. Serta di hadapan mereka ada juga Vanya dan Tania. Iya, Syaqib yang mengajaknya. Terpaksa sebenarnya karena sudah tidak ada lagi meja yang kosong. Entah kenapa malam ini sangat ramai, apa karena ini malam ujian semester? Jadinya mereka memilih bergadang di dapur? Entah lah. Yang jelas kini, Vanya dan Syaqib tetap diam-diaman meski berada di meja yang sama.
"Saras mana?" tanya Adwan yang sebenarnya sudah risau sedari tadi.
Vanya dan Tania mendongak sedikit kaget bercampur segan "Saras a-ada di kamar, Gus."
"Tidur?"
"Kayaknya enggak Gus, entah kenapa sedari siang dia gak mau bicara, asik tiduran aja."
"Dia udah makan?"
"Belum kayaknya, Gus."
"Gak kalian ajak ya tadi?"
"Kami ajak kok Gus, katanya capek."
"Dia gak sakit kan?"
"Enggak juga kayaknya, Gus."
"Yaudah, makasih," Adwan langsung bangkit dari posisi duduknya.
"Mau kemana, Gus?" sambar Syaqib.
"Bentar," Adwan langsung melangkah pergi dengan tergesa.
"Tumben dia gak berkeliaran, biasanya jam segini udah heboh," gumam Adwan sendirian yang kini tengah menyusuri koridor ponpes. Sepertinya ia akan nekat mengetok pintu kamar Saras. Pun ia sama sekali tak menyadari kesalahannya tadi siang, karena ia memang benar-benar merasa harus beristirahat sebentar.
Benar saja, kini Adwan sudah berada di area asrama putri. Semua santri putri tengah menggila menyaksikan ketampanannya. Namun sama sekali ia tidak memberi ruang untuk mereka, ia hanya sibuk celingukan menerka entah dimana Saras-nya berada.
Tap
Langkah Adwan terhenti, matanya tak sengaja mengarah ke taman depan asrama putri.
"Saras," lirihnya menduga.
Perlahan ia mendekatkan langkahnya, lebih memastikan "Iya, itu Saras."
"Dia anak indigo apa gimana sih? Suka banget menyendiri," dumel Adwan sembari menghampiri Saras.
"Hei," sapanya pelan, lalu mengambil posisi duduk di sebelah Saras.
Saras menoleh sekilas, lalu membuang muka dengan judes. Tak seperti biasanya yang selalu berisik dan membuat onar hidup Adwan.
"Kamu kenapa, Ras?" wajah Adwan sedikit tak enak.
"Pergi sana, aku mau tidur," bibir Saras bahkan sudah mengerucut.
"Tidur?" barulah Adwan teringat akan kata-katanya tadi siang.
"Cieee....ngambek," sambungnya malah menggoda.
"Jangan ngambek ih, aku benaran ngantuk tadi siang. Kalau aku gak tidur, bisa-bisa aku sakit. Kamu mau aku sakit?"
"Terserah,"
"Ih, lucu banget ngambeknya."
"Pergi sana, aku gak mau lihat kamu."
"Hmm. Yaudah, aku pergi," Adwan berdiri dari tempat duduknya.
"Aaaa....Chagiiii, kamu bodoh bangett sihhh!!!"
Sontak, Adwan berbalik arah lagi dengan senyum terkulum "Loh! Kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Saranghaeyo, Gus Tampan [TELAH TERBIT]
Teen FictionTidak Follow, tidak usah Baca!!! Bagaimana jadinya ketika cewek penggila cowok korea (Oppa korea) tiba-tiba terpikat ketampanan anak Kyai? Dari yang kesehariannya meneriakkan "Oppa", berubah menjadi teriakan "Gus" Sebenarnya mustahil terdengar, dari...