Chapter 55

4.9K 562 141
                                    

Sapaan hangat mentari pagi, semilir angin turut mengiringi. Membuat mentari leluasa memancarkan terik dari celah gorden megah.

Jam menunjukkan pukul sembilan pagi. Sinyalir ruang makan megah memperlihatkan sesosok pria tampan dengan balutan sarung dan kameja putih, beserta peci hitam yang ia kenakan dengan rapi. Hm, tampan sekali. Dan itu Adwan rupanya.

"Wan, kok sendirian di meja makan, ajak Saras dong."

Terdengar celetukan lembut dari seorang wanita paruh baya yang ternyata adalah ibu Adwan.

"Eh, Ibu. Ini lagi nyiapin makanan buat Saras. Dia masih tidur, sehabis sholat subuh tadi dia ketiduran lagi."

"Oh, begitu. Yasudah, bangunin Saras sekarang ya Nak, suruh dia makan biar segera minum obat."

"Baik, Ibu."

"Oh, iya. Kamu sendiri udah makan Nak?"

"Nanti aja Bu, setelah Saras selesai makan."

"Yasudah kalau begitu."

"Eum...Ayah mana, Bu?"

"Ayah sudah berangkat ke Ponpes jam delapan tadi."

"Oh, begitu. Ibu udah makan?"

"Sudah Nak, sekalian nemanin Ayah kamu sarapan tadi. Gak apa-apa kan Ayah sama Ibu sarapan duluan?"

"Haha. Ya gak apa-apa lah Bu, kan Ayah buru-buru berangkat kerja, dan gak mungkin Ayah makan sendirian, harus ditemanin."

"Pintar anak Ibu. Yasudah, buruan bangunin istri kamu, jangan sampai telat minum obat. Habis itu, kamu juga langsung makan ya Nak. Ibu sudah masakin lauk kesukaan kamu, sosis sambel sama sup rumput laut."

"Wah, siap Bu. Habis ini, Adwan langsung makan."

Selesai dengan obrolan itu, Adwan langsung beranjak menghampiri Saras ke kamar.

"Putra Ibu benar-benar sudah dewasa" Senyum damai dari sang ibu turut mengiringi langkah putranya yang semakin menjauh.

Ceklek

Adwan membuka pintu kamar, lalu terlihatlah sosok perempuan cantik yang masih berkutat mesra dengan selimut putihnya.

Dengan segera Adwan meletakkan sarapan di tangannya ke nakas kamar, dan lanjut menghampiri Saras ke ranjang.

Hap

Ia memeluk gemas istrinya , dan lanjut menyusuri leher jenjangnya.

"Sayanggg, bangunnn!" ucapnya sambil terus mendusel.

"Eughhh,..."

Hanya itu respon yang terdengar dari Saras, bersamaan dengan tubuhnya yang ia regangkan.

"Sayang, bangun, minum obat," Adwan bangkit dari posisinya, menyudahi duselannya.

"Eughh, enggak mauu," rancau Saras dengan mata terpejamnya.

"Ih, kok enggak mau."

"Bangun...Sayanggg!" Adwan lanjut menarik Saras dari posisi tidurnya, menumpukannya pada dada bidangnya.

"Ih, kok istri aku dingin banget sih. Pakai bajunya ya Sayang, biar aku pakein."

"Enggak mau."

"Enggak mau mulu jawabnya. Yaudah, kalau gitu langsung bangun aja ya, biar makan."

"Enggak mau,...Peluk istriii."

"Haha. Ya ampun, ini kan lagi dipeluk Sayang, masa gak terasa sih. Makanya bangun biar terasa."

Saranghaeyo, Gus Tampan [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang