Arunika menyapa indah pagi yang cerah, mengajak burung turut meramaikan dengan kicau merdunya. Tetes embun sungguh menyejukkan mata, harum bunga-bunga menyeruak di sekitarnya. Ya, pekarangan rumah keluarga Adwan. Tampak begitu megah, bangunan beton kokoh putih gold yang menjulang tinggi, di depannya tersuguh dekor taman bunga serba hijau, beberapa anggrek dan mawar jadi pendampingnya.
Jam setengah tujuh kini. Ada Adwan yang sedang asik menonton serial kartun di ruang tengah, dan ada Ibunya yang sibuk memasak di dapur, serta Ayahnya yang sudah rapi dengan pakaiannya.
"Wan," terlihat Ayahnya yang menghampiri Adwan, sembari memegang kertas map di tangannya.
"Eh, iya Ayah?"
"Ini ada beberapa berkas pengurusan pernikahan kalian, tolong nanti antarkan ke rumah Saras, kasihkan sama Om kamu. Ayah tidak sempat lagi karena harus segera hadir di acara perpisahan."
"Eum, baik Ayah."
"Jangan lupa ya, segera!"
"Iya, Ayah."
"Ayah berangkat dulu, bilang sama Ibu kalau Ayah tidak sempat makan lagi."
"Iya, Ayah."
Ayahnya berlalu, pun Adwan beranjak menyusul Ibunya ke dapur.
"Ibu," panggilnya yang kini sudah berada di belakang Ibunya.
"Eh anak Ibu, kenapa Nak?"
"Ayah udah berangkat ke ponpes, katanya harus segera hadir di acara perpisahan. Jadi, Ayah gak bisa ikut makan."
"Benarkah? Yasudah, kita berdua saja nanti yang makan. Ibu juga sudah masakin sosis sambal kesukaan kamu, sama sup rumput lautnya juga Ibu masakin spesial."
"Wah! Pasti enak banget, makasih Ibu. Tapi Adwan disuruh Ayah buat ngantar berkas ini segera ke rumah Saras." Adwan menunjukkan kertas map di tangannya.
"Loh iya? Hmm, Ibu makan sendiri dong jadinya. Yasudah, kamu hati-hati di jalan ya Nak."
"Iya, Bu. Nanti ya Adwan makan masakan Ibu."
"Iya iya, Ibu ngerti kok."
"Oh iya, kunci mobil Adwan mana Bu?"
"Pakai mobil Ibu aja Wan. Mobil kamu sudah terlalu lama di diamin, takut mogok nanti di tengah jalan."
"Iya juga sih Bu, kunci mobil Ibu mana?"
"Ada di nakas kamar, ambil sendiri aja ya Nak."
"Iya Bu. Yaudah, Adwan pamit ya Bu."
"Iya, hati-hati Nak."
"Iya, Bu."
***
Berlalu sekitar satu jam, Adwan sampai di rumah Saras.
Ting tong
Adwan membunyikan bel rumah.
Tak sampai dua menit, Mama Saras sudah muncul di hadapan Adwan.
"Eh Nak Adwan, masuk dulu Nak." Mama Saras langsung menuntun jalan ke ruang tengah.
"Duduk dulu Nak, sebentar Tante ambilkan minum."
"Aduh Tante, gak usah repot-repot. Adwan kesini cuma mau ngantarin berkas ini buat Om, disuruh Ayah tadi."
"Berkas? Loh, tapi Om kamu sudah berangkat ke kantor dari setengah jam yang lalu."
"Eum kalau gitu Adwan titip ke Tante, biar Tante aja nanti yang nyerahin ke Om. Apa bisa Tante?"
"Bisa dong. Aduh, sopan banget sih calon mantu Tante."
KAMU SEDANG MEMBACA
Saranghaeyo, Gus Tampan [TELAH TERBIT]
Teen FictionTidak Follow, tidak usah Baca!!! Bagaimana jadinya ketika cewek penggila cowok korea (Oppa korea) tiba-tiba terpikat ketampanan anak Kyai? Dari yang kesehariannya meneriakkan "Oppa", berubah menjadi teriakan "Gus" Sebenarnya mustahil terdengar, dari...