Chapter 19

7.7K 733 193
                                    

Malam kian menyapa, pukul setengah sembilan kini. Sholat isya pun sudah terlaksana.

Hujan lebat di luar masih terus mengguyur, angin yang tak indah di pandangan juga turut mengiringi. Serta gemuruh petir terdengar sesekali. Mendapati hal itu, keluarga Adwan tidak bisa pulang ulahnya, dan memutuskan untuk menginap di rumah keluarga Saras untuk malam ini. Ya, cuaca di luar benar-benar mengerikan sekarang.

Tiga sahabat Adwan sedang tiduran sembarang di ranjang Saras, asik bercanda dengan ocehan mereka yang tanpa limit. Sedangkan Adwan, tengah menggosok gigi di kamar mandi, sebentar lagi memutuskan untuk tidur.

"Permisiiiiii," Saras muncul di kamar itu dengan tiga selimut dan tiga bantal di tangannya.

"Eh, Neng Saras." ketiganya langsung bangun memperbaiki posisi masing-masing.

Mata Saras tampak celingukan, mungkin sedang mencari Chaginya.

"Kenapa, Neng?" tanya Syaqib.

"Oh, enggak. Ini buat kalian," Saras meletakkan bantal dan selimut itu di atas ranjang.

"Oh iya, extra bed-nya yang ada di dekat lemari itu ya. Udah aku siapin dari sore tadi."

"Siap, Neng. Duhh, baik bangett dahhh Eneng satu iniii." sambut Syaqib selalu riang.

"Eh, Chagi aku mana?" tanya Saras pelan.

"Chagi? Oh iya!! Heii, Gus dimana? Kok gak ada!!" terlihat jelas jika Syaqib sedang menahan tawa atas panik yang dibuat-buatnya kini.

Aidan dan Fauzan hanya saling menatap pasrah. Terserah Syaqib mau berkelakuan gimana, benak mereka.

"Ishh, Syaqibb seriuss. Adwan mana?"

"Ih, gak tau juga Neng. Tadi dia ijin keluar sebentar, dan sekarang belum balik juga."

Tampak napas Saras yang memburu seketika, matanya menyorot tajam terhadap tiga orang di hadapannya "Kalian apaan sih, masa orang sakit diijinin keluar hujan-hujan begini. Badannya itu masih lemas, demamnya juga belum sepenuhnya turun tadi. Nanti kalau di jatuh di jalan lagi gim......"

"Kamu kenapa sih heii, aku disini," Adwan muncul dari belakang, baru keluar dari kamar mandi.

Saras langsung menoleh dengan matanya yang membulat "L-loh!"

"Orang yang punya riwayat gangguan mental gak usah didengarin," Adwan melirik sinis ke arah Syaqib.

"Haha, apaan sih Gus. Tega banget. Halah, padahal aslinya mah dia lagi kesenangan itu karena diperhat...."

"Kamu gak kenapa-napa?" Saras menatap cemas Adwan, memotong ucapan Syaqib.

Adwan menenoleh dengan mata yang sengaja dibulatkan dan sudut bibir yang dilebarkan "Kenapa-napa? Enggak ih Ras. Aku cuma habis dari kamar mandi loh, gosok gigi."

"Gak lemas lagi?" tatapan Saras tetap was-was.

"Eumm, dikit lagi."

"Yaudah, kamu minum obat dulu sekarang. Eh, tapi kamu belum makan, makan dulu ya bentar, biar aku ambilin."

"Tapi Rass, aku gak seleraaa," Bahkan Adwan mengerucutkan manja bibirnya.

"Dihh, si Guss. Gelayyy!!" olok Syaqib dari samping.

"Ahahaha!!" sambar tawa Aidan dan Fauzan.

"Mau pulang malam ini??" aura Adwan langsung menyorot dingin ke ketiga sahabatnya.

"Eh eh, ampun...ampun Gus," ketiganya langsung ciut nyali.

Saras balik menatap fokus Adwan "Harus makan, tunggu disini biar aku ambilin."

Saranghaeyo, Gus Tampan [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang