Chapter 46

4.9K 637 324
                                    

1 minggu kemudian,

Seruan malam yang kian menyapa, menaburkan pekat di sepenjurunya, menghantarkan sejuk pada hawanya. Jarum pendek menunjuk di angka setengah sembilan sekarang. Dalam rumah megah Adwan-Saras, suasana begitu sunyi. Tak ada gurauan canda seperti malam-malam biasanya. Di dalam ruang kamar, ada Saras yang sudah terlelap dengan nyaman. Cepat sekali , ternyata ini alasannya kenapa suasana rumah tampak sepi.

Ceklek

Pintu kamar terbuka. Ternyata Adwan yang baru masuk.

Wajahnya langsung mengernyit keheranan menatap ranjang tidur.

"Loh, cepat banget tidurnya. Katanya tadi mau nyetrika seragam sekolah. Mana dia belum makan lagi."

Ia lanjut menghampiri Saras ke tempat tidur.

"Ras, bangun Sayang. Kamu belum makan hei, bangun dulu."

Yang dibangunkan sama sekali tak menggubris, malahan ia tambah menarik selimut tebalnya. Sepertinya kedinginan.

"Ras, kok cepat banget sih Sayang tidurnya. Bangun bentar ya, kamu harus makan. Atau aku ambilin nasinya ke dapur, terus kamu makannya di kamar ini?"

Terlihat Saras yang menggeliatkan badannya. Menatap Adwan sekilas dengan tatapan setengah sadar.

"Aku gak lapar Chagi, aku mau bobok dulu. Besok pagi aja aku makan cepat. Aku udah gak kuat bangun kalau sekarang." suaranya terdengar begitu berat.

Adwan bisa menjawab apa kalau Saras sudah berucap demikian. Hanya helaan napas berat yang terlihat darinya.

"Yaudah deh kalau gitu. Bobok yang nyenyak Sayang."

"Cup," ciuman sekilas mendarat di kening Saras.

Setelah itu, Adwan langsung beranjak dari tempat tidur. Menghampiri meja setrika yang ada di kamar itu juga.

"Hmm, dia pasti kecapekan," gumamnya sendirian, seraya menatap tumpukan seragam santri mereka yang berantakan di atas meja setrika. Niatnya tadi, Saras ingin menyetrika, tapi ia malah tertidur.

Tanpa merasa keberatan, Adwan menyetrika baju santrinya dan istrinya dengan suasana hati yang sumringah.

Berlalu sekitar satu jam, baru lah ia menyelesaikan setrikaan itu. Terlihat tak rapi sepenuhnya, tapi bisa lah dipakai oleh mereka untuk besok.

Pun, ia lanjut menghampiri istrinya lagi ke tempat tidur.

"Apa ac-nya kekencangan, kok tebal banget selimutnya." ucapnya sendirian, sembari menidurkan badannya di sebelah Saras.

Hugh

Ia membawa istrinya ke dalam pelukannya, mendekapnya dengan erat. Setelah itu, ia pun ikut memejamkan matanya. Menyusul istrinya ke alam tidur.

***

Sapaan arunika sudah melebar indah di cakrawala timur sana. Kendaraan sudah hiruk-pikuk di jalanan pagi.

Ada Adwan dan Saras yang berada di halaman rumah dengan seragam santri masing-masing. Adwan sedang memanaskan mesin mobil. Sementara Saras duduk merenung di teras rumah, menunggu Adwan selesai dengan mobil itu.

"Sayang, pokoknya nanti kamu harus makan kalau kita udah sampai di ponpes." ucap Adwan dari dekat mobil, seraya menatap Saras yang duduk di teras rumah.

Saras hanya mengangguk dengan malas.

"Katanya tadi malam bakalan makan pagi ini, tapi apa coba!"

"Aku gak selera loh Chagi. Kamu jangan merepet gitu kenapa!"

Saranghaeyo, Gus Tampan [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang