Chapter 18

7.6K 792 146
                                    

3 jam kian berlalu

Adwan dan ketiga sahabatnya masih tetap setia berkutat di kamar Saras. Tiga sahabatnya asik mengoceh, dan Adwan menjadi sasaran empuk dari ocehan itu. Berbagai macam pertanyaan mereka layangkan ke Adwan tentang apa saja yang sudah terjadi antara Gus mereka itu dengan Saras. Sungguh, mereka sama sekali tak percaya dengan penjelasan Adwan yang mengatakan bahwa dirinya tak tahu apa-apa karena pingsan. Seberapa keras pun Adwan menjelaskan, mereka tetap saja berpikiran negatif tentangnya. Hingga akhirnya Adwan jengah, dan memilih untuk diam saja. Menatap malas ketiga sahabatnya.

"Permisiii," suara saras menyapa lagi.

Mata Adwan langsung berbinar, menoleh ke arah pintu.

"Eh, ada apa Neng?" tanya Syakib langsung.

"Di meja makan udah siap-siap mau makan. Kalian gimana? Ikut kesana atau makan disini?"

"Wah! Benaran pakai acara makan nih Neng?"

"I-iya dong, kalian kan udah datang jauh-jauh."

"T-tapi ngerepotin banget gak sih Neng? Padahal posisi Neng disini adalah sebagai penolong dari anggota keluarga kami. Eh, malah kaminya yang ngerepotin double."

"Hehe, dia juga keluarga aku," ucap Saras dengan suara tak jelas, seperti berkumu-kumur kalau kata orang.

Blus

Pipi pucat Adwan berubah pink seketika, tampak sangat merona.

"N-ngomong apa tadi Neng?" tanya Syaqib yang memang kurang jelas mendengarnya, sangat samar.

Saras tampak sedikit panik, matanya menatap kikuk ke Adwan "Ahaha, g-gak k-kok, gak n-ngomong apa-apa."

"Ada! Aku dengar sesuatu yang janggal tad....."

"Dia juga keluarga aku," lantang Fauzan dari samping.

"Dia ngomong gitu tadi," sambung  Fauzan santai.

"Dih, Mana ada!! Sotoy...!!" pipi Saras jadi ikutan memerah.

"Apa kalian berdua alergi Ac kamar ini? Kenapa pipi kalian jadi merah jambu gitu," susul Aidan dengan tawa tertahan.

"Chagiiiii," rengek Saras ke Adwan, seakan minta bantuan.

"Apa kalian udah siap jalan kaki hujan-hujanan ke ponpes sekarang? Kalau udah, terus aja mengoceh!"

Blebug

Ketiganya tampak meneguk kasar saliva. Dan dengan segera mengamankan lidah tak bertulang masing-masing. Lalu duduk rapi kembali mengitari Adwan yang masih terbaring.

"Gitu aja pakai ngadu!" dumel Syaqib pelan.

"Eh, jadi gimana? Makan disini atau di meja makan?" Saras mengulang topik.

"Disini aja boleh Neng? Kan kalau kami ikut ke meja makan, kasihan Gus Adwan sendirian."

"Boleh, sebentar aku ambilkan." Saras beranjak ceria.

"Eh, Ras!!" cegat Aidan tiba-tiba.

Semua mata menoleh ke Aidan, terutama Adwan.

"Kenapa, Aidan?"

"Kasihan kamunya, udah berapa kali bolak-balik. Aku bantuin ya," Aidan menghampiri Saras yang sudah ada di dekat pintu.

"Okey Dann, boleh bol....."

"Aku aja yang bantuin!" sambar Adwan dingin.

Srep

Semua pandangan mengarah tak biasa ke Adwan.

Saranghaeyo, Gus Tampan [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang