Welcome reader
----
Selamat kembali membaca
karya author ini semoga
bisa menghibur reader•
•🌺 Happy reading 🌺
••••
"Richelle".
"Apa kau ingin membunuhku". Megan semakin berdrama agar membuat Richelle berbicara.
Richelle langsung menunjukkan pedang nya kearah kertas besar yang di letakkan di beberapa sudut istana, kertas yang sangat besar berisikan peraturan dan larangan kerajaan Vandoria.
"Eeh hehehe". Megan berpura-pura lupa dengan peraturan kerajaan.
"Hmm lupa?". Tanya Richelle dengan ekspresi dinginnya yang terus menatap Megan membuat Megan agak ngeri, ternyata muka dinginnya lebih seram dari Dior.
"Akhirnya aku bisa membuatnya membuka suara ya walaupun hanya dua kata". Ujar Megan dalam hatinya merasa sangat senang.
"Ya udah, karena aku sudah terlanjur membawa arak ini, biarkan aku menghabiskan nya malam ini agar murid lain tidak mengetahui nya". Nego Megan yang masih memainkan dramanya.
Saat Megan akan membuka tutup botol arak itu tiba tiba pedang Richelle keluar dan ingin menebas lehernya, sepertinya Richelle sudah sangat jengkel dengan tingkah orang didepannya yang tidak merasa malu.
"Richelle". Teriak Megan sambil melirik Richelle yang masih melihat nya tanpa ekspresi, sangat dingin.
Megan berdiri dan kembali menutup tutup botol arak itu. "Apa kau tidak mengerti ucapan ku, ooh apa kau ingin mencicipi nya?". Megan semakin memancing dengan menyodorkan arak itu. "Jika kau ingin, ini minumlah bersama ku dan lupakan kejadian malam ini". Megan terus berusaha.
Syiiiiing
Praang
Richelle menebas arak yang ada ditangan Megan dengan pedang nya sampai arak itu pecah berkeping-keping di atas tanah yang berbatu.
"Richelle". Megan semakin meninggikan suaranya.
"Kenapa?". Tanya Richelle melirik Megan dengan lirikan senang.
"Kau itu benar-benar tidak mengerti ucapan manusia? Seandainya semua wanita yang mengagumi mu tua sikap mu begini, sangat dingin dan tidak bertoleransi mereka pasti tidak akan mengagumi mu lagi". Megan mengeluarkan semua uneg-uneg nya dengan tangan terlipat di dada.
"Karena arak ku sudah kau pecahkan dan kau punya utang satu arak kepadaku dan itu harus kau ganti, aku akan kembali ke kamarku". Saat Megan ingin menuruni atap lagi lagi Richelle menghalangi nya dengan pedangnya, dia benar-benar tidak memberi ampun.
"Richelle". Megan geram dan meladeni keinginan Richelle untuk bertarung dengan nya dan yang kalah harus mengikuti kemauan yang menang.
Bulan purnama dan langit yang di penuhi bintang bintang menjadi saksi awal pertemuan mereka, Richelle dan Megan. Menjadi saksi pertarungan mereka yang kekuatan spiritual nya sama sama dahsyat, dan sampai akhirnya, "hah, loh Kenapa, kenapa tubuh ku tidak bisa digerakkan". Tanya Megan dalam hatinya terheran-heran kenapa tiba-tiba tubuhnya tidak bisa dia kendalikan.
"Kau kalah, ikut dengan ku". Richelle terbang menuruni atap.
"Hah kenapa aku mengikuti semua yang diperintahkan dia, ada apa ini". Kata Megan.
"Kau heran?". Tanya Richelle saat mereka sudah sampai bawah. "Cari tau sendiri". Begitu dingin nya dia.
"Dasar Richelle". Oceh Megan dalam hatinya yang sangat jengkel dan penasaran itu.
Megan terus mengikuti langkah dan perintah Richelle sampai ia tiba di sebuah ruangan dan dia di bawa masuk ke ruangan itu.
Didalam ruangan itu terdapat dua lelaki yang terheran-heran dengan kedatangan nya dan Richelle.
"Richelle, ada apa ini?". Tanya Jinli
Richelle memberi salam hormat kepada ayah dan kakaknya. "Megan melanggar aturan istana". Jawab nya tanpa ekspresi seperti biasanya, dingin.
"Peraturan yang mana?". Ujar Jinli bertanya.
"Mambawa dan meminum arak".
Jinli dan Raja Zhanli saling tatap. "Sudahlah Richelle, pangeran Megan kan baru pertama kali ke istana kita, jadi dia masih kurang memahami peraturan dan larangan istana". Kata Jinli.
"Kena kamu Richelle" dalam hati Megan bersuara.
"Apakah kau menggunakan nya?". Tanya Jinli setelah melihat Megan yang diam mematung, karena dia tau karakter seperti apa seorang pangeran Megan itu.
Richelle melirik sesaat ke arah Megan dan menjawab "hmm".
Jinli dan Raja Zhanli saling tatap dan tersenyum, mereka sudah menebak dia pasti akan menggunakan nya. "Sudahlah Richelle, lepaskan itu". Kata Jinli.
Richelle menatap Megan lagi dan menggeleng.
Sangat susah ya membujuk seorang Richelle, haduuuuh.
"Richelle". Raja Zhanli ikut membujuk Richelle.
"Baik". Richelle akhirnya melepas mantra itu dari diri Megan.
"Hah kau iniii". Megan langsung menghampiri dan meneriaki Richelle yang berdiri memegang pedang ditangan kirinya.
"Yang mulia".
"Kak Jinli".
Megan tidak lupa untuk memberi salam hormat nya kepada kedua tuan rumah itu.
Megan kembali menatap wajah dingin Richelle dengan tatapan geram, dia yang merencanakan nya dia juga yang geram, tapi dia puas bisa berduaan dengan Richelle.
Tbc
----
Dingin banget ya Richelle, jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote cerita ini dan komen sebanyak banyak nya.
Sampai jumpa di chapter berikutnya
Bye bye
KAMU SEDANG MEMBACA
He Deserve To Be Happy [Dia Pantas Bahagia]
FantasyDia terbangun, dan langsung menanyakan keberadaan dua orang yang sangat berarti dalam hidup nya. "Dimana mereka? Mereka pasti baik-baik saja kan?". Tanya nya menutupi pikiran buruknya dan berusaha tetap tersenyum. Dia dibawa menemui orang yang dia c...