Welcome reader
-----
Apa kabar semuanya
Semoga selalu baik 🙌🏻•
•🌺 Happy reading 🌺
••••
"Bagaimana ak".
"Ada disini". Sebuah suara memotong omongan Megan yang membuat Megan menoleh ke asal suara itu.
Megan sangat terkejut saat mendapati orang pemilik suara itu. "Richelle?". Kata nya sangat heran.
Ting
Richelle memetikan jarinya dan muncullah sebuah kertas besar melayang dari atap atap ruangan itu.
"Hah sebanyak itu?". Nada suaranya mulai meninggi saat melihat isi peraturan yang ada dalam kertas sebanyak itu. Dia berpikir apakah dia akan sanggup menyelesaikan nya.
"Hmm". Respon Richelle.
Megan terus melihat kertas besar yang terpampang di depan matanya. "Bagaimana aku menyelesaikan nya untuk membuat 300 salinan peraturan ini?". Tanya nya sangat pelan. Dia bingung 300 salinan untuk peraturan istana sebanyak ini.
"Aku akan membantu mu". Ujar Richelle mengambil kertas yang ada di laci dan segera duduk di tempat yang berseberangan dengan Megan, yang membuat mereka berhadapan.
Megan masih mencerna perkataan Richelle tadi. "Apa aku tidak salah dengar?". Tanya Megan dari tempat nya.
Richelle tidak menghiraukan dia tetap fokus menulis. "Richelle, mau tidak mendengar ku?". Teriak Megan.
Richelle akhirnya mengangkat kepalanya dan menatap Megan tajam, dia sangat tidak suka keributan. "Kau tidak ingin dibantu?". Tanya nya sangat datar.
"Eeh hehehe mau mau". Jawab Megan. Dia langsung duduk dan mulai menulis peraturan itu. Tidak ada perbincangan selama mereka mengerjakan, karena Megan yang menjadi sumber kebisingan pun fokus agar cepat menyelesaikan hukumannya.
••••
Setelah sekian lama menulis peraturan kerajaan Vandoria, Megan dan Richelle keluar dari perpustakaan, di sana sudah ramai murid-murid, mereka sudah menyelesaikan pelajaran hari ini.
"Terimakasih sudah membantu ku". Ujar Megan mendekati Richelle yang berjalan didepannya.
Masih seperti biasa tidak ada jawaban darinya. "Richelle". Tegur Megan dengan meninggikan suaranya.
"Hmm". Hanya itu jawab yang Megan dapat membuat Megan jengkel.
Megan tidak tinggal diam, dia mencegat langkah Richelle dengan pedangnya. "Apa kau tidak mendengar ku?". Tanya Megan dengan tangan dilipat di dada menatap mata wajah Richelle yang tidak berekspresi.
"Hmm". Lagi lagi suara itu yang keluar dari mulutnya. Richelle tidak memedulikan Megan dan pedang yang menghalangi jalannya. Dia berjalan meninggalkan Megan.
Megan sangat jengkel, ia pun mengendalikan pedang mencegah Richelle semakin jauh. "Arrgh kau ini".
Siiing
Richelle mengeluarkan pedangnya. Mulailah kedua pedang itu beradu merebut perhatian orang orang yang ada di sana.
Terus beradu sampai akhirnya, "huh dasar Richelle, kau menggunakan nya lagi". Omel Megan dalam hati nya saat semua tubuh nya tidak bisa di gerakkan.
Richelle tanpa bersalah pergi dari tempat itu dan di ikuti Megan, jika di lihat orang orang mereka terlihat akrab dan baik baik saja, tapi sebenarnya mereka masih bertarung. Megan tidak bisa berbuat apa-apa, hanya bisa mengikuti apa yang Richelle perintahkan.
Richelle membawa Megan ke suatu tempat sepi tidak ada orang, Megan yang masih tidak bergerak ditinggalkan olehnya sendirian.
"Awas kau Richelle". Omel Megan melihat Richelle sudah jauh meninggalkan nya.
"Dasar hati bat - tu". Megan akhirnya bisa bergerak kembali. "Richelle awas kau yaa". Teriak Megan.
Megan segera meninggalkan tempat itu untuk kembali kemar nya dan beristirahat dengan tenang tanpa Richelle.
----
Ceklek
Suara pintu terbuka membuat orang-orang di kamar itu menoleh. "Megan". Tegur semua orang yang ada di kamar itu, tapi tidak mendapat balasan dari nama itu.
Bruk
Tanpa pikir panjang Megan langsung merebahkan tubuhnya ke atas kasur yang lembut yang membuatnya sangat nyaman.
"Ehem ada yang sudah akrab nih sama Richelle". Ujar Dave merayu Megan yang masih belum membalas ucapannya.
"Gimana rasa bisa jalan dan bertarung dengan orang dingin tak berekspresi?". Dave masih berusaha dengan rayuannya.
"Apa nya yang akrab, apa nya jalan berdua sama manusia itu". Jawab Megan langsung duduk dari posisi tidurnya ekspresi nya terlihat sangat jengkel.
"Dia itu manusia ternyebelin yang pernah ku kenal". Pernyataan nya membuat semua pangeran di sana semakin penasaran.
"Maksudnya gimana?". Tanya Dior duduk di samping saudaranya.
"Arrrgh kalau di ingat ingat semakin menyebalkan". Amuk Megan dengan nada suara agak meninggi.
Next
----
Ada yang punya teman kayak Richelle? Untung ganteng hehe
Thank you yang sudah meluangkan waktu untuk membaca karya author ini jangan lupa tinggalkan jejak yaaSampai jumpa di chapter berikutnya
Bye bye
KAMU SEDANG MEMBACA
He Deserve To Be Happy [Dia Pantas Bahagia]
FantasyDia terbangun, dan langsung menanyakan keberadaan dua orang yang sangat berarti dalam hidup nya. "Dimana mereka? Mereka pasti baik-baik saja kan?". Tanya nya menutupi pikiran buruknya dan berusaha tetap tersenyum. Dia dibawa menemui orang yang dia c...