Welcome reader
------
Apa kabar semuanya
Selalu jaga kesehatan ya🌺 Happy reading guys 🌺
•••••
"kenapa mereka seperti menuju keruangan itu?"
"Apakah ayah dan bunda ada di sana?".
Megan terus menatap lekat sebuah ruangan yang mereka tuju jika dilihat tampak besar dari kejauhan.
Ruangan itu berada di luar istana, tidak begitu jauh jaraknya.
Aleksa sesekali melihat raut wajah Megan yang terlihat seperti orang berpikir keras, dia tau apa yang adiknya pikirkan.
"Ada apa Megan?". Tanyanya sambil menepuk pundak adiknya itu yang membuat si empunya tersadar dari lamunannya.
"Eem..kak..kenapa kita keruangan itu? Apa ayah dan bunda ada di sana?". Tanyanya sambil menatap Aleksa.
Aleksa memutuskan kontak matanya secara sepihak. "Ya, mereka ada di sana". Lirih nya.
"Mereka sedang mengunjungi kakek dan nenek ya, wah sudah sangat lama aku tidak mengunjungi kakek dan nenek". Kata Megan kemudian dia berjalan agak cepat agar segera sampai di ruangan itu.
Ruangan yang bertuliskan 'Rumah Abu' di pintu besarnya.
"Me-megaan...".
Ceklek
Megan membuka pintu berwarna putih milik ruangan didepannya dengan cepat dan langsung menelusuri seisi ruangan.
"Dior, dimana ayah dan bunda, kok tidak ada?". Tanya nya saat dirinya sudah berada didalam ruangan dan tidak mendapati orang yang ia cari, tapi ia tidak fokus ke sebuah papan bertuliskan nama ayah dan ibunda nya.
Dior melangkah masuk dengan langkah lemas mendekati dua peti putih besar yang berada di samping peti-peti lainnya.
Di atas setiap peti terdapat sebuah papan nama pemilik peti itu, dimana si setiap sisi papan itu terdapat lilin besar yang menyala menambah keindahan papan nama dan peti itu. Papan dan lilin itu diletakkan di sebuah seperti tempat lilin yang menggantung.
Dior sudah berada di tengah-tengah kedua peti putih dengan papan nama milik ayah dan bunda mereka.
"Ayah dan bunda ada di sini Megan". Jawab Dior lirih sambil mengelus kedua peti putih disampingnya.
Megan merasakan kakinya sekarang sangat lemas, ia merasa sangat tertusuk saat mengetahui kedua orang tuanya sekarang sudah berada dalam peti itu. Megan tetap memaksakan kakinya yang lemas untuk mendekat ke peti ayah dan bundanya.
Saat jaraknya dengan peti kedua orang tuanya sekitar satu meter, matanya menatap lekat papan nama kedua orang tersayang nya, dia ingin memastikan bahwa yang ia dengar itu salah, tapi semua itu nihil. Kebenarannya adalah kedua orang tuanya sudah pergi meninggalkan nya.
kaki nya sudah benar-benar tidak kuat lagi menopang tubuhnya yang membuatnya jatuh terduduk di lantai yang dingin di depan kedua peti itu.
Dior dan Aleksa langsung menghampiri tubuh Megan yang terduduk. "Megan, apa yang terjadi?". Tanya Aleksa panik.
Megan masih terus menatap kedua peti itu dengan tatapan sendu. "K-kak, aku lemas...". Jawabnya.
"Kita kembali ya, kau harus istirahat". Pinta Aleksa.
Megan menggeleng. "Aku ingin di sini dulu, aku ingin melepas rinduku". Tolak Megan halus.
Dior menatap Aleksa dan lewat kontak matanya Dior bertanya, "tidak apa-apa kak?".
Aleksa mengangguk sebagai jawaban, kemudian dia beranjak dan membiarkan Megan melepas rindunya di ikuti juga oleh Dior.
Megan pov
"Ayah, bunda.. jadi kalian masuk ke mimpiku untuk memberikan ku salam perpisahan kalian hah..". Ucapku dalam hati.
Ingatan mimpi itu terputar kembali yang membuat ku kembali hanyut di sana...
Dimana saat ayah dan bunda datang menghampiri ku di tepi sungai jernih yang mengalir dengan tenang.
Flashback on
Saat ini bunda memelukku erat kemudian mencium ku dengan sangat sayang. Aku bertanya "ayah dan bunda kenapa hah?".
"Maaf sayang, bunda dan ayah tidak bisa bersamamu lagi untuk kedepannya, bunda dan ayah akan pergi jauh setelah ini dan takut kau tidak akan bertemu kami lagi, jadi ayah dan bunda memutuskan untuk menemui mu sekarang" -Bunda
"tapi kami akan tetap menjagamu, ayah dan bunda akan melindungi mu sampai kapanpun"
"Tidak akan kami biarkan seorangpun menyakiti mu dan juga saudara-saudara mu". Kata bunda.
Aku bingung apa maksud mereka mengatakan itu, jadi saat ini aku ingin ikut dengan mereka. "Aku ikut". Pinta ku memaksa.
"Kau tidak boleh ikut". Tolak ayah mentah-mentah.
"Kenapa tidak boleh?". Saat ini aku, ayah, dan bunda seperti beradu keinginan. Aku melipat kedua tanganku di depan dada.
"Kisah mu masih panjang putraku, kisah-kisah indah menanti mu, jadi temui-lah mereka. Kau tidak boleh berhenti di sini". Jawab ayah.
"Lalu apakah ayah dan bunda tidak mau menemui kisah indah kalian hah?". Kekeh ku.
Ayah bunda saling tatap sebentar, dan.. "kami akan menemui keindahan itu lewat diri mu". Kata bunda sambil menyentuh dadaku dengan lembut sambil tersenyum, begitu juga dengan ayah.
Aku mengernyit heran dengan jawaban kedua orangtuaku. Aku masih ingin terus bertanya dan bertanya. "Maksud kalian apa?".
Bukan nya menjawab pertanyaan ku, ayah dan bunda malah berdiri kemudian menarik kedua tangan ku lembut agar aku berdiri dari dudukku.
"Sudah jangan dipikirkan. lebih baik kita jalan-jalan, tempat ini sangat indah". Ujar ayah dengan senyum yang mengembang dan alis nya yang mengangkat.
Aku menarik nafas panjang untuk menetralkan pikiran-pikiran buruk ku, kemudian aku berdiri dan mengiyakan ikut jalan-jalan dengan mereka.
Rasanya sangat tenang, rasanya aku sangat bahagia seperti ini sampai aku pun terhanyut dalam kebahagiaan ini.
Tapi kebahagiaan ini tidak berlangsung lama. Kebahagiaan ini hilang setelah ayah dan bunda mendorong ku untuk menjauh dari mereka dan aku melihat mereka meninggalkanku sendiri.
Aku berdiri dan berusaha menghentikan mereka, tapi itu nihil, yang ada malah tubuhku terpental terus menerus saat aku ingin mendekati mereka.
Dan saat ini aku merasa kalau tubuhku seperti tertarik ke suatu arah yang aku tidak tau darimana arah itu, dan....
•••••••••••••••••••••••••••••••••
He Deserves to be Happy
•••••••••••••••••••••••••••••••••Next ⏭️
Maaf ya kalau kalau ceritanya makin gak ngefeel:(
Kritik & saran boleh di ajukan ya
Terimakasih yang sudah meluangkan waktu untuk baca cerita ini.Bye bye
KAMU SEDANG MEMBACA
He Deserve To Be Happy [Dia Pantas Bahagia]
FantasyDia terbangun, dan langsung menanyakan keberadaan dua orang yang sangat berarti dalam hidup nya. "Dimana mereka? Mereka pasti baik-baik saja kan?". Tanya nya menutupi pikiran buruknya dan berusaha tetap tersenyum. Dia dibawa menemui orang yang dia c...