Welcome reader
------
Saia kembali :) dengan cerita selanjutnya...
🌺 Happy reading guys 🌺
•••••
"Dia sudah sadar Dave, tapi...". Jawab Aleksa menggantung.
"Hah kapan?". Tanya Dave lagi.
"Satu jam yang lalu sebelum kalian datang".
"Lalu ini.. ada apa lagi dengan nya?". Sekarang Richelle yang melontarkan pertanyaan nya dengan ekspresi dingin nya yang bahkan melebihi Dior.
"Kau ini Richelle... Seram sekali wajah mu, bisa tidak ubah jadi wajah khawatir, aku sampai merinding melihatnya ". Ledek Aleksa sambil menahan tawanya.
Ledekan Aleksa untuk si manusia es itu membuat seisi ruangan terkecuali Megan saling tatap dan menahan tawa mereka saat melihat wajah Richelle.
Si empu nama hanya memutar bola matanya malas karena Aleksa selalu saja meledeknya. Sepertinya hanya Aleksa saja yang berani seperti itu kepadanya ku, mungkin itulah yang ada dibenak Richelle
"Dia kembali down, efek nya sudah menyerang pikirannya. Waktu dia bangun dia langsung mencari ayah dan bunda entah apa yang sudah dia lihat di alam bawah sadarnya". Jelas Aleksa.
"Dan di situlah dia down?". Dave menebak.
Aleksa memberi gelengan kepala sebagai jawabannya. "Dia down setelah dia menemui ayah dan bunda di rumah abu". Jawaban lain yang diberikan Aleksa sambil melihat Megan.
"Sudah menemukan titik masalah nya. Sekarang kalian tunggu diluar, aku akan memberikan beberapa melodi penenang pikiran untuk nya". Titah Richelle dengan ekspresi nya.
Dia tau bahwa pikiran Megan sedang kacau karena dia banyak memikirkan sesuatu yang telah terjadi di luar sepengetahuannya ditambah lagi dengan Aconitum Ferox milik nya yang memperburuk keadaannya dengan efek samping nya.
Richelle tau tentang efek samping dari kekuatan spesial dalam diri Megan, karena keingintahuan nya yang membuat nya bertanya pada Alden dan juga ayah serta kakak nya. Ditambah lagi dengan pengetahuan nya yang di atas rata-rata itu membuat nya cepat memahami apa yang dialami teman nya ini.
"Dimanakah masalah nya?". Tanya Dave serius sambil menatap Richelle.
"Dia larut dalam pikirannya, dia terus memutar memori menyakitkan, dia ingin tau apa yang terjadi sebenarnya yang menyebabkan pertarungan itu, dia juga terus menyalahkan dirinya dan itu yang membuat pikiran nya kacau"
"Aconitum Ferox yang memperburuk semuanya, karena efek nya bisa menyerang hati dan pikirannya kan?." Tanya Richelle pada Aleksa.
Aleksa menatap Richelle lekat, dia bingung kenapa Richelle mengetahui nya sejauh itu. "Dari mana kau tau semua itu?". Aleksa bertanya balik.
"Aku bertanya pada dokter Alden, ayah dan kakak". Jawaban Richelle datar yang membuat semua orang di ruangan itu semakin menatap nya lekat.
Richelle memutar bola matanya malas karena tatapan yang mengarah kepada nya yang tidak kunjung berganti. "Kenapa, tidak boleh?". Tanya nya semakin dingin sambil mengangkat satu alisnya ala ala bad boy.
Aleksa mengangguk-anggukkan kepalanya sebagai jawaban bahwa ia mengerti, tapi dia masih ingin bertanya. "Untuk apa kau mencari tau ini semua?". Tanya nya dengan nada agak meledek karena seorang Richelle ingin repot untuk hal seperti ini adalah sesuatu yang langka.
Bukan nya Aleksa dan yang lainnya tidak suka jika Richelle seperti itu, Richelle yang perhatian, banyak kata, dan ingin di ajak bekerja sama, tapi mereka hanya terkejut saja dengan perubahan Richelle yang seperti itu.
Mereka baru tau sisi terdalam seorang manusia es yang sangat dingin yang ternyata sangat lembut, ya walaupun sisi teratas nya masih terbawa.
Richelle membuang nafas nya kasar. "Huuufff... apakah mengkhawatirkan teman dan membantu nya butuh alasan?".
Aleksa, Dior, Dave, Hausa dan Leo saling tatap, 'apakah yang di hadapan kita saat ini bener Richelle?' batin mereka.
"jadi kau dan Megan sudah berteman hoh?". Ledek Dave sambil menaikkan kedua alis nya.
Mengangguk, itulah jawaban yang di berikan Richelle sekarang, sepertinya kalo dia terus menjawab dia akan dilontarkan lebih banyak pertanyaan yang menurut nya itu tidak penting kekeke...
Mereka berlima tertawa kecil melihat tingkah Richelle yang seperti itu, sangat lucu.
"Lalu apa yang akan kau lakukan padanya sekarang?". -Dior
"Aku akan mengunci ingatan ingatan nya untuk sementara agar ia tidak tenggelam lagi dalam ingatan ingatan itu yang bisa membuat keadaannya semakin buruk"
"Kita biarkan dulu dia istirahat tanpa ada sesuatu yang dia pikirkan". Jelas Richelle.
"Baik, tidak perlu diragukan lagi kau memang sangat pintar...aku salut padamu". Puji Aleksa dengan tawa kecilnya.
Seperti biasa, yang dipuji hanya memutar bola matanya malas kemudian dia menjulurkan tangan nya kearah pintu dan memerintahkan lewat batin kepada teman-teman nya itu untuk keluar.
"Iya..baik baik tuan Richelle yang terhormat". Ledek Dave yang diikuti dengan tawa dari yang lain.
Buum
Pintu sudah tertutup, menyisakan Richelle dan Megan di ruangan itu.
"Maaf, aku melanggar janji ku untuk selalu membantu mu"
"Maaf, aku telat mengetahui tentang kesulitan mu, kau berjuang sendiri dalam keterpurukan mu"
"Setelah ini aku berjanji akan selalu membantu mu, kita teman kan". Kata Richelle sambil tersenyum hambar.
Richelle mulai memainkan melodi penenang untuk Megan, tidak begitu lama untuk menyelesaikan melodi itu, tapi harus membutuhkan konsentrasi tinggi.
•••••
Setelah selesai, Richelle berniat untuk keluar, "aku akan keluar, kau istirahat saja". Kata nya lalu melangkah keluar dari kamar Megan.
Tempat tujuannya sekarang adalah ruang kerja Aleksa dan Dior, dia yakin bahwa mereka ada di sana.
Tok
Tok
Richelle mengetuk pintu ruangan didepannya itu, dan tak butuh waktu lama..
Ceklek
Pintu itu dibuka dari dalam oleh Hausa. "Kau sudah selesai Richelle?". Tanya nya.
"Hmmm".
Richelle langsung mendudukkan bokongnya diatas sofa empuk yang ada di ruangan itu dan mengundang senyum kecil dari makhluk yang ada di ruangan.
"Dimana Leo?". Tanya Richelle karena tidak mendapati sosok Leo sedari dia masuk tadi.
•••••
He Deserves to be Happy
•••••Hiiii Saia kembali, maaf ya udah buat kalian nunggu lama, semoga kalian suka dengan cerita ini
Jangan lupa vote and komen sebanyak banyaknya ya
KAMU SEDANG MEMBACA
He Deserve To Be Happy [Dia Pantas Bahagia]
FantasyDia terbangun, dan langsung menanyakan keberadaan dua orang yang sangat berarti dalam hidup nya. "Dimana mereka? Mereka pasti baik-baik saja kan?". Tanya nya menutupi pikiran buruknya dan berusaha tetap tersenyum. Dia dibawa menemui orang yang dia c...