"Anying! Si Ojan! Kunaon urang dipaehan?!" (Kenapa saya dibunuh?!)
"Sorry brou! Tangan urang keseleo."
"Ah, Kampret!"
Di dalam kamar yang terbilang luas, terdapat 4 anak muda yang tengah bermain PS (Play Station). Di temani dengan beberapa camilan dan minuman bersoda. Fauzan terlihat sangat serius menatap layar di hadapannya, tangannya bergerak dengan begitu lincah di atas stick PS. Setelah tadi berhasil mengalahkan Naren, kali ini ia bertekad akan mengalahkan Janu, yang notabene Rajanya game.
"Ojan! HP lo geter terus nih dari tadi!"
"Nanggung euy! Coba angkatin, Na."
"Hoream ah! Ganggu wae!"
Jenandra atau Nana menggerutu di atas tempat tidurnya. Nana memang lebih memilih untuk masuk ke dalam dunia mimpi dibanding bermain game. Tapi, tidur nyenyaknya terganggu oleh suara berisik dari ponsel Fauzan yang tergeletak di sampingnya.
"Ojan! Buru angkat!"
"Astaghfirullah."
Fauzan mengambil ponselnya setelah menyerahkan permainan pada Naren. Helaan napas keluar dari bibirnya ketika melihat nama yang terpampang dilayar ponsel. Tanpa menunggu lama, segera diterimanya panggilan itu.
"Ha—"
Tangannya otomatis menjauhkan ponsel dari telinga ketika mendengar pekikan nyaring di seberang panggilan. Fauzan mengusap-usap telinganya.
"Gak usah teriak juga dong, gue gak budeg kali."
"....."
"Lho? Halo? Lo kenapa?"
"...."
"Shit!"
"...."
"Tunggu disana. Gue Otw."
Panggilan terputus, dengan cepat Fauzan mengambil jaket yang tersampir di lengan sofa. Meraih kunci motor di atas meja.
"Mau kemana, Jan?" Tanya Janu, yang keheranan melihat sahabatnya bergerak seperti orang kesetanan.
"Keluar bentar." Kata Fauzan sembari mengenakan jaket.
"Ya kemana? Lo kayak khawatir gitu? Ada apa?"
Fauzan pergi begitu saja tanpa menjawab pertanyaan beruntun dari Naren. Ia bergerak cepat menuruni setiap anak tangga. Berlari kecil menuju garasi lalu mengeluarkan sepeda motornya. Fauzan membelah jalanan dengan kecepatan penuh. Menyalip diantara celah mobil agar cepat sampai ditujuan.
***
Seorang gadis yang mengenakan celana rappid jeans dan kaos hitam oversize, tengah duduk seorang diri di halte bus. Tatapannya tertuju pada kakinya yang membuat pola-pola abstrak di atas lantai halte. Kedua tangannya mengenggam erat tali sling bag yang di kenakan. Angin malam bertiup menerbangkan tiap-tiap helai rambutnya.
Ia terpaku ketika melihat sepasang sepatu yang sudah sangat ia kenal berada di depannya. Kepalanya mendongak, seseorang yang sejak tadi ditunggu kehadirannya sudah berada tepat di hadapannya, senyum manis tersungging di bibirnya. Perlahan, pria tersebut berjongkok. Kini, tinggi mereka sejajar. Membuat mata itu saling bertemu satu sama lain. Ada sorot penuh kekhawatiran dari sang pria.
Hening beberapa saat. Sampai, "tadi, abis ketemu Ayah."
"Wah! Dimana?"
"Miko."
"Ayah dateng sama istrinya."
"Terus gue baru tau. Gue punya adik, Ojan." Ucap gadis itu disertai kekehan kecil.
"Dia perempuan. Kayaknya umur 4 tahun. Lucu. Pipinya kayak bapau. Tadi pas ketemu gue, dia nangis terus. Dikasih mainan juga masih aja nangis. Tapi, pas digendong sama Ayah, langsung diem anaknya," lanjutnya.
"Ayah bilang, dia emang suka gitu kalo ketemu sama orang baru. Terus ya, tadi kan—"
"Karin..."
"Hm?"
Fauzan berdiri dari posisinya, "pulang, yuk. Udah malem." Ia menarik tangan Karin, mengenggamnya, dan berjalan menuju motornya yang terparkir di depan toko klontong pinggir jalan.
"Kebiasaan lo mah, udah berapa kali gue bilang. Kalo keluar malem, pake baju yang tebel."
Karin hanya diam saja saat Fauzan menyampirkan jaket milik lelaki itu untuk menutupi tubuh bagian atasnya. Fauzan lebih dulu naik ke atas jok motor, disusul Karin di belakangnya. Perlahan, motor Fauzan berlalu meninggalkan toko klontong dan bersatu dengan pengendara jalan yang lainnya.
"Ojan."
"Ya?"
"Gue harus bilang enggak ke A Arel?"
"Ketemu sama ayah?"
"Adek baru."
"Nanti, gue yang bilang."
Pelukan semakin Karin eratkan dipinggang Fauzan. Ia menaruh dagunya di atas pundak lelaki itu.
"Makasih. Jangan pernah tinggalin gue, ya Jan." Bisiknya lirih dengan mata terpejam.
***
Hai! Ini Fauzan
Halo! Karin disini
Hope you like it, Sobat!
Sehat selalu, Lope Badag
DAH ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR STORY [END]
Teen FictionDimana ada Fauzan disitu ada Karin. Dimana ada Karin disitu pun ada Fauzan. Mereka itu ibaratkan amplop dan perangko. Padahal mereka bukan saudara kembar, bukan juga kakak beradik. Hanya saja, pertemanan yang sudah terjalin sedari kecil membuat ked...