Happy reading, Sobat!!
Tolong bantu tandai typo, ya 💚
***
Sesampainya di rumah Karin, Fauzan langsung mematikan mesin motornya. Gadis yang berada di boncengannya ini masih memeluk erat pinggangnya. Bisa-bisanya Karin enak-enakan tidur, sementara Fauzan menahan rasa kebas di pundaknya sepanjang perjalanan. Fauzan diam beberapa saat, menatap kaca spion untuk melihat Karin yang terlelap.
Ia menggoyangkan pundaknya bermaksud agar gadis itu terbangun. Namun bukannya membuka mata yang ada malah semakin masuk ke ceruk leher Fauzan. Mencari posisi ternyaman. Fauzan menghela napas pelan.
"Rin, ayo bangun," bisiknya, tapi tidak membuahkan hasil. Karin masih setia memejamkan matanya, entah dia kelelahan atau terlalu nyaman bersandar ditubuh belakang Fauzan yang memang sandarable.
"Karin, hey, bangun yuk. Udah nyampe rumah ini," ucap Fauzan lagi. Kali ini suaranya terdengar lebih lembut dan jari-jemarinya bergerak mengelus tangan Karin yang melingkari pinggangnya.
Pelukan tangan Karin terasa mengendur, Fauzan sedikit menengokkan kepalanya, gadis di boncengannya mengerjapkan mata. Celingukan mengamati sekitar. "Ini di rumah lo," info Fauzan.
Karin yang masih setengah sadar pun turun dari motor dengan susah payah, tangannya bergerak untuk mengucek kedua mata lalu mengerjap beberapa kali untuk menghilang kantuk yang tersisa.
Karin menguap. "Ngantuk banget," katanya.
"Yaudah masuk. Lanjut tidur lagi. Ayo."
Dituntun oleh Fauzan, mereka berdua masuk ke dalam rumah. Karin berjalan dengan menutup kedua kelopak matanya, badannya ia tumpukan pada badan Fauzan. Keberadaan Ibu dan Karrel yang sedang menonton serial televisi menjadi pemandangan pertama yang Fauzan lihat."Lho, Karin kenapa Jan?" ucap Karrel sambil mendekat.
"Ketiduran dia A."
"Ya ampun. Sini-sini. Biar gue yang bawa." Karrel dengan begitu mudah membopong tubuh Karin yang memang tidak terlalu berisi. Membawanya naik ke lantai atas, di mana kamar gadis itu berada.
"Maaf ya, Bu, baru bawa Karin pulang jam segini."
"Gapapa. Kalo sama Ojan mah Ibu percaya." Ujar Ibu sambil tersenyum dan mengusap lengan atas Fauzan.
"Yaudah, Ojan langsung pulang ya, Bu."
"Hati-hati ya Jan. Salam buat Mama ya."
"Siap, Bu. Nanti Ojan salamin. Pulang, Bu. Assalamualaikum." pamitnya lalu meninggalkan Ibu setelah mencium tangannya.
Begitu tiba di rumahnya, Fauzan bergegas masuk dan seperti biasa dia akan berteriak, "Ojan Pulaaaang!"
Mama dan kedua adik kembarnya ternyata sedang berkumpul di ruang TV, menyaksikan acara pencarian bakat penyanyi dangdut yang begitu digemari Si kembar. Iya, Chenda dan Aji entah kenapa keduanya memiliki selera musik yang sama, pernah ketika itu Fauzan bertanya kenapa suka dangdut? Keduanya menjawab dengan kompak because dangdut its the music of my country, kata mereka kala itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR STORY [END]
Teen FictionDimana ada Fauzan disitu ada Karin. Dimana ada Karin disitu pun ada Fauzan. Mereka itu ibaratkan amplop dan perangko. Padahal mereka bukan saudara kembar, bukan juga kakak beradik. Hanya saja, pertemanan yang sudah terjalin sedari kecil membuat ked...