NINUNINU!!
BACANYA SEHABIS BUKA/TARAWEH AJA YAAK!
Soalnya ada... Itunya, iya itu yang itu tuuuhh. Sedikit sih, tapi tetep aja ya kan.***
Hari-hari berikutnya masih sama. Setiap pulang dari kampus, Karin langsung berkunjung ke rumah Fauzan. Membantu pria itu dalam segala hal.
Hingga larut malam Karin baru pulang ke rumahnya diantar oleh Si Kembar. Ah, iya. Gadis itu juga selalu menemani jika Fauzan ada jadwal terapi. Pokoknya, Karin ingin selalu ada selama proses penyembuhan sahabatnya.
Seperti hari ini, Karin bersama dengan Fauzan dan Mama tengah berada di rumah sakit. Gips di tangan Fauzan sudah bisa dilepas. Dokter bilang, patah di bagian tangan memang lebih cepat sembuh dibanding dengan kaki.
"Tangannya sudah bisa digerakin ya. Tapi, jangan dipakai mengangkat benda yang berat-berat dulu." Jelas Dokter yang menangani Fauzan.
"Iya, dok."
"Kalau bisa. Terapinya juga jangan sampai skip ya. Jangan kayak minggu kemarin. Kamu mangkir dari jadwal ya? Di rumah juga sering latihan jalan ya, Zan. Jangan pas terapi aja."
"Ojan nih, suka males dok kalo disuruh terapi." Adu Karin.
Sang dokter tersenyum. "Kalau mau sembuh harus rajin terapinya. Ya Zan?"
Fauzan mengangguk patuh. Meski sebenarnya ia malas sekali untuk berlatih berjalan. Karena toh sebenarnya ia sudah bisa jalan.
Setelah mendengar beberapa pesan dan mendapat obat pereda nyeri. Mereka kemudian keluar dari ruangan itu.
Setibanya di rumah, Karin langsung membawa Fauzan ke kamarnya. Membantu pria itu untuk pindah ke atas kasur.
"Lo gak capek?"
"Hm?"
"Beres ngampus langsung anter gue. Lo gak pernah pulang dulu. Capek enggak?"
"Lo meragukan kekuatan gue?"
Fauzan lupa, gadis di hadapannya ini, mempunyai ketahanan tubuh bak seribu gajah. Gimana enggak, dalam sehari Karin bisa makan tiga sampai lima kali. Doppingnya kuat.
"Iya, iyaa.Si paling kuat."
Karin tersenyum jumawa. "Mau coba saran dokter? Sekaligus uji coba kekuatan gue."
"Yakin lo bisa?"
"Bisa! Udah ayok."
Tanpa banyak bicara. Karin membawa Fauzan bediri. Kemudian menopang sebagian tubuh pria itu. Tangan kiri Fauzan ia lingkarkan ke lehernya. Sehingga sekarang Fauzan seperti tengah merangkul Karin.
Sial!
Fauzan gagal fokus.
Tinggi Karin yang hanya sebatas dadanya membuat Fauzan bisa mencium aroma buah strawberry dari surai gadis itu. Aroma segar sekaligus menenangkan. Ah, Fauzan jadi ingin membenamkan kepalanya di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR STORY [END]
Teen FictionDimana ada Fauzan disitu ada Karin. Dimana ada Karin disitu pun ada Fauzan. Mereka itu ibaratkan amplop dan perangko. Padahal mereka bukan saudara kembar, bukan juga kakak beradik. Hanya saja, pertemanan yang sudah terjalin sedari kecil membuat ked...