OUR STORY (35 B)

1.4K 160 24
                                    

Jangan lupa vote dan komeeen!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jangan lupa vote dan komeeen!

***

"Jangan inget cowok lain disaat kamu lagi sama aku."

Karin hanya mampu mengangguk dengan mata terpejam. Tubuhnya berada dalam dekap hangat Fauzan. Pria itu mengelus punggung Karin pelan.

"Pulang."

Fauzan melepaskan dekapan. Sedikit membenarkan rambut Karin yang berantakan, lalu membantu gadis itu mengenakan seatbelt dengan benar. Mobil kembali melaju.

Sampai di kediaman Karin, gadis itu keluar tanpa banyak bicara. Di susul Fauzan yang mengekori di belakang. Pria itu mengantar Karin sampai ke pintu kamarnya.

"Bersih-bersih. Habis itu langsung tidur. Aku pulang." Pintu tertutup.

Fauzan meninggalkan kamar itu, setelah berpamitan pada Karrel. Ia membawa motornya keluar dari garasi, melaju menjauh dari rumah sang kekasih.

Malam ini, Fauzan tidak akan pulang. Lelaki itu memilih bertandang ke kediaman sahabatnya.

Setelah sampai di sana. Fauzan langsung menghempaskan tubuhnya pada sofa di kamar yang sudah ia anggap seperti kamarnya sendiri. 

"Kunaon maneh?" tanya Jenandra

Fauzan diam. Kepalanya terasa penuh.

Memikirkan Karin.

Memikirkan perlakuannya yang mungkin saja melukai hati gadis itu.

Fauzan bangkit. Cerita itu meluncur dengan lancar dari bibirnya.

"Goblok!" adalah kalimat yang pertama kali Jenandra.

"Lu udah minta maaf sama Karin?"

Fauzan menggeleng. "Abis itu, dia diem aja. Gue juga bingung kenapa dia diem."

"Kecewa sama lo lah."

"Iya kayaknya."

"Minta maaf deh lo besok pagi."

"Tapi, kenapa gue harus minta maaf? Bukannya wajar kalo gue cium dia?"

Bugh!

Jenandra melemparkan botol air mineral kecil yang sukses mengenai bagian tubuh Fauzan. "Bukan buat ciumannya, anjir! Lo minta maaf karena ngelakuin itu dalam keadaan emosi. Yang mana itu cuma jadi bahan pelampiasan lo aja."

"Mana ada nikmatnya!"

Keputusan untuk berbagi cerita kepada Jenandra memang benar. Fauzan jadi tersadar. Saat itu dia memang sedang dalam emosi yang tidak stabil. Fauzan marah. Ia tidak suka membahas Si Ricko-Ricko itu. Apalagi ketika tahu hal yang dilakukan mereka berdua saat masih berpacaran. Hal seperti itu memang bisa saja terjadi, tapi Fauzan tetap panas hati. Sampai ia lupa diri.

OUR STORY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang