Haiiii!
Puasa masih lancar? Atau udah bolong?***
Sepertinya semalam terlalu banyak air mata yang di keluarkan, karena saat terbangun kedua matanya membengkak dan terlihat mengerikan. Karin mencoba menutupi itu menggunakan make up di bagian mata. Tapi tetap saja terlihat jejaknya, meski tidak separah di awal.
Berhubung hari ini tidak ada jadwal kuliah, gadis itu memutuskan untuk mendatangi Fauzan. Sedihnya sudah cukup, ia harus kembali ceria seperti semula. Agaknya ia juga harus menyiapkan jawaban jika Fauzan bertanya tentang mata sembabnya pagi ini.
Setelah dirinya siap. Karin melenggang menggunakan ojek online yang sudah dipesannya, ia menjadi terbiasa menggunakan jasa para supir ojol semenjak kejadian itu. Tiga puluh menit kemudian, Karin sampai di Rumah Sakit. Langkahnya langsung menuju ruang Dandelions.
Dibukanya pintu itu pelan. Kemudian masuk lebih dalam. Sepi. Hanya terdengar detik jarum jam yang bergerak perlahan. Dan Fauzan yang masih memejamkan matanya di atas ranjang.
Namun, suara pintu terbuka mengalihkan fokus Karin. Mama Retno berdiri di sana, ada raut terkejut kala melihat Karin di dalam ruangan. "Datang kapan, Nak?"
"Baru aja. Mama dari mana?"
"Mama dari kantin."
"Mama belum sarapan?"
Mama menggeleng pelan sambil berjalan ke arah sofa. "Tau gitu tadi aku bawa bekel dari rumah."
"Enggak apa-apa, sayang. Sini, duduk. Udah makan belum?"
"Udah tadi di rumah Ma."
Karin menyusul Mama, duduk di samping kirinya dan membuka kantong berisi buah segar yang ia bawa. "Ojan belum bangun dari tadi atau gimana Ma?"
"Tadi bangun, terus makan, minum obat tidur lagi anaknya." Karin manggut-manggut mendengar penjelasan Mama Retno.
"Sayang, habis ini Mama mau pulang dulu. Titip Ojannya sebentar ya, gapapa?"
"Iya gapapa, Ma."
Tak lama, Mama bangkit membereskan bekas makanannya. "Mama pulang sebentar ya."
"Hati-hati, Ma." Pesan Karin sambil mencium punggung tangan Mama.
Mama berlalu meninggalkan Karin dalam keheningan. Gadis itu mendekat ke ranjang dimana Fauzan masih tertidur pulas. Agaknya karena efek obat, pria itu tertidur begitu lelap.Karin menatap wajah yang terdapat tahi lalat itu dengan seksama. Apa kalian tahu, berapa total tahi lalat di wajah serta leher Fauzan? Setelah Karin hitung, jumlahnya ada delapan buah. Menurut Karin tahi lalat itu menambah kesan manis di wajah Fauzan dan menjadi jimat pemikat.
Tangan Karin gatal sekali ingin menyentuh tiap titik tahi lalatnya. Namun ia takut menganggu tidur Fauzan. Maka, hanya dengan memandanginya pun sudah cukup bagi Karin.
Gadis itu memundurkan wajahnya ketika melihat Fauzan menggeliat. Mata lelaki itu mengerjap. Dan terbuka perlahan - lahan.
"Halo!" sapa Karin lengkap dengan senyum lebarnya.
Fauzan mengernyit saat melihat Karin. "Datang kapan?" tanya pria itu dengan suara seraknya.
"Pas lo masih tidur."
"Mama kemana?"
"Pulang dulu sebentar."
Fauzan mengangguk, "mau minum dong, Rin."
"Boleh. Sebentar." Karin meraih gelas di nakas lalu membantu Fauzan minum.
"Mata lo kenapa?"
Yah! Ketauan.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR STORY [END]
Teen FictionDimana ada Fauzan disitu ada Karin. Dimana ada Karin disitu pun ada Fauzan. Mereka itu ibaratkan amplop dan perangko. Padahal mereka bukan saudara kembar, bukan juga kakak beradik. Hanya saja, pertemanan yang sudah terjalin sedari kecil membuat ked...