OUR STORY (49)

1.4K 155 13
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Senang enggak aku Up lagi??


***


"Kita mau kemana?"

"Nanti kamu juga tahu," Fauzan mengerlingkan matanya sebelum kembali fokus ke jalanan.

Saat ini mereka sedang berada dalam sebuah mobil yang dikendarai Fauzan. Entah akan pergi kemana, Karin tak diberitahu. Kalau dikasih tahu bukan surprise namanya, begitu kata Fauzan.

Setelah seharian kemarin Karin dimonopoli oleh Kakaknya. Hari ini tiba giliran dirinya yang akan menghabiskan waktu bersama. Iya, setelah berbaikan dengan Karrel. Pria itu tidak membiarkan Karin keluar barang sebentar. Membuat Fauzan uring-uringan.

Saat traffic light berubah menjadi merah, Fauzan mencondongkan tubuhnya ke arah Karin.

"Udah. Kamu tidur aja, tidur." Titahnya sambil mengusap mata Karin.

Dan Karin menurut, ia tertidur sampai Fauzan kembali membangunkannya.

"Wake up, Sayang. Udah nyampe nih."

Karin menggeliat pelan. Menyesuaikan pandangannya. Keningnya mengernyit begitu melihat bangunan besar bergaya vintage di hadapannya.

Sebuah villa. Milik keluarga Jenandra.

"Yuk, masuk." Ucap Fauzan melepaskan seatbelt Karin. Pria itu keluar terlebih dahulu, membuka bagasi untuk mengambil barang bawaan mereka yang Karin sendiri tidak tahu kapan Fauzan menyiapkannya.

"Ayo," pintu samping terbuka. Karin turun, menatap Fauzan. Pria itu masih belum menjelaskan apapun.

"Masuk dulu ya. Dingin. Nanti aku jelasin di dalam." Kata pria itu seolah mengetahui apa isi hati Karin.

Mereka lantas masuk, dengan Fauzan yang setia menggenggam tangan Karin.

"SURPRISEEEE!!!"

Karin menjatuhkan dagunya, menatap tak percaya. Tepat saat pintu terbuka, ia bisa melihat teman-temannya berdiri menyambut kedatangannya.

Ada Kayla, Bianca—yang Karin tidak tahu kapan gadis itu pulang dari Washington. Narendara dan Jenandra pun ikut hadir.

Karin terharu.

"Ayo, sini-sini masuk." Kayla dan Bianca menarik tangan Karin untuk lebih masuk ke dalam.

Suasana villa ini masih sama saat terakhir kali didatangi.

"Capek, gak? Mau makan dulu atau langsung istirahat?" tanya Kayla.

"Kata gue mah, makan dulu aja sih. Lapar euy!" tumpah Naren.

Kayla mendelik. Yang ditanya siapa yang jawab siapa. "Gue nanya Karin, bulan elo!"

"Yeuu. Gue mewakili. Ayang nih pasti laper, ya kan, Yang?"

Ah! Rasanya sudah sangat lama Karin tidak merasakan situasi seperti ini.

"Jangan ribut terus. Jodoh baru tau rasa!"

"OGAH!!" Seru Naren dan Kayla berbarengan.

"Bikin mie dulu aja ya? Gue juga lapar sih. Ini si Janu juga daritadi belanja gak dateng-dateng." Ujar Jenan yang langsung di setujui oleh yang lain.

Udara lembang yang dingin memang sangat cocok jika ditemani oleh semangkuk mie dengan asap yang masih mengepul. Lumayan untuk menghangatkan tubuh.

Karin menikmati mie semangkuk berdua dengan Fauzan. Alasannya karena takut enggak habis.

Selesai dengan urusan perut, mereka sibuk dengan urusan masing-masing. Karin menuju lantai atas bersama dengan Kayla dan Bianca untuk membereskan barang-barangnya.

"Kangen Karin bangeeeet deh."

Karin tersenyum. Lalu balik memeluk Kayla. Dia juga rindu. Beberapa menit mereka habiskan untuk mengobrol ngalor-ngidul.

Lalu kembali turun karena Januar sudah pulanh dari acara belanjanya. Oh, ada satu gadis yang berdiri di belakang tubuh jangkung Januar. Karin mencoba mengingat, rasanya ia pernah bertemu.

Ah! Iya, kalau tidak salah, Renata namanya.

"Ini, enggak pada kangen sama ToD apa?"

"Ih! Kangen lah. Yuk, main, yuk."

ToD seakan menjadi hal wajib jika mereka tengah berkumpul seperti ini. Lantas, tanpa membuang waktu. Mereka langsung berkumpul di ruang tengah.

Namun, sebelum melangkah lebih jauh, Fauzan mencekal pergelangan Karin. Menahannya barang sebentar.

"Kenapa?"

Fauzan menggeleng. Lalu tersenyum. Karin mengernyit bingung. Kenapa sih? Aneh banget.

"Jan? Kesambet?"

Fauzan kembali menggeleng lalu tersenyum

Ngeri banget lihatnya.

"Ojaaan. Jangan gini dong!" rengek Karin ketakutan.

Fauzan terkekeh. "Iya, enggak." tanganmu bergerak merapikan poni Karin yang sedikit berantakan. "Makasih ya."

"Untuk?"

"Makasih untuk senyuman kamu hari ini. Senang enggak?"

"Senang."

"Banget?"

"Bangeeeeet." Ujar Karin yang mana membuta Fauzan gemas.

"Aku juga senang. Habis ini aku cuma mau lihat Karin yang terus senyum. Janji ya?" Karin mengangguk dalam dekapan Fauzan.

"Harusnya aku yang bilang terima kasih karena kamu udah ajak aku ke sini. Kumpul sama teman-teman. Kamu bikin aku senang hari ini, makasih ya."

"No need, Sayang. Udah tugas aku, tanggung jawab aku buat bikin kamu bahagia." Setelah meninggalkan kecupan singkat di kening Karin, mereka berdua pun membaur dengan yang lain.

Formasinya masih sama. Mereka semua duduk lesehan membuat lingkaran besar.

"Mulai ya," Jenan memutar botol. Kemudian... terhenti tepat ke arah Januar.

"truth or dare, Nu?"

"Truth."

Bianca lantas mengangsurkan sebuah tempat yang di dalamnya ada kertas gulung berisi pertanyaan untuk tantangan kejujuran.

Januar mengambil satu gulung, lalu membukanya perlahan.

"Baca yang keras." Ujar Kayla.

"Siapa first kiss lo."

"Waduuh!!" semuanya bersorak kompak.

"Yakin sih gue mah, lu bakal lupa. Soalnya kebanyakan cewek." Ungkap Fauzan membuat yang lain terbahak.

"Sialan!"

"Ayo, jawab!"

Januar. Lelaki itu, berdeham singkat, menengok ke arah gadis yang duduk di samping kirinya. Renata, mematik senyum. Seolah berkata tidak apa-apa jika bukan dirinya yang menjadi jawaban pria itu.

Semua yang ada di sana pun merasa was-was. Tak enak hati dengan Renata.

Januar membasahi bibirnya sebelum menjawab dengan yakin. Dan, satu nama yang keluar dari bibirnya sukses membuat suasana menjadi canggung.

"Bianca."

***

Waaaaaw, kacau sih Janu, kacau. Wkwk

Ramein vote dan komennyaaa doong, biar aku makin semangat buat up secepatnyaaa.


Sehat selalu, ya. Lope badag.
D A H 💚

OUR STORY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang