OUR STORY (30)

1.7K 172 24
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Semenjak kejadian kemarin, Karin belum mengunjungi Fauzan selama tiga hari karena rasa malunya masih mendominasi. Jangankan untuk bertatap muka, membayangkan wajah lelaki itu saja sudah membuat Karin panas dingin. Payah. Iya, Karin memang payah.

Setiap hari Fauzan pun tidak lelah untuk terus meneror Karin dengan mengirimkan pesan singkat yang memintanya untuk datang. Pria itu bersikap biasa saja, seolah-olah kejadian kemarin tidak berarti apa-apa? Ya memang harusnya seperti itu, ini Karinnya saja yang berlebihan.

Kenapa sih cewek tuh gampang baper?

Karin menghembuskan napas kasarnya. Ia harus bagaimana sekarang?

"Dek? Kok di rumah?" Suara bass milik Karrel memenuhi gendang telinga Karin.

"Kenapa? Gak suka?!"

"Bukan. Aneh aja, gak ke rumah Ojan?"

Karin menggeleng, "tugas Adek numpuk."

"Oooh." Seru Karrel lalu duduk di sisi Karin yang tengah menonton serial disney, lebih tepatnya televisi yang menonton acara melamun Karin.

"Aa."

"Hm?"

"Mmm, mau tanya boleh?"

Karrel mengernyitkan keningnya, "tanya aja."

"Aa pernah gak sih, suka sama seseorang?"

"Adek lagi jatuh cinta, dek?!"

Karib berdecak pelan, "bukan Adek!"

"Terus?"

"Temen Adek, ish!"

"Kenapa temennya?"

"Dia tuh suka nih sama temennya lagi, tapi kayak gak bisa bilang gitu lho."

"Oh. Cinta terpendam. Kenapa emangnya? Gak berani atau malu?"

"Dua-duanya."

Karrel mengangguk singkat. "Ngapain malu sih? Enggak ada salahnya juga suka sama seseorang. Kalo suka tinggal bilang aja. Aa juga gitu."

"Tapi kan aku perempuan!"

Karrel mengeluarkan smirk-nya ketika mendengar kata aku yang Karin ucapkan.

"Temenku maksudnya." Ralat Karin cepat.

"Iya deh iya, temennya."

"Terus kudu gimana?"

"Ya bilang aja."

"Kan malu ih! Masa cewek confess duluan."

"Bukan malu itu mah. Gengsi!"

Karin bungkam. Sedang Karrel tersenyum dalam hati. Lelaki itu paham betul bahwa yang sedang dibicarakan adiknya ini adalah dirinya sendiri.

"Dosen Aa pernah bilang gini." Karrel bergerak menyamankan posisi duduknya. "Enggak perlu memperumit segalanya. Makan apa yang ingin kamu makan. Lakukan apa yang kamu mau. Dan... Cintai orang yang kamu suka. Sesimple itu, Dek."

OUR STORY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang