OUR STORY (53)

2.2K 169 28
                                    

How's your daaaaay??

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


How's your daaaaay??




***

"Jadi, tadi tuh aku habis ke tempat W.O kan sama Mama. Nah, kata si mbak nya, hari minggu kalo bisa kita balik lagi buat fitting."

"Terus, emm... Catering juga udah include mereka yang urus. Souvenir juga, sama... Apa lagi yah?"

"Oh iya! Kamu udah hubungin lagi pihak yang cetak undangan belum? Ka—"

Karin menghentikan ucapannya ketika memandang sosok pria di sampingnya yang saat ini tengah cekikikan sambil melihat layar ponsel yang ia genggam.

Brakkk!!

Sebuah buku Karin lempar keras ke atas lantai. Jadi, selama ia berbicara Fauzan tak mendengarkan?

Wah!

Fauzan terlonjak tentu saja. Atensinya berpindah pusat pada Karin yang menatapnya dengan tatapan nyalang. Napas yang memburu dan wajah memerah.

"Kenapa, Yang?" 

"Kamu!! Daritadi aku ngomong didengerin enggak?!"

Fauzan gelagapan. Karena jujur, ia tidak memerhatikan Karin dengan benar. Hanya melirik sekilas saat gadis itu datang, lalu fokus dengan ponselnya.

Digaruknya tengkuk yang tidak gatal. Fauzan bingung harus menjawab apa.

"Aku capek banget tau." Ujar Karin lemah.

"Dari pagi sampe sore ini, ngurus ini-itu. Bolak-balik dari butik ke rumah mbak Luna cuma buat ambil kain yang ketinggalan. Belum lagi antar Mama buat ambil pesanan." Jelas Karin sesegukan.

"Tapi pas sampe sini, kamu malah... asik sama dunia kamu. Hiks!"

Oke. Karin menangis. Fauzan dalam masalah besar kali ini.

"Kamu... niat gak sih, nikah sama aku?"

Mata bulat Fauzan membola kala mendengar sepenggal pertanyaan itu. Dengan cepat ia mendekat.

"Sayang... enggak gitu, maafin aku ya."

"Maaf. Aku gak banyak bantu kamu buat urus persiapan pernikahan kita. Tapi demi Tuhan aku serius, Sayang."

Karin melepaskan tangan Fauzan dengan lemah.

Kali ini dia benar-benar marah. Rasanya hanya ia yang terlalu antusias. Memilih desain undangan, gaun serta jas pengantin, seragam untuk keluarga dan teman-teman, menentukan menu makanan yang akan dihidangkan nanti. Semuanya Karin lakukan sendiri meski ditemani oleh Mama, sedang Fauzan hanya iya-iya saja, seolah cuek dengan semuanya. Padahal yang akan menikah disini itu dia dan Fauzan 'kan? 

Kalau sudah begini, ragu itu muncul kembali.

"Percaya sama aku, ya? Please, i'm sorry."

"Ayo. Apa aja yang belum siap, hm? Kita perlu fitting lagi kapan? Biar aku bisa kosongin jadwal dan minta izin Jenandra dulu."

OUR STORY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang