OUR STORY (42)

1.3K 162 13
                                    

Hai!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hai!

***


Carcinoma mammae atau dalam bahasa Inggris disebut breast cancer, merupakan kanker pada jaringan payudara. Kanker yang pada umumnya menyerang wanita.

Kanker payudara stadium IV merupakan tahap paling akhir dan merupakan kondisi serius yang mengancam jiwa. Pada stadium ini, kanker telah menyebar dari payudara dan kelenjar getah bening di sekitarnya ke organ tubuh lain, seperti paru-paru, kelenjar getah bening yang jauh dari payudara, kulit, tulang, hati, atau otak.

Pasien kanker payudara stadium IV atau metastatis memang tidak dapat disembuhkan total. Angka harapan hidupnya pun hanya sekitar 20-25% yang bisa bertahan selama 5 tahun setelah didiagnosis.

Selang sehari, Ibu terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Kondisinya lebih parah dari kali pertama Karin menemukan Ibu tergelatak tak berdaya.

Dan Karin baru mengetahui fakta itu sejak beberapa jam yang lalu, ketika ia tak sengaja mencuri dengar obrolan antara kakaknya dan dokter yang menangani penyakit Ibu.

Kalimat-kalimat itu masih terus saling berkejaran di otak kecilnya. Tetes demi tetes air matanya mengalir tanpa henti.

Setiap hari, yang selalu Karin lihat adalah Ibu yang begitu semangat membuatkan bekal sarapan di pagi hari. Membereskan barang-barang miliknya yang selalu berantakan di dalam kamar. Menjadi teman ketika Karin merasa harinya sedang tidak baik-baik saja. Ibu yang selalu ada untuknya, untuk Kakaknya.

Ibu yang selalu tersenyum.

Selama ini, Karin tidak tahu bahwa Ibu sesakit itu.

Lalu kini, ia harus melihat badan ringkih itu terbaring lemah tak berdaya. Karin merasa seperti ada bongkahan batu besar di hatinya. Sesak.

Jika bisa. Biar ia saja yang berada di posisi Ibunya. Jika bisa, ya Tuhan.

Digenggamnya tangan yang selalu sigap menuntunnya. Karin belai lembut tangan itu.

Tuhan, kenapa harus Ibu?

Pertanyaan itu, selalu hadir dalam benak Karin. Kenapa harus Ibunya yang mengalami ini semua?

"Ibu... semesta jahat, ya, Bu?"

Pintu terbuka. Karin menoleh sesaat sebelum kembali fokus pada Ibu. Sejak pagi sampai malam hari, Karin tidak beranjak dari posisinya. Duduk menggenggam tangan Ibu.

"Makan belum, Dek?"

Tak ada jawab yang keluar dari bibir mungilnya.

"Makan dulu, yuk?"

"Dek?"

Karrel menghela napasnya ketika melihat sang adik yang tak mengeluarkan suara. Salahnya memang, tidak memberi tahu sejak awal. Hingga kini, Karin masih tidak mau berbicara padanya setelah mereka berdebat beberapa jam yang lalu. Masih teringat jelas, bagaimana Karin menunjukkan wajah penuh kekecewaan di hadapannya.

OUR STORY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang