Haloo!
Setelah mudik dan libur dalam waktu yang cukup lama, sekarang harus kembali ke realita yang sesungguhnya. Selamat beraktivitas kembali kawan-kawan!***
Kemarin malam. Kayla benar-benar merealisasikan ucapannya, ia menginap di rumah Karin sembari melakukan face call dengan Bianca. Kedua sahabatnya itu mengajukan banyak pertanyaan kepadanya, sudah seperti detektif saja. Interogasi itu berlangsung hingga pukul sebelas malam. Meski begitu, Karin tidak mengingkari janjinya untuk mendengarkan siaran perdana sang kekasih. Di saat kedua sahabatnya mengoceh, Karin sibuk dengan dunianya. Menangkap suara merdu milik Fauzan.
Ah, mengingat akan hal itu. Karin jadi rindu.
Berhubung ini hari minggu dan tidak ada jadwal kuliah. Karin memutuskan untuk mendatangi rumah pria itu. Jarum jam berada di angka 8. Masih terlalu pagi untuk bertamu, tapi tak apa. Toh, Karin juga sudah biasa datang tanpa tahu waktu.
"Assalamualaikum..." Ucapnya sambil membuka pintu rumah Fauzan dan masuk begitu saja.Terdengar sayup-sayup suara dari arah dapur. Karin pun membawa langkahnya ke sana. Ada Mama yang sedang berkutat dengan pisau dan beberapa bahan makanan. Karin mendekat, "Pagi Ma!"
"Eh, Pagi Sayang. Kok Mama gak denger suara kamu pas datang?"
"Tadi aku langsung masuk, hehehe."
Mama manggut-manggut, lalu kembali mengiris bawang yang tadi sempat tertunda. "Ojannya masih tidur tuh."
"Emang tadi malem datang jam berapa dia, Ma?"
"Jam tujuh udah di rumah. Cuma temen-temennya itu pada main. Ngegame lah mereka sampe jam berapa Mama juga gak tau."
"Lho, berarti yang lain pada nginep di sini?"
Mama mengangguk, "iya, masih pada tidur tuh di kamar Ojan."
"Ooh, yaudah. Karin bantu Mama masak aja."
"Boleh..." ucap Mama sambil tersenyum. "Ojan nakal enggak?" pertanyaan dari Mama membuat Karin menghentikan gerakan tangannya yang sedang membalik tempe di atas penggorengan.
"Gimana Ma?"
Mama menoleh, seutas senyum terbit di bibirnya. "Kalo Ojan nakal dan macem-macem sampe ngelewatin batas, bilang sama Mama ya."
Karin mengangguk kaku. Meski sebenarnya masih tak paham akan maksud perkataan Mama. "Nanti, semisal kalian berdua udah siap. Bilang Mama juga. Biar Mama yang nyari WO nya."
Blush. Pipi Karin menghangat. Sekarang ia mengerti arah pembicaraan ini. Dan... tunggu dulu, berarti Mama Retno tau kalau Karin dan Fauzan sudah resmi berpacaran?"Gak usah malu. Mama juga pernah muda."
Ah! Mendengar Mama berbicara seperti itu Karin jadi semakin salah tingkah. Ini pasti kerjaan Fauzan! Bilang apa saja dia sama Mama Retno? Huh! Karin harap Fauzan tidak berbicara hal yang aneh-aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR STORY [END]
Teen FictionDimana ada Fauzan disitu ada Karin. Dimana ada Karin disitu pun ada Fauzan. Mereka itu ibaratkan amplop dan perangko. Padahal mereka bukan saudara kembar, bukan juga kakak beradik. Hanya saja, pertemanan yang sudah terjalin sedari kecil membuat ked...