OUR STORY

1.2K 161 13
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kunci utama agar kamu bisa bangkit lagi meski sudah jatuh berkali-kali adalah ikhlas dan tetap berprasangka baik sama Tuhan.


***


"Mau mampir dulu enggak? Kita jalan-jalan?"

Dengan wajah pucat, badan yang sudah lemas tak berdaya, Karin hanya mampu menggelengkan kepala. Menolak tawaran yang diajukan Fauzan.

Lagi, selalu berakhir seperti ini. Setiap selesai melakukan konseling dengan dokter, Karin selalu merasa energinya seakan terkuras habis.

"Langsung pulang aja."

Fauzan sesekali membagi fokusnya antara jalanan dengan gadis yang menyandarkan tubuhnya dengan mata yang terpejam. Terlihat sekali gurat kelelahan di wajah cantik itu.

People scare me.

Like i dont know how to deal with people. They're just scary.

Perkataan itu seakan menancap tajam di kepala Fauzan saat dokter memberi tahunya tentang  apa yang Karin rasakan selama ini.

Perasaan takut, kecewa dan tidak lagi percaya.

Helaan napas keluar dari bibir Fauzan. Selang sehari setelah pertengkaran hebat dengan Karrel, Karin semakin tak terkendali. Lebih banyak diam, kadang menangis dan meraung seolah melampiaskan sakit yang tak kunjung hilang.

Mengingat Karrel, pria itu belum ada menghubunginya untuk sekedar menanyakan keadaan Karin. Ingatkan Fauzan untuk berkunjung dan memastikan kondisi pria itu. Ia takut, Karrel sama kacaunya dengan Karin.

Tiba di rumah, Fauzan membopong Karin yang ternyata tertidur menuju kamarnya.

Sebelum keluar, ia menarik selimut hingga batas dada. Merapikan anak-anak rambut dan mengisi pelan keningnya.

"Sleep tight, Sayang."



Langkah kakinya selaras dengan suara gelak tawa yang tertangkap oleh kedua rungunya. Dia terus berjalan, sampai terlihat seorang wanita dewasa tengah bersenda gurau dengan gadis kecil.

Entah tempat apa ini namanya, yang pasti, ia merasakan kedamaian di titik ia datang dan ketika melihat interaksi kedua orang itu. Ia melangkah, semakin mendekat.

"Ibu?"

Wanita itu menolehkan kepalanya.

"Ibu?"

"Halo, Adek." Suara itu mengalun dengan sangat indah. Hingga tak terasa bulir bening berjatuhan dari matanya.

Karin berlari. Memeluk sang Ibu. Betapa ia rindu.

"Ibu, kangen." Ujarnya terisak.

"Ibu kemana aja? Kenapa gak pernah ada di rumah? Adek selalu cari Ibu, tungguin Ibu pulang. Tapi Ibu gak pernah datang." Adunya setelah pelukan itu terlepas.

OUR STORY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang