OUR STORY (22)

1.2K 146 33
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Selamat membaca!!


***


Sudah satu minggu.

Selama itu, ia tidak bertukar kabar dengan Fauzan. Ingin sekali rasanya Karin menghubungi pria itu, tapi egonya lebih menguasai. Hari minggu yang biasa ia habiskan bersama lelaki itu pun terlewati begitu saja. 

Seharian ini, Karin hanya menghabiskan waktunya di rumah. Bangun tidur, makan, lalu kembali tidur. Bangun lagi, makan lagi.

"Masih mau nambah?"

Karin menggeleng, "udah kenyang banget ini."

"Adek gak keluar? Main gitu? "

"Males, Bu." Siang hari menjelang sore, Karin memilih menonton drama yang disambungkan ke layar tv nya. Ditemani oleh sang Ibu.

"Gak biasanya. Ojan kok Ibu lihat-lihat gak pernah ke rumah, Dek. Lagi sibuk banget dia?"

Nama itu, akhirnya dipertanyakan oleh Ibu. Karin menghela napasnya. Bukan ibu saja, pikiran Karin pun dipenuhi oleh nama Fauzan.

"Iya, kayaknya."

"Adek. Ada yang mau di ceritain kah sama Ibu?"

Kepala itu mendongak, sebab ia sandarkan pada bahu Ibu. Tatapan mereka bertemu. Senyum teduh itu, seakan mengatakan. Gapapa, ayo, cerita aja.

"Kita berantem."

"Ojan marah sama Adek."

"Gara-gara?" Karin menceritakan semuanya. Ia mengadu pada Ibu.

"Adek, salah ya Bu?" pertanyaan itu menjadi akhir dari ceritanya.

"Ojan itu, khawatir Adek. Dia khawatir Adek kenapa-kenapa. Wajar kalau dia marah karena Adek enggak kasih kabar."

"Adek egois ya?"

Ibu tersenyum, "Adek cuma capek aja kayaknya. Tapi, lain kali coba belajar buat kendaliin emosi Adek ya. Turunin sedikit egonya. Ibu yakin, Ojan juga gak mau marah-marah sama Adek. Baikan ya, Nak. Gak bagus marah lama-lama. Minta maaf duluan itu keren."

Karin mengalah. Bukan, kali ini ia merasa menang, karena berhasil meruntuhkan ego di dalam dirinya. Mengikuti perkataan Ibu, Karin pun mencoba menghubungi Fauzan lebih dulu.

Ojancuuuk

Ojan

Garis satu. Fauzan tidak mengaktifkan ponselnya. Tapi tak lama dari itu, garisnya berubah menjadi dua, namun masih abu-abu.

"Dibaca!" seru Karin saat warnanya berubah menjadi biru. Dan... Ada tulisan typing di bawah nama kontak Fauzan. Karin harap-harap cemas menunggu balasan pria itu.

OUR STORY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang